Share

Part 7

Penulis: Ria Wijaya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-06 13:22:59

Satu tahun kemudian ....

Setelah berpisah dengan Fauzan, Aretha langsung berangkat ke PT, dan saat ini ia sudah berada di Taiwan untuk bekerja sebagai pengasuh lansia.

Awal-awal bekerja sebagai TKW adalah masa yang paling berat yang harus dialami oleh semua para TKI, namun bukan hanya TKI saja, semua pekerja lain pun akan mengalami masa sulit ini karena mereka harus beradaptasi dengan orang baru dan juga lingkungan yang baru.

Aretha bahkan diam-diam sering menangis ketika ia hendak tidur, sebab selain merindukan anaknya, ia juga mengalami tekanan mental saat merawat bosnya yang sudah tua itu.

"Laoban, Laoban Niang, makan siang sudah disiapkan," ujar Aretha pada anak majikannya yang saat ini sedang berkunjung ke rumah ibunya.

"Iya, terima kasih, Retha."

"Retha, bukankah aku sudah pernah bilang? Panggil kami, Thai-Thai dan Sienseng!" raung nenek yang dirawat Aretha. Majikan Retha sangat mempedulikan status, oleh karena itu ia tidak suka jika Aretha memanggil mereka dengan sebutan Laoban atau Laoban Niang, namun harus dengan sebutan Thai-Thai dan Sienseng agar Aretha mengerti jarak di antara mereka.

"Maaf, baik Thai-Thai." Setelah mengatakan itu, Aretha langsung kembali ke dapur, sebab bisa panjang omelan si nenek jika ia tidak segera kabur dari tempat itu.

Setelah enam bulan tinggal di sini, Aretha sekarang sudah terbiasa mendengar omelan nenek. Aretha lantas tidak memasukkan omelan tersebut ke dalam hati, ia justru hanya memasukkan omelan tersebut dari telinga kanan dan keluar lewat telinga kiri, yang juga berarti ia kini selalu mengabaikan omelan tersebut.

Setelah ikut makan siang di dapur, Aretha kemudian melanjutkan pekerjaannya kembali, setelah bosnya istirahat, ia pun baru bisa mengambil waktu istirahat dan baru kemudian bergegas bersih-bersih rumah sebelum bosnya bangun.

Setelah habisnya jam istirahat, Aretha baru saja akan membersihkan rumah, akan tetapi tiba-tiba saja bosnya menghampirinya.

"Retha, puas ya kamu? Sekarang kamu disuruh anakku memanggilku dengan sebutan Nainai, jika tidak, mereka tidak akan mau pulang mengunjungiku."

"Maaf, Thai-Thai. Jika Anda tidak suka, maka saya akan tetap memanggil Anda Thai-Thai. Akan tetapi, saya akan memanggil Anda dengan sebutan Nainai jika ada keluarga Anda."

"Tidak! Kamu kira anakku bodoh? Kamu harus memanggilku Nainai mulai dari sekarang!"

"Baik, Thai--"

"Oh, maksud saya Nainai."

Di dalam hati Aretha mendesah, hanya perkara panggilan saja, lagi-lagi bosnya itu mengomel.

"Memangnya tidak capek apa, ngomel mulu tiap hari?" batin Aretha yang hanya bisa bersabar, sebab bagaimanapun juga bos memang bebas mau ngapain saja.

"Retha, kamu jangan bersih-bersih rumah dulu, lebih baik sekarang kamu ikut aku ke ladang."

Ladang yang dimaksud nenek adalah halaman belakang rumahnya, Beliau memiliki banyak tumbuhan aneka sayur di halaman belakang rumahnya.

Meskipun Nenek cukup tua, namun ia masih sangat kuat untuk berkebun, jadi untuk mengisi waktu luangnya, nenek sering mengurus tanamannya sendiri.

