Beranda / Urban / Suamiku Jadul / Tertawa Dalam Tangisan

Share

Tertawa Dalam Tangisan

Penulis: Bintang Kejora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

ParliNia 2

Part 19

Malam itu seperti malam pelampiasan hasrat yang tertunda beberapa bulan. Aku juga harus jujur, aku sudah rindu. Akan tetapi ada yang membuat gairahku tiba-tiba sirna. Kebiasaan Bang Parlin memejamkan mata jika sedang berhubungan.

"Kenapa sih harus pejamkan mata, Bang," tanyaku sedikit kesal.

"Kebiasaan, Dek, sulit untuk dirubah," jawab Bang Parlin tanpa membuka matanya.

"Kebiasaan bayangkan Rara ya?" kataku lagi.

"Astagfirullah, jangan suozon mulu, Dek," kata Bang Parlin.

"Kalau begitu, katakan alasannya, Bang, kenapa harus mata terpejam, ataukah aku terlalu jelek untuk dilihat?" tanyaku lagi.

"Kau aneh, Dek, sudah enam belas tahun terpejam, baru hari ini ditanyakan, tapi baiklah, aku terangkan juga" kata Bang Parlin.

"Ok, Bang, ditunggu,"

"Manusia itu punya panca Indra, Dek, lima panca indra ini ikut menikmati saat berhubungan. Jadi aku paling suka indra peraba, yaitu kulit, untuk mendapat sensasi lebih dari indra peraba ini, aku mematikan Indra yang lain, yait
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (27)
goodnovel comment avatar
carsun18106
anak2 mah biarin aja, kan ada ibunya yg ngurus
goodnovel comment avatar
carsun18106
jd mau balik ke kebun aja, seperti dulu waktu ditinggal rara tanpa kabar, jd skrg mau ngabisin sisa umur aja, dan berharap bersatu di akhirat
goodnovel comment avatar
carsun18106
entah kalo bang parlin mikir apa ngga ya, liat bang parlin yg usahanya cuma kyk gini2 aja, sekedar simbolis krn ini ide anak2, ngga ke sumber masalah, nia ngungkapin perasaan pun msh disepelekan, trs merasa lelah, nyerah gitu aja, mungkin krn memang bang parlin ngga ada perasaan sama nia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku Jadul   Ayah Yang Sakiti, Butet Yang Sembuhkan

    ParliNia 2Part 20Aku memang sudah salah paham, akan tetapi aku tetap merasa sakit hati. Rasanya Bang Parlin cepat bilang leleh jika untukku, sedangkan untuk Rara, dia mau menunggu sampai belasan tahun. Dia tidak lelah menunggu, sampai umurnya tiga puluh enam tahun baru menikah, itupun karena Rara yang duluan menikah. Dia tidak lelah, padahal menunggu adalah pekerjaan yang paling melelahkan. Dia juga seperti ingin mengulang masa lalunya, memilih menyendiri di kebun, dari pada coba untuk membujukku lagi. Usahanya selama ini hanya ide anak-anak yang tidak mau punya orang tua yang berpisah. Entahlah, aku makin merasa sakit hati, ketika dia Bang Parlin bilang "lelah" seakan-akan aku beban yang sangat berat. Padahal dia tidak lelah memperjuangkan Rara, dia tidak lelah mewujudkan cita-cita Ayah Rara. Bahkan dia keluar dari prinsip hidupnya demi gelar keluarga teladan itu. Impian ayah Rara yang tak kesampaian.Apakah Bang Parlin akan bernasib seperti ayah' Rara? Yang luar biasa baik tapi

