Beranda / Urban / Suamiku Jadul / Niyet Naik Pangkat

Share

Niyet Naik Pangkat

Penulis: Bintang Kejora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Suamiku Jadul

Sessions 3 part 20

Kami kembali jadi milyarder, luar biasanya uang lima milyar itu diantar abangku dan pengacara itu dalam bentuk tunai. Jadilah uang satu tas besar diberikan pada kami. Bang Parlindungan tampak biasa saja, padahal aku sudah keringatan melihat uang tersebut. 

"Hitung dulu, Bang Parlin," kata pengacara tersebut. 

"Sudah, aku percaya pada kalian," kata Bang Parlin seraya menerima uang tersebut. 

"Tasnya bonus saja," kata pengacara itu seraya tertawa. 

Aku baru tahu, ternyata lima bulan mereka mengerjakan kasus kami, sempat adu kuat beking, adu argumen, bahkan pengacara itu pernah disogok satu milyar asal diam, tapi dia yakin akan menang, sehingga dia kerahkan semua kekuatan. Dalam lima bulan, mereka hanya mengerjakan kasus kami. 

Abangku juga mendadak kaya, dia bagi juga uangnya untuk saudara kami yang tinggal di desa. Setelah mereka pulang, proses pengalihan lahan Pak Kosim pun dil

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (14)
goodnovel comment avatar
Ariel Tumbin
ak jd pengen kyak bg parlin.. tp aset dan modal ku gk ad, gmna ya ..
goodnovel comment avatar
Sitihasanah Titi
Thor ceritanya keren syarat akan edukasi dan bermakna hidup. sukses terus thor. kutunggu karyamu berikutnya
goodnovel comment avatar
Ali Amran
tamat lagi tamat lagi, lagi tamat lagi tamat, tambah lah dong......!!!!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku Jadul   Sawit di Masa Sulit

    Desa Sawit Nauli makin maju, satu-satunya desa di kabupaten ini yang dipimpin seorang perempuan. Warga desa yang mayoritas petani makin damai dan makin sejahtera. Pembangunan di desa pun merata, kini sudah ada WC umum di setiap sudut desa. Dulu masalah WC ini sering jadi penghalang jika orang luar desa datang. Sekolah mengaji Bang Parlin pun makin jaya. Kini sudah ada tiga ruangan. Gurunya tetap anak angkat Bang Parlin. Keseharian Bang Parlindungan tidak berubah, dia tetap seperti dulu, masih mengangon sapi, padahal saat ini, dia adalah orang terkaya di desa. Aku tahu karena pajaknya bumi dan bangunan milik kami paling besar untuk seluruh desa. “Mak, Niyet hamil,” lapor Ucok ketika mereka pulang dari kebun sore itu. Aku masih terkejut jika anakku menyebut nama Niyet, menyesal juga kenapa nama sapi kami harus Niyet. Padahal di desa ini tak ada yang tahu itu nama panggilanku, paling hanya kakak dan suami yang tahu. “Hamil?” tanyaku seraya melirik Bang Parlin. “Iya, Dek, senang kali

  • Suamiku Jadul   Bohong Yang Baik

    Masa paceklik melanda desa yang aku pimpin. Sawit nyaris tidak laku. Pabrik kelapa sawit yang ada tidak bisa menampung hasil panen yang melimpah.“Bagaimana sih pemerintah ini, Bu Kades, masa ekspor gak boleh?” kata seorang warga, warga tersebut pemilik kebun sawit yang cukup luas. Saat itu dia datang protes ke kantor desa.“Maaf, Pak, saya tidak tahu tentang itu,” jawabku kemudian.“Begitu jawaban pejabat, hanya tidak tahu?”“Saya hanya kepala desa, Pak, tidak punya kuasa menentukan harga sawit,” kataku sedikit kesal.“Kepala desa juga pemerintah kan? Untuk apa kami pilih Ibu jika tidak bisa memperjuangkan hak kami,” katanya lagi.Aku tahu beliau ini kesal dengan harga sawit yang turun gila-gilaan, tapi dia protes salah tempat, aku memang perwakilan pemerint

