Suamiku tak memiliki gaji
Part 4Pagi ini aku bangun dengan penuh semangat rasanya tidak sabar ingin segera bertemu dengan Bu Narti dan kawan-kawannyaAku tidak mengerti mengapa perasaanku menjadi aneh begini, biasanya aku harus melawan rasa malas saat mentari pagi menyapaAku menyiapkan sarapan pagi dan keperluan sekolah Khalisa dengan senyum mengembang"Khalisa sini sarapan dulu cepat!" teriakku dari dapur"Iya Ma, bentar ya, tanggung belum iklan." Kebiasaan Khalisa memang selalu nonton kartun sebelum berangkat sekolah"Mama kenapa kok sumringah gitu wajahnya? biasanya tiap pagi cemberut karena malas nganterin Khalisa?" tanya Mas Dirman saat aku sedang menggoreng daging ayam"Ya lagi senang aja Pa, emangnya gak boleh?" jawabku sambil mengangkat daging ayam yang sudah matang"Bukannya gak boleh, Papa heran aja. Mama gak punya simpanan brondongkan?" Mas Dirman menatapku"Loh kok Papa nanya gitu sih? nuduh Mama yang enggak-enggak!" kuletakkan ayam goreng diatas piring"Ya biasanya nih ya orang yang senyum-senyum sendiri kaya Mama itu lagi jatuh cinta.""Iya Mama emang lagi jatuh cinta, jatuh cinta sama Papa." godaku pada Mas Dirman sambil menuangkan nasi ke atas piringnya"Emm dasar!""Mama tuh lagi senang Pa,""Senang kenapa?""Pokoknya gak bisa dijelaskan, intinya Mama sekarang udah berani balas kesombongan orang-orang yang suka ngerendahin Papa!""Gak usah balas membalas Ma, udah biarin aja!""Gak bisa Pa, Mama gak rela Papa yang sangat baik dan bertanggung jawab ini direndahkan orang-orang.""Sarapan sama apa Ma?" tanya Khalisa"Nih ayam goreng sama sayur bayam bening!""Yaudah deh terserah Mama aja, tapi jangan macam-macam ya!" ucap Mas Dirman sambil menikmati sarapannyaSelesai sarapan aku langsung membereskan meja makan dan meletakkan pirong kotor diatas wastafel"Khalisa ayo siap-siap kita berangkat!" ucapku sambil memanaskan mesin sepeda motor"Iya Mah, Khalisa udah siap kok dari tadi juga, tinggal pake sepatu.""Yaudah cepat pake sepatunya!""Iya Ma," Khalisa memakai sepatunya"Pa, Mama berangkat ya assalamualaikum!""Iya hati-hati Ma bawa motornya!"Perjalanan pagi ini cukup lancar tidak ada drama diberhentikan Pak Polisi seperti kemarinSepertinya aku datang terlalu pagi hari ini, Bu Narti dan kawan-kawannya belum hadir, biasanya saat aku baru datang personil Bu Narti sudah lengkap dan kegiatan rutin mereka sudah jalan yaitu ngerumpi"Inget ya Khalisa kalau ada yang nakal langsung bilang sama Bu guru!" pesanku pada Khalisa sebelum ia masuk kelasSetelah Khalisa masuk kedalam kelasnya aku langsung duduk di lokasi tetapku selama ini, yaitu bangku panjang yang persis berada dibawah pohon ManggaMungkin jika pohon mangga ini bisa berjalan dia akan berpindah tempat dengan sendiri karena tak kuat mendengar obrolan Bu Narti dan kawan-kawanSeperti biasa untuk mengurangi rasa jenuh aku memasang headset ditelinga dan mendengarkan musik dari lagu favoritBaru selesai dua lagu Bu Narti dan kawan-kawan datang juga, kuperhatikan mereka dari jauh namun sepertinya mereka tidak sadar dengan kehadiranku.Samar-samar aku mendengar namaku disebut oleh mereka namun tidak bisa mendengar jelas apa yang mereka bicarakan, segera kuhentikan musik yang sedang berputar agar bisa lebih jelas mendengar apa yang mereka bicarakan"Sstttt orangnya sudah ada tuh!" ucap Bu Ida sambil menyenggol lengan Bu YomiMata Bu Narti langsung mendelik saat tak sengaja mata kami