  • Suamiku Jadul   Istri Minggat Aku Sekarat

    ParliNia 2Part 21Bang Parlin terduduk lesu, dua tangannya memegangi kepala. Dia seperti memijit kepalanya. Sementara Butet masih berkacak pinggang di depan Bang Parlin."Ya, Allah, ada anak mau memecat ayahnya, apakah aku gagal sebagai orang tua?" kata Bang Parlin, dia masih terduduk, dua tangannya masih memegang kepala."Ya, Ayah gagal, ayah memang berhasil jadi orang baik, sampai ke Bandung sana pun ayah pergi untuk urus orang, bohong sama mamak, ajari aku berbohong, tapi gak tau mau anak sendiri," kata Butet lagi.Butet ternyata masih ingat kebohongan ayahnya yang satu itu, benar juga kata orang wanita itu pengingat sejarah paling jago. Padahal saat itu Bang Parlin mau jenguk Rara yang sakit, dia berbohong padaku, dia bilang dia mau menghadiri undangan. Butet akhirnya pergi dengan mulut masih monyong, lucu juga melihat anakku ini memarahi ayahnya, Bang Parlin seperti tak bisa bicara banyak di depan anak gadisnya tersebut. Satu kalimat dari Bang Parlin, Butet ngoceh panjang leba

  • Suamiku Jadul   Butet Yang Galak

    ParliNia 2Part 22PoV ParlinSetelah enam belas tahun berumah tangga, setelah ribuan kali melakukan hubungan, baru ini Nia menanyakan kenapa mata terpejam ketika berhubungan. Padahal bermacam cara orang untuk bisa menikmati hubungan badan. Konon ada yang harus menyiksa biar bisa puas, ada yang minta aneh-aneh pada istri, aku hanya memejamkan mata? Itupun dicurigai yang bukan-bukan. Masa katanya aku membayangkan Rara? Duh, Rara itu terlalu suci untuk dibayangkan saat beginian. Aku tak berani menyentuhnya, bahkan tak berani membayangkannya.Aku jelaskan apa adanya, aku sangat menikmati sentuhan kulit, menurut ilmu yang saya pelajari di pesantren, jika ingin menajamkan pendengaran, tutup mata, itu yang kulakukan, akan tetapi Nia sepertinya kurang percaya. Mungkin dia menyangka aku membayangkan Rara. Duh, pikiran yang sempit. Padahal dalam hidup ini, aku hanya mengenal dua wanita, Rara dan Nia, Rara tak bisa kumiliki. Nia lah segalanya kini, adapun Rara hanya dalam kenangan. Kuakui mema

  • Suamiku Jadul   Parlin Vs Hernyet

    Part 23Rumah besar milik kami itu sudah dikontrak Hermansyah selama sepuluh tahun, tadinya dia minta beli, akan tetapi tak kujual. Dari sekian lama di desa ini, dari sekian banyak orang, hanya si Hermansyah ini yang bisa membuat aku cemburu. Hanya dia yang bisa menyaingi aku di sini, ternyata dia pula yang membawa lari istriku.Ketika tiba di rumah Hermansyah, pria itu tidak ada di rumah, yang ada hanya putrinya Amanda. Gadis itu sepertinya ketakutan."Om, maaf, Om," katanya sebelum aku sempat bertanya."Mana ayahmu?" tanyaku langsung saja."Tolong, Om, jangan bilang ayahku," jawab Amanda."Lo, kenapa?" Melihat gadis cantik ini ketakutan, aku jadi makin curiga."Ayah gak perlu tahu, Om," kata Amanda lagi."Kok gak perlu tahu pula, ini urusan kami dengan ayahmu, justru kamu yang gak perlu tahu," kataku kemudian."Tolong, Om, ayahku nanti marah," kata gadis cantik itu.Aneh, kok takut kalilah anak ini ayahnya marah? Padahal aku di sini yang marah. "Telepon dulu ayahmu, bilang aku di

