MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA

MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA

last updateLast Updated : 2024-07-02
By:  Ria Wijaya  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
88Chapters
3.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Tidak hanya dihina oleh para tetangga, Aretha juga direndahkan oleh suaminya sendiri dan juga keluarganya, namun yang lebih parahnya lagi, keluarga dari pihak Aretha sendiri tidak ada yang mau membelanya. Hingga kemudian Aretha dan Fauzan bercerai, sebab Fauzan ketahuan selingkuh, dan setelah itu Aretha memilih pergi dan menjauh dari mereka semua. Hingga beberapa tahun kemudian, Aretha akhirnya kembali lagi untuk membungkam hinaan mereka semua.

View More

Latest chapter

Free Preview

Part 1

"Retha, cepat sapu lantainya!" teriak Yuni, yaitu ibu mertuanya Aretha.Belum sempat Aretha menyahut, dari arah belakang pundak Aretha ditepuk oleh Nina, yaitu adik iparnya."Mbak, tolong cucikan bajunya Nilna dulu, dia habis gumoh, takutnya membekas nanti." Menyodorkan baju bayi yang terlihat kotor dan juga bau."Iya, kamu rendam dulu aja, nanti setelah aku selesai nyapu--""Aduh, Mbak. Sekarang aja, nanti kalau membekas dan bau, kamu mau gantiin dengan yang baru?""Tapi--""Retha, .... cepetan!!! Teman-teman Ibu sudah hampir sampai ini, dan rumah masih berantakan!""Iya, Bu, ...." Lalu tanpa mempedulikan Nina lagi, Aretha langsung pergi ke ruang tamu untuk menuruti perintah ibu mertuanya."Dari tadi dipanggil baru nongol, lelet banget jadi orang! Kamu sengaja ya mau bikin Ibu malu!" Yuni langsung mengomel, sedangkan Aretha hanya bisa menghela napas panjang.Sabar ... sabar ... sabar ...Aretha hanya bisa merapalkan kalimat itu untuk menghadapi semua orang yang ada di sini.Tepat set

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
88 Chapters

Part 1

"Retha, cepat sapu lantainya!" teriak Yuni, yaitu ibu mertuanya Aretha.Belum sempat Aretha menyahut, dari arah belakang pundak Aretha ditepuk oleh Nina, yaitu adik iparnya."Mbak, tolong cucikan bajunya Nilna dulu, dia habis gumoh, takutnya membekas nanti." Menyodorkan baju bayi yang terlihat kotor dan juga bau."Iya, kamu rendam dulu aja, nanti setelah aku selesai nyapu--""Aduh, Mbak. Sekarang aja, nanti kalau membekas dan bau, kamu mau gantiin dengan yang baru?""Tapi--""Retha, .... cepetan!!! Teman-teman Ibu sudah hampir sampai ini, dan rumah masih berantakan!""Iya, Bu, ...." Lalu tanpa mempedulikan Nina lagi, Aretha langsung pergi ke ruang tamu untuk menuruti perintah ibu mertuanya."Dari tadi dipanggil baru nongol, lelet banget jadi orang! Kamu sengaja ya mau bikin Ibu malu!" Yuni langsung mengomel, sedangkan Aretha hanya bisa menghela napas panjang.Sabar ... sabar ... sabar ...Aretha hanya bisa merapalkan kalimat itu untuk menghadapi semua orang yang ada di sini.Tepat set
Read more

Part 2

Setelah selesai menyiapkan semua kebutuhan Fauzan yang sudah pulang bekerja, kini Aretha memberanikan diri untuk berbicara dengan Fauzan tentang satu persatu keinginannya."Mas, jatah bulanan untuk bulan ini kamu kasih lebih ya, soalnya aku ingin membeli beberapa barang," ujar Aretha pelan seraya menaruh secangkir kopinya Fauzan di atas meja ruang tamu."Ya nggak bisa dong, Reth. Lagi pula, kamu ini mau beli apa sih?""Ya banyak lah pokoknya, Mas. Kamu kan gajinya dua juta, masa sekali-kali nambahin tiga ratus ribu saja tidak bisa," keluh Aretha.Aretha yang selama ini hanya mendapatkan uang bulanan lima ratus ribu saja, ia tentu harus super irit agar bisa mencukupi segala kebutuhan dapur dan jajan anaknya saja, jadi Aretha tidak pernah menikmati sedikit pun uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, yaitu seperti membeli baju, skincare atau yang lainnya.Jangankan untuk membeli baju baru atau skincare, hanya untuk membeli lipstik atau bedak saja, Aretha bisa membelinya k
Read more