saling pandang, wajahnya begitu masam saat memandangku"Eh Bu Sofi, benar Bu Sofi punya mobil? itu mobil milik Bu Sofi atau rental, kalau rental jangan dipake belajar Bu, takutnya nabrak terus Bu Sofi ganti rugi deh!" Tiba-tiba Bu Ida berbicara seperti itu"Iya Bu, kalau Bu Sofi pengen banget bisa mobil jangan pake mobil rental, tapi pake kursus aja Bu kan kalau kursus nyetir udah disedian mobilnya!" Bu Rita ikut berbicaraPagi ini cukup berbeda, jika biasanya Bu Narti dan Bu Yomi yang menyenggolku namun kali ini anggota geng nya yang lainBu Narti dan Bu Yomi justru sangat diam, merekapun mencari tempat duduk yang jauh dariku"Bu Sofi boleh infonya dong pake p*s*gihan dari mana? bagi-bagi informasilah, kita juga mau kaya mendadak kayak Bu Sofi," tiba-tiba Bu Ida mendekatikuBu Ida memang pemberani dalam hal apapun dia tidak suka basa-basi dan selalu berbicara to the point"Maksud Bu Ida apa sih? siapa yang pake p*s*gihan, siapa juga yang kayak mendadak?" aku mengernyitkan dahi"Ya Bu Sofi lah, siapa lagi, coba lihat di grup kelas, rame loh ngomongin Ibu!"Kuambil ponsel dan membuka aplikasi w******p untuk mencari kebenaran apa yang Ibu Ida katakanNamun sepertinya aku sudah dikeluarkan dari grup Wali murid kelas 1 A ini, sehingga tidak bisa melihat apa yang mereka bicarakanTidak hanya Bu Narti dan Bu Yomi yang mendiamkanku, hampir semua Ibu-ibu yang ada disini mereka tida menyapaku sama sekali mereka memandangku dengan tatapan yang tidak bisa jelaskanAku merasa dibuang dan diasingkan hari ini"Lala. . . Lala. . . jangan main sama Khalisa, nanti kamu jadi tumbal pesugihan Bapaknya loh," Ucap Bella pada LalaBella langsung menarik tangan Lala yang sedang bergandengan dengan KhalisaEntah karena Bella yang masih anak-anak atau memang sifatnya sama seperti Bu Narti, berani-beraninya dia berbicara seperti itu didepankuLala adalah salah satu anak yang tidak pernah diantar jemput oleh orang tuanya karena kedua orang tuanya bekerja di garment"Bella jangan bicara seperti itu ya, Bapaknya Khalisa gak ngelakuin p*s*gihan apa-apa, emangnya Bella tahu apa itu p*s*gihan?" tanyaku pada Bella"Huuaaaaaaaaa, Mama nya Khalisa jahat." Bukannya menjawab pertanyaanku Bella malah menangis kencangSuamiku tak memiliki gajiPart 5Mendengar Bella yang menangis kencang Bu Narti langsung mendekatiku, semua mata langsung tertuju padaku"Kamu apakah anak saya? kamu mau tumb*lin Bella? awas aja kalau ada apa-apa sama Bella saya akan tuntut kamu!" Bu Narti menunjuk wajahku"Tanya aja sama anak Ibu, saya gak ngapa-ngapain dia kok, saya cuma bilang sama dia kalau Bapaknya Khalisa tidak melakukan pes*gihan apa-apa, terus saya juga nanya emang Bella tahu pes*guhan itu apa, gitu doang!" kujelaskan apa adanya pada Bu Narti"Alah omong kosong, makanya jadi manusia itu harus sabar, jangan terobsesi mau kaya sampai melakukan apa aja, kalau mau kaya ya kerja jangan pake cara licik kayak gini!""Jadi menurut Bu Narti saya dan suami melakukan pesu*ihan gitu? apa buktinya Bu? hati-hati loh nanti jatuhnya fitnah!""Tidak perlu ada bukti, semua orang juga sudah tahu kok!""Eh eh ada apa ini ribut-ribut? jangan bikin keributan di sekolah! kalau Ibu-ibu ada masalah selesaikan saja diluar sekolah jan