  • Suamiku Jadul   Sadar Diri Tak Tak Tahu Diri

    Part 24 Ucok memegangiku, padahal sudah ingin kupraktekkan ilmu yang pernah kupelajari di pesantren. Belum pernah kugunakan semenjak dulu. "Katakan sekarang di mana istriku," kataku lagi. "Maaf, Bang Parlin, janjiku tak bisa kulanggar, bukannya kita harus memegang janji, demi apapun janji itu itu harus dipegang teguh, itukan ajaran Bang Parlin," kata Hermansyah lagi. Perkataannya itu serasa kembali kepadaku, demi janjiku pada Rara, sudah banyak yang sakit hati, janji rambut, janji kucing, sapi dan segala macam. Karena janjiku itu juga Nia istriku sering sakit' hati, ah, padahal, itu hanya janji pada diri sendiri, mencintai Rara hanya janjiku pada diri sendiri, bukan pada orang lain. Sekarang aku baru menyadari, ada janji yang bisa membuat orang susah. Aku buktinya. Hermansyah ini bukti lain karena janjinya pada Nia, dia bahkan rela kupukul. Sebentar, dari mana pria Arab ini tahu soal aku yang teguh pegang janji, padahal dia orang baru di desa ini, dia juga baru kukenal? Jangan-jan

  • Suamiku Jadul   Ucok Punya Ide

    Part 25Malam kedua tanpa ada Nia, suasana rumah seperti berubah, Ucok dan Butet terus bertengkar, ada saja pertengkaran mereka, mulai dari siaran TV, sampai siapa yang duluan mandi. Seperti malam itu, Ucok lagi nonton berita, Butet datang mau nonton sinetron."Kayak mak-mak saja kau, Butet, nonton sinetron," kata Ucok seraya merampas remote."Heh, sini itu, Abang Ucok kayak politikus saja nonton berita," kata Butet. Mereka lalu tarik-tarikan."Udah, udah," teriakku, sini remote-nya, gak ada yang boleh nonton TV," sambungku lagi."Awas, Bang Ucok ya, kubilang Ayah," kata butet lagi. "Awas kalau kau bilang," kata Ucok."Heh, sini dulu kalian, bilang apa, Tet?" kataku penasaran. Sepertinya Ucok takut sekali ketahuan."Bang Ucok, Yah," kata Butet lagi."Kenapa Bang Ucok,""Dia main cewek sama Kak Amanda," kata Butet."Cok, sini dulu ayah bilang sama kau ya, Cok, itu berduaan sama cewek dalam rumah itu tidak boleh, kau kan sekolah agama, masa kau gak tau," kataku coba memberikan nasiha

  • Suamiku Jadul   Terkoyak Oleh Obesitas

    ParliNia 2Part 26Ini. Butet terlalu jujur atau memang dia tidak tahu aku lagi menunggu Hermansyah bilang di mana Nia? Akan tetapi aku yakin Butet sengaja, dia orangnya yang suka nguping pembicaraan orang dewasa. Dia pasti sudah mendengar pembicaraan kami, lalu muncul di saat yang tepat. Langsung pula bilang di mana Amanda tanpa ditanya. Gagal total sudah rencana Ucok. Butet ini memang kadang-kadang?Amanda lalu muncul, gadis cantik tinggi semampai itu lalu salim ke ayahnya. "Aku main ke sini, Pa, bosan sendirian di rumah," kata Amanda."Itulah kubilang, jika takut sendirian ajak temanmu, ajak si Butet, entah si Ucok," kata Hermansyah sambil mengelus rambut anaknya."Maaf, Ya, aku tidak tahu budaya di daerah kalian, tapi di sini, laki-laki dan perempuan tidak boleh berduaan dalam rumah, tolong ajari anakmu, jangan ajak anakku," kataku kemudian."Hehehe, Bang Parlin, ini sudah jaman canggih, sudah biasa, justru jika diberi kepercayaan baru mereka bisa jaga diri, jika dilarang baru me

  • Suamiku Jadul   Gara-gara Cicak

    Part 27Butet paling antusias menyambut ibunya, dia nyuci piring, ngepel lantai. Ucok malah mau bikin tulisan di dinding pakai kertas berwarna. Tulisannya bahasa Inggris pula. "Well come home" begitu yang dia tulis di dinding.Kucoba telepon Nia, katanya dia akan sampai setengah jam lagi. Aku lalu bercukur, kumis dan jenggot kucukur habis, Butet sudah mandi, Ucok juga sudah selesai buat hiasan di dinding. Terdengar suara motor matic Nia, kami bertiga berdiri di pintu menyambut istriku. Begitu turun dari motor, Nia berjalan sambil merentangkan tangan, aku pun menyambutnya, akan tetapi bukan aku yang dipeluk, tapi Butet, lalu Ucok, sementara aku berdiri mematung dengan tangan masih merentang."Pelukan untuk Abang nanti malam," bisik Nia ke telingaku. Setelah drama peluk dan tangis, lalu dilanjutkan dengan makan bersama, lauknya justru mie instan beserta sayur. Kami makan sambil bercanda."Mak, Ayah bilang terkoyak Obesitas, aku belum obesitas kan?" kata Butet pada ibunya."Belum, tapi