"Retha, jadi perempuan itu harus kuat, kita tidak bisa mengandalkan suami, apalagi anak. Kamu harus mencontoh aku, bagaimana seorang ibu tunggal sepertiku bisa mengantarkan anak-anaknya pada kesuksesan, hingga mereka semua bisa hidup bahagia saat ini, bahkan di masa tuaku sekarang, aku juga tidak merepotkan mereka."

"Dan lagi, jika sedang sakit sedikit itu jangan dimanja, sebab waktu adalah uang, kamu kan harus menghidupi anakmu sendirian, jadi ingatlah dia selalu untuk semangatmu dan motivasi hidupmu, hingga kamu nantinya tidak pernah merasakan lelah atau sakit."

Aretha mengangguk mendengar nasihat nenek, walaupun nenek sangat cerewet, namun perjuangan hidupnya dulu patut Aretha acungi jempol.

Iya, Aretha harus kuat demi Vano, ia harus bekerja keras untuk Vano, karena Vano tidak bisa mengandalkan ayah kandungnya sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebab Fauzan telah melalaikan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah.

Aretha mendapatkan kabar ini dari Lina, bahwa Fauzan tidak pernah menjenguk Vano di pondok pesantren, apalagi kirim uang untuk bayar iuran bulanan maupun uang jajan untuk Vano.

Namun, untungnya saja Vano anak yang pintar, ia mendapatkan beasiswa hingga dibebaskan dari semua jenis pembayaran di pondok pesantren tersebut, sedangkan untuk uang jajan, Lina melarang Aretha mengirimkan uang untuk Vano, sebab Lina mempunyai keinginan sendiri memberikan uang jajan pada Vano, karena Vano sudah dianggap seperti anaknya sendiri.

Aretha hanya bisa pasrah dengan kemauan sahabatnya itu, namun ia tentu tidak akan melupakan kebaikan Lina. Aretha pasti akan membalas kebaikan Lina dua kali lipat, itulah janji Aretha pada dirinya sendiri.

Karena tidak ada beban yang menggelayutinya di Indonesia, Aretha jadi bisa menabung semua gajinya setelah terpotong dari pihak agensi, bank, maupun asuransi, sebab kebutuhannya selama di Taiwan, semua sudah ditanggung oleh majikannya sendiri.

Bahkan hanya untuk sekedar membeli sabun mandi saja, Aretha pernah kena marah sebab Aretha dinilai tidak menghargai pemberian bosnya itu.

Flashback on.

Beberapa bulan yang lalu...

"Kamu mau ke mana?"

"Mau ke BelMart, Thai-Thai."

"Mau beli apa?"

"Be-beli sabun mandi," sahut Aretha gugup, karena majikannya memandangnya dengan tajam.

"Sabun mandi? Bukankah di kamar mandi sudah ada stok sabun mandi banyak? Kenapa kamu beli? Kamu nggak suka ya dengan merek itu? Atau nggak cocok pakai yang murah seperti itu?" sindir nenek kesal.

"Kalau masih jadi pembantu itu jangan pilih-pilih! Dan, seharusnya kamu itu bersyukur punya majikan pengertian seperti saya!"

"Dulu saya juga pernah bekerja seperti kamu, tapi Bos saya tidak pengertian, apakah kamu juga ingin diperlakukan seperti saat saya bekerja dulu?"

"Maaf, tidak Thai-Thai. Saya tidak tahu kalau saya diperbolehkan memakai sabun mandi itu. Saya akan memakainya, dan terima kasih banyak atas pengertian Thai-Thai," sahut Aretha panik. Aretha memang tidak tahu kalau semua kebutuhannya juga dipenuhi oleh bosnya.

"Kalau tidak tahu, makanya harus tanya!" sembur si nenek kesal.

Padahal biasanya bukankah majikan dulu yang memberitahu pada pekerjanya? Kalau pekerja dulu yang tanya kan malu? Pikir Aretha.

Flashback off.