Suamiku tak memiliki gajiPart 6"Pa orang yang udah fitnah enaknya diapain ya?" ucapku pada Mas Dirman yang sedang mencorat-coret kertas"Udah diemin aja!""Tapi ini gak bisa didiemin Pa, ini udah menyangkut nama baik kita.""Kata Papa diemin udah diemin aja Ma!""Lihat Pa, dia tega banget loh bahkan Khalisa aja jadi korban dijauhin temen-temennya!" kutunjukkan tangkapan layar yang dikirimkan Ela tadi"Udah lihatin aja Ma, cepat atau lambat dia akan nerima balasannya, Mama inget gak sama kasus fitnah b*bi ng*pet di depok yang viral tahun lalu?""Iya Mama ingat Pa!""Yaudah biarin aja, yang namanya kebenaran suatu saat pasti akan terungap dan akan menang, zaman sudah maju Ma, gak semua orang harus kelihatan bekerja keluar rumah, kalau pikiran Bu Narti masih seperti itu ngira kita ng*p*t berarti wawasan dia kurang luas, pengetahuan dia hanya sebatas kerja pabrik dan slip gaji!"Lagi-lagi aku mengucap syukur memiliki suami yang sangat bijak seperti Mas Dirman, terbayang jika Mas Dirman
Suamiku tak memiliki gajiPart 7"Mama. . . Mama. . . ." Khalisa memanggilkuJika seperti ini caranya sia-sia dong usahaku untuk sembunyi dari mereka, dengan terpaksa akupun harus menunjukkan wajahku pada Bu Narti dan kawan-kawannya"Iya apa Khalisa.""Mama ngapain di kolong?" tanya Khalisa heran"Oh ini tadi ada kabel yang keselip dibawah, ada apa?" aku pura-pura tidak tahu maksud Khalisa memanggilku"Itu ada temen-temen Khalisa sama temen Mama juga, tadi kata Mama Bella nyuruh Khalisa buat manggil Mama katanya mau lihat Mama." "Oh iya, Mama gak lihat tadi lagi benerin kabel di kolong."Aku lansung keluar dari meja kasir menemui Bu Narti dan kawan-kawan"Eh Bu Narti, Bu Yomi, Bu Ida, Bu Rita, selamat siang selamat berbelanja, silahkan dilipilih siapa tahu ada yang cocok!" ucapku pada mereka"Benar ini toko milik Bu Sofi?" tanya Bu Narti dengan tatapan sinis"Alhamdulilah Bu, ini usaha yang diberikan suami saya sebagai hadiah anniversary pernikahan kami." Ucapku sambil tersenyum"Wah
Suamiku tak memiliki gaji Part 8Beberapa saat kemudian aku menerima kiriman foto Bu Narti yang sedang terbaring diatas ranjang pasien, tangan kanannya terpasang infus dan selang oksigen melingkar pada kedua pipinya[Mudah-mudahan Bu Narti segera diberi kesembuhan seperti sedia kala] balaskuNomor pengirim pesan itu adalah nomor Bu Narti sendiri, sepertinya yang mengirim pesan itu Pak Ayi suaminya Bu NartiGrup whatssapp yang dikelola oleh wali kelaspun ramai mendoakan kesembuhan Bu Narti"Kenapa sih Ma, fokus amat sama hp?" Mas Dirman menegurku"Maaaf Pa, ini ada temen Mama sakit.""Siapa emang? ""Ini loh Pa, Bu Narti yang suka Mama ceritain itu yang suka julid sama kita," kutunjukkan foto Bu Narti yang sedang terbaring lemah pada Mas Dirman"Oh, kasian ya, mudah-mudahan segera sembuh, sakit apa emang?""Katanya sih jantung Pa.""Siapa Ma yang sakit?" Khalisa ikut bertanya"Ini, Bu Narti, Mamanya Bella.""Loh bukannya tadi Bu Narti sehat-sehat aja kan Ma? tadi Bu Narti juga datang
Suamiku tak memiliki gajiPart 9"Bu kalau saya belanja lagi kasih diskon dong harga teman gitu!" ucap Bu Yomi"Gak perlu diskon juga barang-barang ditoko saya harganya sudah cukup murah dengan kualitas yang cukup baik.""Hmmm kalau bisnis itu jangan pelit-pelit ngasih diskon apalagi sama teman sendiri!"Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Bu YomiHari ini Bu Yomi terus berusaha mendekatiku, dia membahas apa saja untuk membuka obrolan diantara kami, namun aku tidak terlalu meresponnya dan menjawab seperlunya saja"Bu Sofi bakso kayaknya enak tuh, teraktir dong kan sekarang Bu Sofi sudah jadi wong sugih!" Bu Yomi kembali berbicara"Duh maaf Bu Yomi saya cuma bawa uang pas-pasan.""Jangan pelit-pelit Bu Sofi, nanti kismin lagi tahu rasa harus rajin sedekah jadi orang!" ucap Bu Yomi dengan ekspresi wajah yang berubah"Masalah sedekah saya biar hanya Allah yang tahu Bu!""Hmmm Bu Sofi kalau orang kaya itu harus rajin berbagi, masa cuma baso semangkok doang gak mau ngasih?""Maaf Bu, tap