Bab terbaru

  • Suamiku Jadul   Diperebutkan Tiga Lelaki Tampan

    PoV NiaAku tak bisa menahan tawa saat tak sengaja mendengar Butet ditembak Sandy, aku justru jadi teringat saat-saat seusia Butet. Bedanya dulu, aku klepek-klepek, sementara Butet tetap pada pendiriannya tidak pacaran. Aku harus bersyukur punya anak gadis seperti ini.Umar lagi, dia menggunakan orang tua angkatnya yang Kapolres itu untuk menunang Butet. Bang Parlindungan bisa menolaknya dengan tegas. Ada apa ini, dalam dua hari, Butet dua kali ditembak langsung."Mak, gara-gara mamak calon wakil bupati, hidupku juga berubah," kata Butet di suatu siang. Saat itu kami lagi makan siang bersama di kantor desa."Kok gitu, Tet?""Gitulah, Mak, tiba-tiba banyak penjilat, bahkan guruku tiba-tiba baik, aku seperti diistimewakan, bahkan ada guru yang bilang, belum pernah ada anak pejabat yang sekolah di situ, dia berharap mamak menang supaya ada anak pejabat sekolah di situ," kata Butet."Ini baik atau buruk, Tet,?" "Entahlah, Mak, baiknya , gak ada yang berani bully aku, Mak, buruknya, banya

  • Suamiku Jadul   Musim Kawin

    PoV ButetKulirik Bang Sandy, dia menunduk sambil mempermainkan kancing bajunya. Dia sepertinya tak berani mengangkat wajah, atau dia sudah patah hati lagi. Harus kuakui perjuangannya, akan tetapi sudah komitmen pada diri sendiri, tidak akan pacaran."Terbuat dari apa hatimu, Butet? aku sungguh-sungguh mengatakan cinta, Kamu malah bilang itu kabar buruk, Ya, Allah, kuatkan hambamu ini," kata Bang Sandy. "Maaf, Bang, kenapa tiba-tiba ngomong cinta? kan sudah kubilang aku tidak pacaran,""Makin lama kupendam, hatiku justru makin tersiksa, Butet, terus makin lama sepertinya akan lebih sulit untuk mengatakan cinta.""Hmmm,""Panah cintaku sudah kutembakkan dari busurnya, langsung mengarah ke jantung hatimu, akan tetapi kamu mematahkannya, tidak apa-apa Butet, setidaknya aku lega, akhirnya panah cinta bisa kutembakkan, sudah lelah memegangnya selama ini," kata Sandy."Abang ngomong apa, sih?" tanyaku."Butet, tolonglah jangan permainkan hatiku, jika kamu menolak, walaupun kecewa, kuterima

  • Suamiku Jadul   Kabar Buruk?

    PoV ButetSemenjak mamak resmi' jadi bakal calon wakil bupati. Aku justru jadi terkenal, bahkan guru sekolah pun tiba-tiba baik sekali. Seperti saat itu, aku terlambat masuk kelas karena lagi makan bakso. Ini salah tukang baksos itu, pesananku lama datang. Pas datang lonceng tanda masuk kelas sudah berbunyi. Sayanglah baksoku, akhirnya kumakan juga, biarlah terlambat sekali ini.Guru yang satu ini terkenal galak, mengajar bidang studi Bahasa Inggris, akan tetapi saat aku masuk kelas, beliau tidak marah. Justru tersenyum melihatku."Silahkan duduk, Tet," kata ibu tersebut. Tentu saja aku heran.Saat pulang dari sekolah, ibu guru itu malah menawarkan tumpangan untuk pulang. Karena memang ayah gak bisa datang menjemput, aku mau saja, langsung naik motor matic ibu tersebut."Jika makmu jadi wakil bupati, jangan lupa sama ibu ya," kata ibu tersebut saat aku turun di kantor desa."Iya, Bu," jawabku. Ternyata ada mau ibu ini, aku jadi membayangkan kelak jika mamak jadi pejabat akan ban

  • Suamiku Jadul   Ucok Selalu Bersalah?