Aretha tersenyum sendiri ketika mengingat kejadian itu, sedangkan nenek yang melihat itu sontak mendorong bahunya.

"Kenapa kamu tertawa? Kamu pikir aku sedang melucu ya? Aku itu sedang menasihatimu!"

"Maaf, iya Nainai, saya tidak menertawakan nasihat Nainai."

"Lalu apa yang sedang kamu tertawakan?"

"Saya sedang tersenyum, Nainai. Saya merasa bersyukur mempunyai majikan yang sangat baik seperti Nainai."

"Huh! Kamu mulai pandai merayu ya?" cibir sang Nenek seraya memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan senyumnya.

Nenek merasa senang ketika Aretha memujinya, namun ia malu untuk menunjukkan rasa senangnya itu.

Sedangkan Aretha sendiri hampir tertawa ketika melihat tingkah laku bosnya yang seperti ini, dan saat ini pun Aretha mulai menyadari bahwa sesungguhnya Nenek sangat baik, namun entah mengapa Beliau harus berpura-pura galak dan cerewet padanya.

"Oh ya, Retha. Akhir-akhir ini aku merasa tubuhku sudah tidak sekuat biasanya, jadi mulai sekarang kamu juga harus menjaga kebun ini, rawat semua sayuran ini dengan baik, dan anggap saja seperti milikmu sendiri. Jadi awas saja kalau sampai ada yang mati!"

Mendengar perintah sekaligus ancaman sang Nenek, Aretha sontak mengangguk dan mengatakan baik, ia juga tentu pasti akan berusaha menjaga kebun ini dengan baik.

Sedangkan sang Nenek yang melihat keseriusan di wajah Aretha, ia pun tersenyum dalam hati, lalu kemudian ia juga membatin, "Kamu memang harus benar-benar menjaganya, karena kelak semua yang ada di sini akan jadi milikmu. Aku akan mewariskan semua ini padamu, karena hanya kamulah satu-satunya orang yang tulus merawatku."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Diah Sekti
sangat bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    Part 8

    Dua tahun kemudian ...Aretha entah harus merasa sedih atau senang, sebab saat ia hendak memperbaharui kontrak kerja, ternyata nenek yang selama ini ia rawat telah menghembuskan napas terakhirnya karena sakit, sehingga masa kontrak kerja pun berakhir dan Aretha diperbolehkan pulang ke Indonesia.Sebelum nenek sakit parah, ia pernah berpesan agar Aretha pulang saja jika dirinya telah meninggal. Nenek juga berpesan untuk menyuruh Aretha menerima saja apa yang akan anak-anaknya berikan nantinya."Semua wasiat Nainai sudah saya kirim ke rekeningmu, terima kasih karena selama ini sudah merawat Nainai dengan baik, salam buat keluargamu di Indonesia ya, dan hati-hati di jalan."Aretha kembali mengingat ucapan terakhir anak majikannya sebelum ia berangkat ke bandara, Aretha hendak menanyakan maksud wasiat yang dibicarakan bosnya itu, namun anaknya yang lain sudah mendesaknya agar cepat berangkat agar tidak ketinggalan pesawat.Aretha menghembuskan napas panjang ketika melihat buku rekening ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    Part 9

    Sesuai dengan dugaan Aretha, kini para tetangganya Fauzan mulai berbisik-bisik ketika melihat Aretha menempati rumah kosong yang berada di kawasan rumah mereka.Meskipun rumah itu terbilang sedikit jauh dari rumah Fauzan, namun tetap saja mereka sekarang berada di satu komplek, dan Aretha juga pasti sedang digosipkan bahwa ia belum bisa move on dari Fauzan."Eh, itu tuh ... dia keluar," bisik salah satu tetangga yang masih bisa didengar Aretha saat ia hendak membeli sayuran di pedagang sayur keliling."Lho, Mbak Aretha. Lama tidak kelihatan, bagaimana kabarnya?" tanya Mamang tukang sayur dengan ramah."Alhamdulillah baik, Mang. Mamang sendiri bagaimana?""Alhamdulillah baik juga, wah ... Mbak Retha habis kerja di luar negeri, pasti sekarang duitnya banyak dong.""Halah, sama saja Mang, kan cuma tiga tahun di sana," sahut Aretha merendah, namun itu malah menjadi bahan hinaan terempuk buat para tetangganya."Eh, Retha. Yang namanya kerja di luar negeri, nggak peduli berapa tahun juga ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    Part 10