Suamiku tak memiliki gajiPart 10POV Bu Narti"Kamu kok pulang cepat sih? emangnya gak ada lembur?" tanyaku pada suamiMungkin orang lain akan senang saat suaminya pulang lebih cepat dari biasanya, tapi tidak denganku, karena jika sehari saja dia kerja tanpa lembur maka akan mengurangi nominal gaji yang diterima nanti"Pabrik lagi sepi order, jadi kayaknya beberapa bulan kedepan gak akan ada lembur." jelas suamiku"Apa? gak ada lembur? jadi cuma dapat gaji pokok aja dong?""Kamu harusnya bersyukur, lihat orang diluar sana masih banyak yang nganggur." Laki-laki bernama Toni ini malah ceramah"Gimana caranya aku bersyukur? gaji pokok cuma 8 juta, itu hanya cukup bayar cicilan aja, terus untuk makan dari mana?""Berarti harus ada yang di korbankan!""Maksudnya?""Dari pada gaji abis cuma buat bayar cicilan mending kita korbanin salah satu, bisa rumah atau motor."Tanpa merasa bersalah dia berbicara seperti itu, mau disimpan dimana wajah glowingku ini jika orang lain tahu rumah dan motor
Suamiku tak memiliki gaji part 11POV Bu Narti"Gimana udah dapat belum kambing bulu hitam nya?" tanyaku pada Toni yang sudah menyanggupi akan mencarikan kambing berbulu hitam untuk pengobatanku"Kamu pikir beli kambing bisa pake rumput hah? bisanya cuma nyuruh doang, ngasih duit kagak!" jawabnya dengan nada tinggi"Lah terus gimana dong? besok udah jumat kliwon sekarang kambing bulu hitamnya aja belum dapat, kalau aku gak sembuh gimana?""Sudah kubilang berobat medis saja, minum obat yang diberikan dokter, penyakitmu itu sudah jelas jadi gak perlu berobat ke dukun!" "Oh, aku tahu kok kamu malah nyuruh aku berobat ke dokter biar gratis kan pake bpjs?""Itu kamu tahu jawabannya!""Dasar, laki-laki takut rugi, buat berobat Istri aja perhitungan!""Dengar ya Narti Hartati, aku tanya padamu darimana letak perhitungannya, selama ini uang gaji kamu yang kelola, aku gak lembur kamu marah-marah, tiap bulan kamu shoping beli baju ini itu sama anakmu apa kamu pernah membelikan sepotong baju u
Suamiku tak memiliki gajiPart 12POV Bu Sofi"Ma hasil bulan ini lumayan ya, lihat nih!" Mas Dirman menunjukkan saldo rekeningnya pada aplikasi mbanking"Bukan lumayan lagi itu Pa, rezeki nomplok itu!" semua wanita pasti senang saat melihat angka berderet didalam rekening"Yaudah besok kita langsung lunasin motor itu yu!" ajak Mas Dirman"Emang semudah itu Pa? biasanya ada syarat khusus buat lunasin angsuran harus masuk berapa bulan dulu gitu, kan itu motor cicilannya juga baru 9 bulan, sedangkan lama angsurannya 36 bulan.""Kita coba aja dulu Ma, lagian aneh ya dunia perkreditan dilunasin cepat suka ada penalti telat bayar kena denda hahaha." Ucap Mas Dirman sambil tertawa"Ya mereka jauh lebih pinter Pa semuanya ada perhitungan."Karena memang aku dan Mas Dirman kurang paham dalam hutang piutang apalagi yang menyangkut dengan Bank dan leasingDari awal menikah aku dan Mas Dirman sepakat untuk menghindari hutang dalam bentuk apapun"Papa tahu gak siapa pemilik motor ini sebelumnya?