    PoV UcokMamak akhirnya datang melihatku, aku sangat senang sekali, rindu ini akhirnya bisa terobati. Bang Torkis juga ikut, dia jadi pembelaku saat mamak lagi-lagi menyalahkanku. Pesan Ayah jika untuk gaya hidup, anggap saja ayahmu paling miskin' benar-benar kuterapkan, mulai motor sampai bangun rumah bertingkat pun aku tidak meminta sama orang tua. Harus kubuktikan pada dunia, aku bisa mandiri.Malam itu ada musyawarah di masjid, agendanya adalah pembentukan BKM masjid tersebut yang sudah lama vakum. Aku yang jadi panitia pelaksana. Dua hari ini aku sudah mendatangi setiap rumah di lingkungan ini, memberikan undangan untuk musyawarah. Di lingkungan ini ternyata kesadaran orang memakmurkan mesjid sangat rendah. Dari seratusan orang yang diundang, yang datang hanya kira-kira tiga puluhan orang. Padahal undangan itu ditandatangani ketua RW daerah ini.Dalam musyawarah itu tidak ada yang bersedia jadi pengurus masjid, sementara pengurus yang lama sudah pindah. Aku juga akhirnya yan

  • Suamiku Jadul   Ambisi Ucok

    PoV NiaTernyata tim sukses sudah mempersiapkan semua, begitu aku iyakan, baliho sudah berdiri di pintu gerbang desa kami, juga di simpang. Bupati ini benar-benar serius. "Go, go, Nia, Membangun dari Desa," begitu tulisan di baliho raksasa, fotoku dan foto bupati terpangpang besar. Go, go itu sendiri artinya dalam bahasa Mandailing adalah kuat. Aku hanya duduk manis di rumah, semua dikerjakan tim sukses, dan seluruh dana ditanggung bupati. Katanya dia menghabiskan kebun sawit dua ratus hektar untuk daftar bupati ini.Hari itu Sandy datang berkunjung ke rumah, aku tentu heran, Butet sedang tidak ada di rumah, katanya dia ada ekstra kulikuler di sekolah."Butet belum pulang," kataku sambil mempersilahkan masuk."Aku datang mau bertemu Tante dan Om," jawab Sandy."Ada apa?" tanya Bang Parlin."Jangan terkejut ya, Om, Tante, kata Sandy serata mengeluarkan laptopnya,""Ada apa sih, Sandy, buat deg-degan aja," kataku."Ini, Tante, sebenarnya ini sudah dua Minggu lalu kejadiannya, tapi Uc

  • Suamiku Jadul   Jalan Berliku Menuju Sukses

    "Maju lo, kalau berani!" kataku lagi. Entah kenapa aku merasa tertantang jika bertemu orang seperti ini. Darah mudaku terasa bergolak. Satu temannya mengambil sesuatu dari mobil, satu lagi maju. Kami beradu pukulan beberapa kali, dua pukulanku membuat pria itu terpojok di dinding ruko orang. Ada yang aneh di sini, kalau di kampung ada keributan, orang-orang akan keluar rumah. Di sini, orang-orang justru menutup pintu, ruko yang di samping tadi masih terbuka pintunya kini sudah tutup.Akhirnya ada juga pengendara motor yang berhenti, akan tetapi mereka bukan membantu atau melerai, akan tetapi justru merekam. Aku makin emosi, darah mudaku makin mendidih, beberapa kali pukulanku mendarat di perut pria tersebut, akan tetapi tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul mendarat di kepalaku, aku memegang kepala, terasa dingin, ternyata darah sudah mengucur. Dua orang itu lalu pergi meninggalkanku, sebelum mereka pergi, bahuku masih sempat kena pukulan. Aku ambil HP, menghubungi Bang Bangbang,

  • Suamiku Jadul   Salsabila Dapat Hidayah?