Part 3

"Bu, saya beli sayur bayamnya dua ikat, tempenya satu, sama ikan asinnya satu bungkus. Berapa semuanya?""Semuanya sepuluh ribu, Reth. Udah itu aja?" "Iya, Bu," sahut Aretha seraya hendak pergi, namun ia mengurungkan langkahnya ketika ada seseorang yang memanggilnya."Retha, kamu yakin belanjaan segitu cukup untuk satu hari? Di rumahmu kan banyak orang, mana mungkin belanjaan segitu cukup untuk sehari?""Cukup kok, Bu," sahut Aretha seraya tersenyum lebar."Ih, masa sih? Kalau aku belanja segitu cuma buat sekali makan. Pasti kamunya saja yang sengaja irit, seharusnya kalau masak buat keluarga itu jangan hitung-hitungan Retha, Fauzan kan gajinya lumayan gede."Aretha menghela napas. Dasar para tetangga, mereka selalu enteng ngomongnya, padahal mereka tidak tahu kondisi di rumah itu seperti apa?Karena malas meladeni omongan tetangga yang suka mencari kesalahannya, Aretha pun tanpa mempedulikan omongan ibu-ibu tersebut, ia langsung pamit pergi."Aduh, udah siang nih Ibu-ibu. Maaf ya, s
Read more

Part 4

"Mbak, lauknya sudah habis, buruan beli di warungnya Bu Yuyun dong, masa iya aku makan cuma pakai sayur bening doang," ujar Nina pada Aretha yang sedang menyetrika baju."Nggak bisa, aku lagi nyetrika. Kamu aja sendiri yang beli," sahut Aretha tanpa menoleh."Nggak mau, nanti kalau Nilna nangis gimana?""Ya biar aku yang urus. Mangkanya mumpung sekarang Nilna masih tidur, kamu buruan pergi.""Nggak ah, Mbak. Kamu aja yang beli, atau kalau kamu nggak mau, aku laporin ke Ibu nih.""Ya udah laporin aja sana," balas Aretha santai.Tanpa mengulur waktu, Nina pun langsung memanggil ibunya yang sedang bersantai di dalam kamar."Bu, ... Ibu! Mbak Retha nih nggak mau beli lauk!" teriak Nina yang persis seperti anak kecil jika merengek minta sesuatu.Aretha menghela napas, namun ia tidak mempedulikan Nina dan masih asyik melanjutkan pekerjaannya."Bu, ....!""Ish, apaan sih kamu ,Nin. Teriak-teriak mulu, anakmu kan lagi tidur.""Ini lho Mbak Retha nggak mau beli lauk, padahal lauknya sudah habi
Read more

Part 5

"Heh, Retha. Kenapa dari tadi kamu diam aja? Padahal tadi waktu berangkat kamu banyak bicara, tapi sekarang ....""Nggak apa-apa, cuma lagi 'bad mood' aja. Yuk, cari tempat ngobrol, sekalian nanti aku ceritain."Dengan cekatan Lina membawa Aretha ke kedai teh dulu, setelah membeli minuman, lalu kemudian Lina membawa Aretha ke alun-alun desa.Setelah mereka berdua sampai di alun-alun, Lina mengajak Aretha duduk di trotoar sembari menikmati cilok dan segarnya angin malam."Ada apa?" tanya Lina seraya menatap wajah murung Aretha."Gini Lin, setelah lihat semua teman-teman kita tadi, kayaknya cuma aku sendiri ya yang hidupnya kelihatan susah banget.""Ish, kamu ngomong apaan sih, Reth. Hei, Ingat ya! Di dunia ini semuanya itu cuma 'sawang sinawang', jadi kita tidak bisa menilai kehidupan orang lain dari pandangan kita aja, dan kita mana tahu kalau orang yang kelihatannya sukses, terus bahagia. Tapi, pada kenyataannya justru sebaliknya, jadi jangan pernah merasa rendah sendiri, oke?""Iya
Read more

Part 6

Satu bulan kemudian....Setelah mengetahui Fauzan mulai bermain api di belakangnya, Aretha lantas tidak langsung mencecar atau menyudutkan Fauzan dengan tuduhan perselingkuhan. Namun, Aretha sengaja membiarkan Fauzan melangkah bebas ke mana pun ia mau."Bagaimana?""Sudah, semuanya sudah diurus sama saudara suamiku, jadi kapan pun kamu siap tinggal di PT, kamu tinggal pindah saja," sahut Lina seraya tersenyum sedih. Lina sedih karena sahabatnya ini akan pergi jauh ke belahan dunia yang lain."Terima kasih ya, terutama untuk Vano." Aretha yang tidak kuat membayangkan akan meninggalkan anaknya, ia langsung menangis ketika menyebut nama Vano."Sudah, sabar ... jangan nangis, aku nanti juga ikutan nangis lho. Pokoknya kamu yang tenang aja, aku pasti akan bantu jaga Vano seperti anakku sendiri, dan kamu juga tidak perlu khawatir soal kebutuhan Vano, karena kami akan selalu siap memenuhi segala kebutuhannya, pokoknya kamu cukup fokus bekerja saja."Aretha yang mempunyai rencana untuk menjad
Read more