Suamiku tak memiliki gajiPart 25"Maaf Bu Anggi, yang barusan itu siapa saya baru liat?" tanyaku setelah Bu Narti kembali ke belakang."Oh itu Mba baru, yang biasa bantuin disini resign pulang kampung mau nikah." "Udah lama kerja disininya?""Baru sekitar dua mingguan lah, kasian juga dengar cerita hidupnya katanya dia sakit-sakitan karena di guna-guna sama orang lain suaminya sampai pergi ninggalin dia sama anaknya gitu aja karena bosan ngurus dia keluar masuk rumah sakit, ya mudah-mudahan kerja sama aku dia sehat." Jawab Bu Anggi sambil menuangkan sirup pada gelasnya."Tega sekali dia fitnah suaminya kayak gitu, padahal suaminya luar biasa baik.""Uhuk. . . uhuk. . . emang Bu Sofi kenal sama Mba Narti?" Bu Anggi hampir mengeluarkan lagi sirup yang baru saja dia teguk."Kenal lah, anaknya itu satu sekolah satu kelas sama anak saya Khalisa, tiap hari kita ketemu karena sama-sama nungguin anak sekolah.""Terus gimana karakter dia? kalau ketemu tiap hari pasti sudah hafal dong dengan
Suamiku tak memiliki gajiPart 24Hari ini aku mendapat kabar jika Bu Yomi juga ikut ditahan di kantor polisi.Sekilas aku memikirkan bagaimana dengan Aqila, anaknya Bu Yomi, dengan siapa dia sekarang apa dia ikut dibawa ke kantor polisi? mengingat Bu Yomi dan Pak Edi hanyalah pendatang di kota ini, mereka tidak memiliki keluarga disini."Ma, kenapa sih kok bengong?" tegur suamiku."Oh enggak kok, Mama gak bengong, Mama cuma merhatiin orang yang lewat aja mau kemana ya mereka.""Mama ini ada-ada saja, Papa pulang dulu ya ke rumah, biasa ada kerjaan mendadak." Mas Dirman mengambil kunci motor yang disimpan didalam meja kasir."Yaudah hati-hati Pa!"Entah kenapa perasaan bersalah pada pelaku pencurian kemarin terus menghantuiku, aku merasa jadi manusia paling jahat di muka bumi ini.Apalagi saat mengingat omongan dari salah satu pelaku, dia terpaksa melakukan itu karena Istrinya sebentar lagi mau melahirkan butuh biaya, jadi tanpa pikir panjang dia mengambil tawaran pekerjaan dari Bu Yo
Suamiku tak memiliki gajiPart 23Hari ini aku kembali dengan aktifitasku yaitu mengantarkan Khalisa sekolah namun ada yang spesial selain Khalisa yang sudah naik ke kelas dua, Khalisa pun sudah tidak mau ditunggu selama proses belajar, dia hanya meminta untuk diantar jemput saja."Ma, Khalisa kan udah gede jadi Khalisa gak perlu ditunggu lagi ya!" ucap Khalisa saat aku sedang menyisir rambutnya."Siap, gitu dong, inget kata Mama ya, belajar yang benar kalau ada yang jahil apalagi sampai nyakitin jangan takut lapor ke guru."Pukul setengah 6 aku dan Khalisa sudah berangkat, karena sudah menjadi tradisi hari pertama di tahun ajaran baru pasti para murid akan berangkat lebih pagi untuk memilih tempat duduk, sistem pemilihan tempat duduk memang tidak pernah ditentukan oleh guru maupun sekolah jadi semua tergantung siapa cepat dia dapat, Khalisa memilih tempat duduk di barisan ketiga meskipun kursi didepan masih kosong, menurut Khalisa duduk dipaling depan kurang nyaman.Di hari pertama s