    PoV UcokBang Bambang benar, ternyata uang kami kurang untuk bangun kamar mandi tersebut, belum selesai dananya sudah habis. Jika kamar mandi tetap yang satu itu, kamar yang baru selesai akan sulit untuk dikontrakkan. Karena kamar mandi yang lain tempat. "Begini saja, Ucok, upah saya gak usah dikasih dulu, semua uangnya belikan bahan, upahku belakanganya saja," usul dari Bang Bambang. Selama ini aku memang menggajinya harian. Kata orang gaji di kota ini dua ratus ribu perhari, segitu lah dia kugaji."Gak bisa begitu, Bang, ada hadis yang artinya, Bayarlah upah pekerja itu sebelum keringatnya kering," kataku."Wah, salut sama Kamu, Cok, masih muda tau agama dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari."Berapa lagi kira-kira butuhnya, Bang?" tanyaku pada Bang Bambang."Kira-kira lima belas jutaan lagi, Cok, baru leluasa," kata Bang Bambang.Padahal, sekali telepon ke orang tua, pasti diberikan, akan tetapi aku ingin mandiri, berdiri di atas kami sendiri, tanpa menyusahkan orang tua

  • Suamiku Jadul   Go, Go, Nia

    Hari Minggu adalah hari merdeka bagiku, sehabis salat subuh aku bisa tiduran lagi, karena Butet tidak sekolah, dia yang urus Cantik pagi hari. Bangun jam delapan pagi sudah ada sarapan yang dimasak Bang Parlin.Selesai sarapan, ada telepon dari Pak Bupati."Assalamualaikum, Bu Kades," salam bupati dari seberang sana," "Waalaikum salam,""Saya tahu, besok waktu terakhir batasan waktu ibu berpikir itu, tapi kok saya tidak sabaran ya," kata bupati itu lagi."Besok saja saya kasih kepastian, Pak,""Hari ini saja, saya undang ibu dan keluarga makan siang di Lopo Saba," kata bupati itu lagi. Lopo Saba adalah salah satu restoran yang baru buka di daerah kami, warung lesehan yang berada di pinggir sawah, menunya masakan khas Mandailing. "Baik, Pak, kami datang," jawabku."Saya berharap, jika nanti sudah ada jawaban kepastian, karena kita harus gerak cepat, kita butuh puluhan ribu tanda tangan untuk persyaratan mendaftar ke KPU," kata bapak itu lagi."Baik, Pak,""Bang, Butet!" aku berteriak

  • Suamiku Jadul   Naik Haji Atau Naik Jabatan

    Aku benar-benar khawatir sekali dengan anakku itu, dugaanku kemarin dia menelepon mau mengadu, akan tetapi tak mau menyusahkan orang tua. Aku ambil HP, coba hubungi Ucok, akan tetapi tak tersambung, HP -nya bahkan tidak aktif. Aku jadi makin khawatir, tak bisa kubayangkan anakku di tahanan polisi.Butet datang, begitu datang dia langsung ikut menonton video tersebut."Butet, Mamak mau ke Jakarta, kalian di sini duku ya?" kataku pada Butet."Cantik?""Mamak bawa,""Mamak baru sehat,""Abangmu dapat masalah, Tet,"Sementara Butet terus memperhatikan video itu."Mak, bukankah ini Annisa?" kata Butet."Nggaklah, Annisa berjilbab panjang, rambutnya gak mungkin pirang," mataku kemudian."Ini Annisa, Mak," kata Butet serata memperbesar foto screenshot."Iyakah?" "Aku yakin ini Annisa, Ayah telepon dulu Pak Ali Akhir," kata Butet.Tepat dugaanku, wanita cantik adalah kelemahan anakku ini, dia pasti sudah dirayu Annisa dan mengajaknya ke tempat hiburan malam."Assalamualaikum, Pak," terdenga

DMCA.com Protection Status