    Nina melengos, namun sebelum ia pergi dari tempat itu, Nina sempat melirik isi keranjang belanjaannya Aretha. Melihat banyaknya aneka macam snack yang Aretha ambil, membuat Nina iri, dan tentunya ia juga tidak boleh kalah dari Aretha, lantas Nina pun segera mengambil lagi beberapa boks snack untuk anaknya."Ternyata Nilna suka jajan ya, kalau begitu ini ambillah, kamu kasihkan ke Nilna, ya anggap saja sebagai oleh-oleh aku pulang dari luar negeri," ujar Aretha sambil menyodorkan sekotak cokelat dengan harga yang cukup mahal.Di dalam hati Nina, ada sebuah gejolak perasaan untuk ingin mengambilnya. Namun, rasa gengsinya telah mencegahnya untuk mengambil barang tersebut."Huh! Maaf ya, Nilna nggak level makan cokelat murah seperti itu," sahut Nina sombong, padahal yang ditawarkan Aretha adalah cokelat dengan merek yang sudah terkenal enaknya, dan tentunya lumayan mahal."Oh ... kalau begitu bagaimana dengan yang ini?" Aretha mengembalikan cokelat di tangannya pada tempatnya, lalu kemud

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    Part 11

    Aretha dan Lina kini akhirnya sampai di depan toko swalayan tempat kerjanya Fauzan, dan juga Nila, yang kini sudah menjadi istrinya Fauzan."Kita mau beli apa di sini? Kan nggak mungkin kalau cuma lihat mantan suamimu dan istri barunya," ujar Lina polos, dan ia juga takut jika sahabatnya nanti akan dipermalukan dan dianggap belum move on dari mantan suaminya."Ya Kita lihat-lihat dulu, nanti kalau ada yang cocok ya kita beli," sahut Aretha santai sembari menahan senyum, ia sengaja menggoda Lina dengan jawaban seperti itu agar Lina semakin khawatir dan juga terlihat semakin lucu."Ish, kamu ini ... nanti kalau mereka berdua mempermalukan mu gimana? Aku kan khawatir.""Sudah kamu tenang saja, bukan aku yang nantinya akan malu, akan tetapi mereka," sahut Aretha sembari tersenyum miring.Lina menghela napas, ia bingung mau menjawab apa, yang penting ia hanya bisa berdoa semoga apa yang direncanakan sahabatnya itu akan selalu berhasil.Setelah masuk ke dalam toko, Aretha dan Lina langsung

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    Part 12

    Para karyawan langsung menunduk hormat ketika sang pemilik toko datang, begitu juga dengan Nila yang langsung menundukkan kepalanya dalam, sebab ia malu dan juga takut."Ada apa ini?" Ulang Pak Prabu dengan wajah sangarnya, namun ia langsung tersenyum ramah pada Lina, karena ia mengenal Lina sebagai istri temannya."Eh, Bu Lina. Anda bersama siapa, Bu? Dengan Pak Roni kah?""Oh, bukan Pak. Saya datang bersama sahabat saya, ini perkenalkan, namanya Aretha."Aretha dan Pak Prabu lantas bersalaman, lalu kemudian ia menanyakan masalah yang tadi lagi."Mohon maaf sebelumnya, ini ada apa ya Bu Lina?" tanya Pak Prabu yang memang tidak mengerti pokok permasalahannya, namun tadi ia sempat mendengar suara teriakan keras Nila."Jadi begini, Pak. Aretha tadi ingin minta warna lain dari baju ini, namun mbaknya mungkin sudah lelah ya, jadi dia marah-marah pada sahabat saya dan mengira sahabat saya hanya mengerjainya saja, padahal sahabat saya ini sudah membeli banyak baju lo, itu buktinya di atas m