  • Suamiku Jadul   Sandal Jepit

    Warga desa mulai ada kesibukan baru, lidi sawit dibersihkan dan dikumpul. Bang Parlin berani menampung tiga ribu perkilo, jauh lebih besar dari harga buah sawit itu sendiri. Baru tiga hari, rumah kami sudah penuh dengan lidi. Aku mulai resah dan bingung. Untuk diapakan Bang Parlin lidi sebanyak ini?“Bang, sudah ada penampung lidinya?” tanyaku pada Bang Parlin di suatu malam. Setelah anak-anak tidur memang waktu berkualitas kami, kami akan bicara membahas apa saja.“Sudah, Dek, tapi mereka tak bisa jemput, katanya terlalu jauh.” Jawab Bang Parlin.“Emang di mana, Bang?”“Di Belawan, Dek, lidi ini barang ekspor, India dan Bangladesh sangat butuh lidi,”“Oh, jadi bagaimana, Bang?”“Entahlah, Dek, Abang juga masih berpikir ini,” kata Bang Parlindun

  • Suamiku Jadul   Bisnis Dan Sedekah

    Suasana malam di rumah Rapi jadi meriah dan sibuk. Istri Rapi sibuk memasak, sayangnya bahkan beras di rumah mereka tidak cukup untuk makan kami semua. Belum lagi lauknya.“Niyet, niat kali kau ngerjai aku ya,” kata Rapi ketika disuruh istrinya belanja malam itu juga.“Hahaha,” aku hanya tertawa, lucu juga melihat Rapi yang kebingungan. Bahkan lantai ruang tengah rumahnya tidak sanggup menampung rombongan kami.“Ini uangnya, Rapi,” kata Bang Parlindungan ketika Rapi sibuk memeriksa isi dompetnya.“Terima kasih, Bang Parlin, kau memang Rambo, menolong jika dibutuhkan,” jawab Rapi seraya menerima uang merah beberapa lembar dari tangan Bang Parlin.“Belanja yang banyak ya, Rapet, kami kuat makan lo,” kataku pada Rapi. Dia hanya membalas dengan menunjukkan kepalanya tangannya. Lucu juga melihat

  • Suamiku Jadul   Melawan Rasa Takut

    Maaf, Pak, aku hanya ingin bersedekah lebih jauh, aku ingin mengikuti jejak Bapak,” kata, Torkis ketika kami hendak pamit pulang.“Sedekah itu baik, Torkis, baik sekali pun, mengambil uang dari sedekah itu untuk gaji pengurus juga wajar, yang gak wajar itu jika sedekah sudah dibisniskan, lihat itu, mobil mereka saja fortuner, yang sedekah mungkin masih naik motor, udah, gak usah ikut-ikutan, jika mau sedekah, lihat saja dulu sekelilingmu,” kata Bang Parlin.“Iya, Pak,” kata Torkis.“Contoh lihat sekeliling itu, ini warga desa kita, mereka butuh bibit cabe, untuk ditanam di sela-sela sawit,” kata Bang Parlin lagi“Ok, Pak, aku sediakan,” kata Torkis.Jadilah kami pulang masing-masing membawa bibit gratis dari Torkis, Torkis yang dulu tukang ngangon sapi sekarang sudah kaya raya, bahkan lebi

  • Suamiku Jadul   Melawan Kapitalis

    Ketika aku duduk di meja, aku baru merasakan sesuatu yang hilang. Stempel kantor desa tidak ada, biasanya selalu ada di sudut kiri meja. Padahal sudah seharian mencari apa yang hilang.“Mana stempel?" tanyaku pada sekretaris desa.“Mana saya tahu, Bu, kukira Ibu bawa ke rumah,” jawab sekretaris desa tersebut.Wah, untuk apa orang mencuri stempel? Itu tak berguna tanpa tanda tangan, kalau hanya stempel bisa dengan mudah menirunya.Baru satu hari aku ngantor, sudah ada yang berubah, sudah ada berkas yang ditandatangani sekretaris desa. Aku kesal, baru beberapa hari tidak ngantor sekretaris desa ini sudah melangkahi tugasku. Akan tetapi memang peraturannya seperti itu, jika kepala desa berhalangan sekretarislah yang mengambil alih tugas.“Bang,” panggilku pada Bang Parlin, suamiku itu masih setia m