Part 7

Satu tahun kemudian ....Setelah berpisah dengan Fauzan, Aretha langsung berangkat ke PT, dan saat ini ia sudah berada di Taiwan untuk bekerja sebagai pengasuh lansia. Awal-awal bekerja sebagai TKW adalah masa yang paling berat yang harus dialami oleh semua para TKI, namun bukan hanya TKI saja, semua pekerja lain pun akan mengalami masa sulit ini karena mereka harus beradaptasi dengan orang baru dan juga lingkungan yang baru.Aretha bahkan diam-diam sering menangis ketika ia hendak tidur, sebab selain merindukan anaknya, ia juga mengalami tekanan mental saat merawat bosnya yang sudah tua itu."Laoban, Laoban Niang, makan siang sudah disiapkan," ujar Aretha pada anak majikannya yang saat ini sedang berkunjung ke rumah ibunya."Iya, terima kasih, Retha.""Retha, bukankah aku sudah pernah bilang? Panggil kami, Thai-Thai dan Sienseng!" raung nenek yang dirawat Aretha. Majikan Retha sangat mempedulikan status, oleh karena itu ia tidak suka jika Aretha memanggil mereka dengan sebutan Laoba
Read more

Part 8

Dua tahun kemudian ...Aretha entah harus merasa sedih atau senang, sebab saat ia hendak memperbaharui kontrak kerja, ternyata nenek yang selama ini ia rawat telah menghembuskan napas terakhirnya karena sakit, sehingga masa kontrak kerja pun berakhir dan Aretha diperbolehkan pulang ke Indonesia.Sebelum nenek sakit parah, ia pernah berpesan agar Aretha pulang saja jika dirinya telah meninggal. Nenek juga berpesan untuk menyuruh Aretha menerima saja apa yang akan anak-anaknya berikan nantinya."Semua wasiat Nainai sudah saya kirim ke rekeningmu, terima kasih karena selama ini sudah merawat Nainai dengan baik, salam buat keluargamu di Indonesia ya, dan hati-hati di jalan."Aretha kembali mengingat ucapan terakhir anak majikannya sebelum ia berangkat ke bandara, Aretha hendak menanyakan maksud wasiat yang dibicarakan bosnya itu, namun anaknya yang lain sudah mendesaknya agar cepat berangkat agar tidak ketinggalan pesawat.Aretha menghembuskan napas panjang ketika melihat buku rekening ta
Read more

Part 9

Sesuai dengan dugaan Aretha, kini para tetangganya Fauzan mulai berbisik-bisik ketika melihat Aretha menempati rumah kosong yang berada di kawasan rumah mereka.Meskipun rumah itu terbilang sedikit jauh dari rumah Fauzan, namun tetap saja mereka sekarang berada di satu komplek, dan Aretha juga pasti sedang digosipkan bahwa ia belum bisa move on dari Fauzan."Eh, itu tuh ... dia keluar," bisik salah satu tetangga yang masih bisa didengar Aretha saat ia hendak membeli sayuran di pedagang sayur keliling."Lho, Mbak Aretha. Lama tidak kelihatan, bagaimana kabarnya?" tanya Mamang tukang sayur dengan ramah."Alhamdulillah baik, Mang. Mamang sendiri bagaimana?""Alhamdulillah baik juga, wah ... Mbak Retha habis kerja di luar negeri, pasti sekarang duitnya banyak dong.""Halah, sama saja Mang, kan cuma tiga tahun di sana," sahut Aretha merendah, namun itu malah menjadi bahan hinaan terempuk buat para tetangganya."Eh, Retha. Yang namanya kerja di luar negeri, nggak peduli berapa tahun juga ka
Read more

Part 10

Nina melengos, namun sebelum ia pergi dari tempat itu, Nina sempat melirik isi keranjang belanjaannya Aretha. Melihat banyaknya aneka macam snack yang Aretha ambil, membuat Nina iri, dan tentunya ia juga tidak boleh kalah dari Aretha, lantas Nina pun segera mengambil lagi beberapa boks snack untuk anaknya."Ternyata Nilna suka jajan ya, kalau begitu ini ambillah, kamu kasihkan ke Nilna, ya anggap saja sebagai oleh-oleh aku pulang dari luar negeri," ujar Aretha sambil menyodorkan sekotak cokelat dengan harga yang cukup mahal.Di dalam hati Nina, ada sebuah gejolak perasaan untuk ingin mengambilnya. Namun, rasa gengsinya telah mencegahnya untuk mengambil barang tersebut."Huh! Maaf ya, Nilna nggak level makan cokelat murah seperti itu," sahut Nina sombong, padahal yang ditawarkan Aretha adalah cokelat dengan merek yang sudah terkenal enaknya, dan tentunya lumayan mahal."Oh ... kalau begitu bagaimana dengan yang ini?" Aretha mengembalikan cokelat di tangannya pada tempatnya, lalu kemud
Read more
DMCA.com Protection Status