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    Part 13

    Setelah puas berbelanja, Aretha dan Lina langsung pergi menuju parkiran, Aretha tidak jadi membeli kebutuhan pokok sehari-hari karena ia mendengar bahwa Fauzan sudah tidak bekerja lagi di bagian itu.Namun, siapa yang menduga jika Aretha tetap bisa bertemu dengan mantan suaminya, sebab saat ini Fauzan telah berlari menyusul langkahnya."Retha, ... Retha, ... tunggu!" teriak Fauzan di lorong basemen tersebut.Mendengar suara yang tidak asing di telinganya, Aretha sontak berhenti, lalu kemudian segaris senyum muncul di bibirnya yang tipis sebelum ia membalikkan tubuhnya."Tunggu ...." ujar Fauzan seraya terengah-engah.Aretha tersenyum, lalu ia mengatakan, "Ada apa?"Mendengar suara datar istrinya, hati Fauzan sontak mencelos, namun ia buru-buru tersenyum dan menanyakan kabar Aretha dengan ramah."Retha, bagaimana kabarmu? Lama tidak bertemu, kamu sekarang jadi jauh lebih cantik ya," puji Fauzan apa adanya. Ya, Fauzan memang bisa melihat perbedaan Aretha, begitu juga dengan orang-orang

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    Part 14

    Keesokan harinya...Sesuai dengan apa yang diinginkan Aretha, video yang direkam oleh orang suruhannya kini langsung viral, bermacam-macam komentar pun menghiasi video tersebut, yang intinya sama dengan persepsi orang-orang yang berada di tempat kejadian itu berlangsung."Mas Fauzan, ... Mas, ... Mas, ... cepat bangun, Mas! Kamu dan istrimu viral nih ...." teriak Nina sembari menggedor pintu kamar Fauzan.Sedangkan di dalam kamar, Nila sontak berdecak mendengar teriakan adik iparnya."Ish, itu apaan sih Adikmu, pagi-pagi sudah ganggu orang lagi tidur aja, berisik banget! Cepat sana bangun, urus itu Adikmu!" gerutu Nila sembari mengambil bantal yang ia gunakan untuk menutupi telinganya.Fauzan juga berdecak, namun ia segera bangun dan membuka pintu kamarnya."Ada apa sih? Ini kan masih jam setengah enam pagi, tapi kamu sudah ribut sendiri!" kesal Fauzan. Fauzan hendak menutup pintu kamarnya kembali, namun ia segera mengucek matanya ketika melihat caption videonya."Astaga, apa-apaan i

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    Part 15

    "Retha, kamu yakin mau jualan keripik seperti ini? Kenapa nggak langsung bikin toko grosir snack yang besar kayak yang kamu inginkan kemarin sih?" tanya Lina sembari mengangkat sebungkus keripik pisang buatan Aretha, lalu kemudian ia memperhatikan kemasan keripik pisang tersebut.Aretha tersenyum, lalu kemudian ia memasukkan satu persatu keripik pisang dan keripik singkong miliknya ke dalam boks sebelum ia pasarkan nantinya."Lina sayang, namanya orang yang ingin mulai bisnis itu pasti dari bawah, apalagi aku yang tidak punya pengalaman sama sekali dalam bidang ini, jadi sebelum aku membuat toko yang besar, aku harus cari relasi yang banyak, kan mana mungkin aku langsung datangi pabrik lalu beli snack tanpa bertemu dengan sales mereka dulu. Jadi, anggap saja saat ini aku berjualan sambil mencari informasi bagaimana langkah awal jualan snack grosiran."Lina manggut-manggut, ia merasa apa yang dikatakan Aretha memang benar, lalu kemudian ia hendak membantu Aretha memasukkan barang dagan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-10