  • Suamiku Jadul   Air Tuba Dibalas Air Susu

    Sungguh tak kusangka Bang Parlindungan bisa juga main tipu muslihat, pria yang mengaku sebagai ketua bidang hukum perusahaan perkebunan itu sakit perut. Anehnya tiga tamu dan Bang Parlindungan ikut minum kopi, hanya pria itu yang kena.“Jahat juga Abang ya?” kataku.“hehehe,” Bang Parlin hanya terseyum tipis.“Bagaimana Pak Sekdes itu, Bang, aku gak nyaman kerja jika ada dia, dia sampai bunuh anjing untuk menakutiku,” katanya kemudian.“Dilema, Dek, di satu sisi memang dia harus dipecat, karena perbuatannya yang sudah tak bisa ditelolir, tapi dia akan makin sakit hati, apalagi jika warga desa tahu perbuatannya, dia akan makin dikucilkan di desa ini,” kata Bang Parlin.Bang Parlindungan belum berubah dari dulu, masih sempat-sempatnya dia memikirkan nasib orang yang sudah berbuat jahat pada istrinya. Teri

  • Suamiku Jadul   Ujian Untuk Bang Parlin

    “Kenapa, Bang?” tanyaku pada Bang Parlin, tidak biasanya Bang Parlin langsung marah pada tamu. Dia orang yang sangat menghormati tamu, bahkan tamu yang jahat sekalipun. Ini Bang Parlin langsung marah, tentu saja aku heran.“Abang benci orang seperti itu, Dek,” jawab Bang Parlin.“Ish, Abang, benci pun pilih kasih, si sekdes itu sampai bunuh anjing, Abang masih saja bantu,” kataku kemudian.“Beda, Dek, jika seseorang itu masih sadar yang dia lakukan salah, masih ada kemungkinan dia berubah. Itu yang tadi malah bangga dengan kesalahannya, dia bawa cewek berduaan, dia dengan bangganya bilang “ teman tapi mesra “ sementara istrinya diganggu orang dia sudah mau meracuni, sementara istri orang dia bawa-bawa, kan sakit jiwa itu,” kata Bang Parlin.“Oooo, begitu,” aku manggut-manggut, t

Bab terbaru

  • Suamiku Jadul   Diperebutkan Tiga Lelaki Tampan

    PoV NiaAku tak bisa menahan tawa saat tak sengaja mendengar Butet ditembak Sandy, aku justru jadi teringat saat-saat seusia Butet. Bedanya dulu, aku klepek-klepek, sementara Butet tetap pada pendiriannya tidak pacaran. Aku harus bersyukur punya anak gadis seperti ini.Umar lagi, dia menggunakan orang tua angkatnya yang Kapolres itu untuk menunang Butet. Bang Parlindungan bisa menolaknya dengan tegas. Ada apa ini, dalam dua hari, Butet dua kali ditembak langsung."Mak, gara-gara mamak calon wakil bupati, hidupku juga berubah," kata Butet di suatu siang. Saat itu kami lagi makan siang bersama di kantor desa."Kok gitu, Tet?""Gitulah, Mak, tiba-tiba banyak penjilat, bahkan guruku tiba-tiba baik, aku seperti diistimewakan, bahkan ada guru yang bilang, belum pernah ada anak pejabat yang sekolah di situ, dia berharap mamak menang supaya ada anak pejabat sekolah di situ," kata Butet."Ini baik atau buruk, Tet,?" "Entahlah, Mak, baiknya , gak ada yang berani bully aku, Mak, buruknya, banya

  • Suamiku Jadul   Musim Kawin

    PoV ButetKulirik Bang Sandy, dia menunduk sambil mempermainkan kancing bajunya. Dia sepertinya tak berani mengangkat wajah, atau dia sudah patah hati lagi. Harus kuakui perjuangannya, akan tetapi sudah komitmen pada diri sendiri, tidak akan pacaran."Terbuat dari apa hatimu, Butet? aku sungguh-sungguh mengatakan cinta, Kamu malah bilang itu kabar buruk, Ya, Allah, kuatkan hambamu ini," kata Bang Sandy. "Maaf, Bang, kenapa tiba-tiba ngomong cinta? kan sudah kubilang aku tidak pacaran,""Makin lama kupendam, hatiku justru makin tersiksa, Butet, terus makin lama sepertinya akan lebih sulit untuk mengatakan cinta.""Hmmm,""Panah cintaku sudah kutembakkan dari busurnya, langsung mengarah ke jantung hatimu, akan tetapi kamu mematahkannya, tidak apa-apa Butet, setidaknya aku lega, akhirnya panah cinta bisa kutembakkan, sudah lelah memegangnya selama ini," kata Sandy."Abang ngomong apa, sih?" tanyaku."Butet, tolonglah jangan permainkan hatiku, jika kamu menolak, walaupun kecewa, kuterima