Suamiku tak memiliki gajiPart 22Akhirnya hari yang kami nantikan selama ini tiba, pada besok malam keluarga kecil kami akan berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah umrohSebelum berangkat selain menggelar syukuran kami juga meminta maaf dan meminta ridho kepada orang tua dan keluarga kami agar perjalanan ibadan kami diberikan kelancaran dan diberi kemudahan dalam segala hal"Ma, ngapapin sih masih bongkar-bongkar koper?" tanya Mas Dirman"Mama lagi ngecek dulu siapa tahu ada barang yang ketinggalan Pa.""Kan dari seminggu kemarin packing udah di cek ada lebih 3 kali, udah jangan bongkar pasang lagi, cape. Ayo istirahat!""Iya Pa, bentar ya sekali lagi." Kembali ku periksa tiga koper yang akan kami bawa, aku, Khalisa dan Mas Dirman masing-masing membawa satu koper jadi semuanya ada tiga koper yang akan dibawa"Yaudah terserah Mama aja deh!"Rasanya aku tidak bisa tidur malam ini, tidak sabar rasanya ingin segera datang hari esokSelama kami umroh urusan toko aku serahkan dan
Suamiku tak memiliki gajiPart 21PoV Pak ToniDulu aku merasa bangga bisa menikahi perempuan bernama Narti Hartati yang merupakan seorang kembang Desa ituNamun rasa bangga itu berubah menjadi penyesalan, seandainya waktu bisa diputar mungkin aku tidak akan memilih Narti menjadi IstrikuAndai tidak ada lagi wanita didunia ini selain Narti lebih baik aku hidup seorang diri sampai maut menjemputkuApakah aku salah jika aku menyerah dan memilih berhenti menjadi imam untuk Narti, aku benar-benar lelah tenagaku diperas namun aku tidak dilayani dengan baik, padahal penghasilanku setiap bulannya menurutku lebih dari cukup "Sarapannya cuma ini?" Aku protes saat Narti memberiku sarapan nasi yang digoreng tanpa minyak dan hanya diberi bumbu garam"Iya, emangnya mau makan apa? rendang sapi, semur ayam atau mekdi? yaudah sini uangnya aku belikan!""Tak punya otak kau ini Narti, yang pegang uangkan semuanya kamu? setelah gajiku cair langsung kau rampas, terus aku punya uang darimana?""Ya mak
Suamiku tak memikiki gajiPart 20"Iya itu emang suami saya, kalau libur suka jualan disini, biasa sampingan, suami saya emang pekerja keras meskipun gajinya gede tetap mau nyari penghasilan tambahan." Bu Narti membenarkan itu memang suaminyaJawaban Bu Narti benar-benar diluar dugaanku, aku kira akan terjadi huru hara saat ini mengingat Bu Narti selalu tidak terima jika ada orang yang berani menghina dan mempermalukannya"Ciyuuus Bu Narti? tapi beberapa hari lalu aku ketemu suami Bu Narti dia lagi kuli panggil di toko Bu Sofi? kalau gak salah itu hari rabu atau kamis, bukan hari libur pokoknya, terus pas saya tanya katanya Pak Toni udah gak kerja lagi dipabrik." Bu Yomi berusaha memancing keributan dengan Bu Narti"Suami saya emang suka gitu, suka merendah, yang jelas saya Istrinya lebih tahu, Bu Yomi jangan so tahu ya!" ucap Bu Narti tegas"Pantas aja segitunya nyari sampingan kan cicilan Bu Narti banyak, arisan nunggak, makan aja sampai ngutang." Bu Ida membuat suasana semakin pana