Bab terbaru

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 42 (Tamat)

    [Aku lagi di rumah temenku, memangnya kenapa kok pingin ketemu aku?] [Ih, Kak. Memangnya Kak Nayra nggak lihat postingan teman Kakak, dia kayaknya sengaja pingin jatohin harga diri kamu kak.] [Udah biarin aja, lagi pula sebentar lagi semuanya juga akan terbongkar, jadi kamu tenang aja, kamu cukup tunggu kabar baiknya aja.] Setelah membalas pesan tersebut, Nayra kemudian memasukkan ponselnya kembali ke dalam tasnya, dan ia sebenarnya juga tidak sabar mengakhiri semua sandiwaranya ini. Lalu setelah mereka semua puas makan rujak, Melisa mengajak teman-temannya keliling, termasuk Nayra. Nayra dan yang lainnya diajak Melisa melihat sawah dan kebun jeruk milik suaminya Melisa. Tidak hanya itu, Melisa juga memamerkan dua lahan kosong milik suaminya, ketika mobil mereka melewati jalanan tersebut, sehingga membuat Nayra semakin yakin dengan dugaannya tentang suaminya Melisa. [Mas, gimana?] [Sudah semuanya Yank. Ini dia sudah dijemput polisi, dan sebentar lagi aku akan jemput k

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 41

    Sesuai dengan kesepakatan kemarin, hari ini Nayra, Diah, Intan, dan Sari, akan bertemu di rumahnya Melisa."Loh, Yank. Kenapa kamu pakai baju ini? Kamu nggak suka ya, dengan baju yang dibelikan Mama kemarin?" tanya Vano saat melihat Nayra memakai baju bawaannya sendiri, sebuah baju yang warnanya sudah kusam, dan tentunya terkesan bikin mata jadi sepet."Suka Yank. Suka banget malah, tapi hari ini aku mau menghormati orang yang mengundangku, dia kan mau terlihat lebih WOW dari aku, masa iya aku dengan jahatnya ngerusak rencananya itu."Sejenak Vano memahami kata-kata Nayra, lalu kemudian ia mengatakan, "Oh ... sekarang aku jadi lebih paham lagi, kenapa kamu nggak mau pake Rolls-Royce, dan minta antar aku. Kamu masih belum mau nunjukin dirimu yang sekarang ya?""Iya, lagi pula kemarin Melisa udah mamerin semua perhiasannya, dan hari ini dia mau pamerin hartanya yang lainnya lagi, jadi aku harus dukung dia dong, dan jangan sampai buat dia malu."Nayra yang sudah mengetahui watak Melisa,

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 40

    Setelah puas mengobrol, mereka berdua akhirnya memutuskan pulang."Eh, Nay. Main ke rumahku yuk, kan kamu mumpung ada di sini, nanti kita jalan-jalan juga sama, Intan, Diah, dan Sari.""Lho, mereka juga tinggal di sini?" tanya Nayra yang juga jadi teringat dengan nama-nama teman SMP nya dulu."Iya, mereka juga dapat suami yang berasal dari kota ini, namun kami tinggal di desa yang berbeda.""Baiklah, nanti kamu kabarin aku aja kalau mau ngumpul, aku akan datang ke sana.""Oke, terus kamu ke sini tadi naik apa?" tanya Melisa yang berniat memberi tumpangan untuk Nayra, jika Nayra datangnya dengan jalan kaki, maka Melisa bisa pamer ke Nayra, betapa enaknya naik mobil mahal milik suaminya itu."Naik mobil itu," sahut Nayra sembari menunjuk mobil yang ia tumpangi tadi.Melisa hampir menyemburkan tawa ketika melihat mobil butut milik Nayra, yang berbanding jauh dengan mobil miliknya."Oh, kalau begitu aku duluan ya, itu sopirku udah siap." Melisa menunjuk mobil Alphard yang ditumpanginya ke