Suamiku tak memiliki gajiPart 19"Kok dia bisa sih masuk kedalam, emang tadi malam gerbang gak dikunci Pa?""Dikunci, tadi subuh pulang dari Masjid Papa gak kunci lagi," Mas Dirman meneguk kembali teh hangat yang kubuat"Terus gimana sekarang Pak Toni nya udah pulang belum?""Belum,""Kenapa belum pulang?""Papa suruh dia nunggu dulu, gimana ya Ma, Mama punya ide gak kasih kerjaan apa gitu?""Ya bilang aja gak ada Pa, apa susahnya?""Kasian Ma."Mas Dirman memang orang yang tidak tegaan, terkadang aku kesal dengan sikapnya yang seperti itu, dia rela memberikan apa yang dia punya demi bisa membantu orang lain "Hari ini ada barang datang kan ke toko Mama?" tanya Mas Dirman"Iya, emang kenapa?""Gimana kalau kita suruh Pak Toni buat bantuin, lumayan kita bisa minta dia buat bongkar muat.""Yaudah, terserah Papa aja, Mama ngikutin!"Setelah aku setuju dengan pendapatnya, Mas Dirman langsung kembali kedepan menemui Pak Toni"Pa, emang Pak Toni belum ngasih tahu Istrinya kalau dia udah ga
Suamiku tak memiliki gajiPart 18"Pa, rumput didepan udah tinggi gitu, mau dibersihin sama Papa apa nyuruh orang aja?" tanyaku saat aku sedang bersiap mengantarkan Khalisa sekolah"Nyuruh orang aja lah, Papa lagi banyak proyek ini gak bakal sempet." Mas Dirman tetap fokus pada layar tabletnya"Emm yaudah kalau gitu, tapi siapa ya kira-kira yang mau?" kusematkan jarum pentul pada jilbabku"Tenang aja Ma, nanti Papa aja yang nyari.""Oke Pa, Mama berangkat dulu ya!""Iya hati-hati Ma!""Eh Pa, jangan lupa ya hari ini kita mau ke kantor agen travel umroh yang Mama obrolin tadi malam!""Siap Ma!"Setelah berpamitan pada Mas Dirman aku langsung berangkat mengantarkan Khalisa sekolah, hari ini setelah Khalisa pulang sekolah kami akan pergi ke kantor agen travel umroh, dan untuk urusan toko ku serahkan semua pada dua pegawaiku"Bu Rita makanya kalau ikut arisan itu harus disiplin bayarnya jangan nunggu ditagih dulu, apalagi kalau arisannya udah menang duluan jangan merasa udah menang jadi l
Suamiku tak memiliki gajiPart 17"Ciyee nyolot hahaha." Ledek Bu Yomi pada Bu Narti"Kenapa Ibu marah sama saya? dari tadi saya diam aja loh gak ngomong apa-apa." Tanyaku pada Bu Narti"Kamu emang gak ngomong, tapi kamu kan yang nyuruh mereka nyindir-nyindir saya?""Bisa Ibu tanyakan langsung pada mereka!""Sini ngomong langsung sama saya kalau emang berani, jangan nyerang Bu Sofi, dia gak tahu apa-apa." Ucap Bu YomiNampaknya Bu Narti tidak berani menanggapi ocehan Bu Yomi, dia memilih untuk mundur dan kembali dudukPenampilan Bu Narti kini sedikit berubah meskipun aku tidak terlalu memperhatikan namun aku bisa membedakan penampilan Bu Narti dulu dan sekarangDulu dia selalu tampil paling menonjol diantara kami, menggunakan make up cukup tebal dan pakaian yang selalu matching dengan warna tas dan sepatu yang dia pakaiHampir setiap minggu dia pamer belanja baju baru apalagi saat suaminya baru gajian semua teman-teman satu gengnya dia traktir makan-makan"Ini bukan yang dicari?" ucap