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 39

    "Mas, hari ini aku ingin pergi ke alun-alun, kan katanya di sana ada bazar, aku pingin beli jajan, boleh ya?" tanya Nayra sembari menyuapi Vano, sebab saat ini kedua tangan Vano masih sibuk mengetik di laptopnya."Iya, beli saja apa yang kamu mau, dan kamu boleh pergi ke mana pun, asalkan diantar sama sopir.""Siap, Bos," sahut Nayra sembari memberi hormat, lalu kemudian ia menyuapi Vano lagi.Setelah sarapan mereka habis, Vano kemudian langsung berangkat ke kantor, sedangkan Nayra juga langsung bersiap-siap untuk pergi."Pak, memangnya nggak ada motor ya? Alun-alun kan Deket, masa kita pergi naik mobil ini?" Nayra merasa kurang nyaman saja kalau pergi ke mana-mana harus memakai Rolls-Royce, dan ia juga takut akan jadi pusat perhatian nantinya."Waduh, Bu. Kalau di sini nggak ada motor, dan dari Surabaya saya memang sudah disuruh bawa mobil ini untuk mengantar ke mana pun Bu Nayra pergi."Melihat wajah Nayra berubah murung, lalu sang sopir memiliki ide lain."Kalau Bu Nayra nggak ing

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 38

    "Aku juga nggak tahu, Ma," sahut Fadil yang juga baru saja mendengar nama itu."Oh, Melisa itu tetangga saya di Melawi," timpal Nayra."Owh ...." sahut semua orang kompak."Iya, wanita itu memang dari Melawi, dan dia menikah dengan salah satu manajer Wangs Food yang ada di kota ini, dan mertuanya juga seorang kepala desa Nglegok, jadi mereka mendapatkan undangan dari kami karena termasuk perangkat desa. Dan, mengenai alasan para staf mengira wanita itu menantunya Pak Davin, karena tadi wanita itu menaiki mobil Alphard," jelas Aryo, yang membuat semua orang mengangguk mengerti.Lalu kemudian mereka berbicara hal lain, hingga kemudian Fadil, Rita, dan Aryo, pamit pulang.Setelah itu, Vano dan Nayra juga pamit pulang ke hotel kembali, namun saat di perjalanan, Vano mengambil jalan yang berbeda dari sebelumnya, sebab ia sekaligus mengajak Nayra mengelilingi sebagian kota Ledok Ombo.Sesampainya di hotel, mereka berdua langsung masuk kamar."Ini, ambillah!" ujar Vano sembari menyodorkan be

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 37

    Para staf itu kemudian langsung bubar dan masuk ke dalam ballroom hotel, mereka hendak membicarakan masalah ini pada Aryo, namun saat ini Aryo sedang memberikan sambutan pada para tamu undangan."Sekali lagi saya memohon maaf untuk para tamu undangan yang sudah hadir, dan terutama untuk Bapak-bapak atau Ibu-ibu yang ingin berbicara langsung dengan Pak Davin dan Bu Aretha, yang saat ini mereka tidak bisa hadir dalam acara ini dikarenakan putri mereka baru saja mengalami kecelakaan, dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit.""Sebenarnya hari ini menantu mereka, Bu Nayra, akan hadir di tengah-tengah kita, namun mungkin Beliau juga memiliki halangan lain, sehingga hari ini juga tidak bisa hadir dalam acara ini. Jadi saya mewakili Queen Hotel, memohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih." Lanjut Aryo sembari menatap kursi yang ditata khusus untuk tempat duduk Nayra, namun sudah diduduki oleh wanita lain, jadi Aryo mengira Nayra tidak bisa datang dan para staf menyuruh tamu lain untu

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 36

    "Eh, Mbaknya mau ke mana?" tanya sang ketua panitia sembari merentangkan tangannya di hadapan Nayra."Itu, mau nyapa tetangga saya," sahut Nayra sembari menunjuk ke arah wanita muda itu."Mel, ... Melisa, ...." teriak Nayra yang akhirnya memanggil anaknya Wati, yaitu tetangganya di Melawi. "Sssttt, jangan teriak-teriak di sini, Mbaknya kalau mau bicara dengan Mbak itu di dalam saja, bawa undangannya kan?""Undangan?" tanya Nayra kebingungan. "Loh, kok tadi suami saya nggak ngasih undangan ya, dan mertua saya juga nggak bilang kalau ada kartu undangannya."Sang ketua panitia pun sontak mendengus. "Kalau begitu Mbaknya nggak boleh masuk, dan jangan manggil tetangga Mbak tadi seperti itu, sebab dia orang penting di sini."Setelah mendengar penjelasan sang ketua panitia, Nayra hanya bisa menganggukkan kepalanya.Sedangkan di sisi lain, Melisa yang mendengar ada orang yang memanggilnya, ia pun menoleh, dan keningnya mengerut setelah memastikan orang yang memanggilnya itu adalah Nayra."Na

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 35

    Hotel bintang lima di kabupaten Ledok Ombo yang bernama Queen Hotel, tampak begitu ramai karena hari ini sang pemilik hotel tengah mengadakan acara amal untuk korban bencana alam di kabupaten Argopuro.Namun, anehnya sang pemilik acara langsung meninggalkan tempat acara setelah mendapat telepon dari salah satu rekan kerjanya."Ma, ayo sekarang kita pergi ke rumah sakit, anaknya Pak Davin kecelakaan, jadi Beliau dan istrinya tidak bisa hadir ke sini, namun ada menantu mereka yang akan datang mewakilinya," ujar Fadil setelah ia mendapat telepon dari Davin."Baiklah, terus acara di sini bagaimana?""Biar Aryo yang urus. Aryo, aku serahkan acara hari ini padamu, dan tolong sambut menantunya Pak Davin dengan baik, jangan sampai ada orang yang mencoreng nama baik hotel ini di hadapannya!""Baik, Pak," sahut sekretaris Fadil.Fadil tentu lebih mengutamakan menjenguk Vania, sebab orang yang paling berjasa mengantarkan pada kejayaannya hingga puncak saat ini adalah Davin, jadi ia merasa tidak

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 34

    Setelah sampai di Ledok Ombo, Nayra dan Vano langsung menuju ke rumah sakit tempat Vania dirawat."Kak Vano, sakit ...." rengek Vania saat ia melihat kakak dan kakak iparnya sudah datang."Kamu ini habis ngapain, kok bisa sampai bonyok seperti ini?" tanya Vano sembari memeriksa lutut, siku, dan kening Vania yang diperban."Dia habis belajar naik motor, terus nabrak pohon," sahut Aretha sembari mengupas buah."Loh, kok bisa? Memangnya dia minjem motornya siapa, Ma?""Nggak tau, katanya punya temennya.""Kamu ini ada-ada aja, Nia. Sudah bagus ke mana-mana ada yang nganterin. Eh, malah akal-akalan belajar naik motor," ujar Nayra sembari menggelengkan kepalanya."Ya habisnya aku ingin kayak temen-temenku yang lain, Kak. Bisa nyetir motor dan mobil sendiri.""Tapi, nggak harus belajar dengan orang lain, Nia. Apalagi, ini juga bukan di daerah kita, kamu kan tau sendiri Papa dan Mama datang ke sini karena memenuhi undangan rekan kerja Papa. Eh, kamu malah bikin ulah," gerutu Davin."Ya maaf,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status