  • Suamiku Jadul   Kabar Buruk?

    PoV ButetSemenjak mamak resmi' jadi bakal calon wakil bupati. Aku justru jadi terkenal, bahkan guru sekolah pun tiba-tiba baik sekali. Seperti saat itu, aku terlambat masuk kelas karena lagi makan bakso. Ini salah tukang baksos itu, pesananku lama datang. Pas datang lonceng tanda masuk kelas sudah berbunyi. Sayanglah baksoku, akhirnya kumakan juga, biarlah terlambat sekali ini.Guru yang satu ini terkenal galak, mengajar bidang studi Bahasa Inggris, akan tetapi saat aku masuk kelas, beliau tidak marah. Justru tersenyum melihatku."Silahkan duduk, Tet," kata ibu tersebut. Tentu saja aku heran.Saat pulang dari sekolah, ibu guru itu malah menawarkan tumpangan untuk pulang. Karena memang ayah gak bisa datang menjemput, aku mau saja, langsung naik motor matic ibu tersebut."Jika makmu jadi wakil bupati, jangan lupa sama ibu ya," kata ibu tersebut saat aku turun di kantor desa."Iya, Bu," jawabku. Ternyata ada mau ibu ini, aku jadi membayangkan kelak jika mamak jadi pejabat akan ban

  • Suamiku Jadul   Ucok Selalu Bersalah?

    PoV UcokMamak akhirnya datang melihatku, aku sangat senang sekali, rindu ini akhirnya bisa terobati. Bang Torkis juga ikut, dia jadi pembelaku saat mamak lagi-lagi menyalahkanku. Pesan Ayah jika untuk gaya hidup, anggap saja ayahmu paling miskin' benar-benar kuterapkan, mulai motor sampai bangun rumah bertingkat pun aku tidak meminta sama orang tua. Harus kubuktikan pada dunia, aku bisa mandiri.Malam itu ada musyawarah di masjid, agendanya adalah pembentukan BKM masjid tersebut yang sudah lama vakum. Aku yang jadi panitia pelaksana. Dua hari ini aku sudah mendatangi setiap rumah di lingkungan ini, memberikan undangan untuk musyawarah. Di lingkungan ini ternyata kesadaran orang memakmurkan mesjid sangat rendah. Dari seratusan orang yang diundang, yang datang hanya kira-kira tiga puluhan orang. Padahal undangan itu ditandatangani ketua RW daerah ini.Dalam musyawarah itu tidak ada yang bersedia jadi pengurus masjid, sementara pengurus yang lama sudah pindah. Aku juga akhirnya yan

  • Suamiku Jadul   Ambisi Ucok

    PoV NiaTernyata tim sukses sudah mempersiapkan semua, begitu aku iyakan, baliho sudah berdiri di pintu gerbang desa kami, juga di simpang. Bupati ini benar-benar serius. "Go, go, Nia, Membangun dari Desa," begitu tulisan di baliho raksasa, fotoku dan foto bupati terpangpang besar. Go, go itu sendiri artinya dalam bahasa Mandailing adalah kuat. Aku hanya duduk manis di rumah, semua dikerjakan tim sukses, dan seluruh dana ditanggung bupati. Katanya dia menghabiskan kebun sawit dua ratus hektar untuk daftar bupati ini.Hari itu Sandy datang berkunjung ke rumah, aku tentu heran, Butet sedang tidak ada di rumah, katanya dia ada ekstra kulikuler di sekolah."Butet belum pulang," kataku sambil mempersilahkan masuk."Aku datang mau bertemu Tante dan Om," jawab Sandy."Ada apa?" tanya Bang Parlin."Jangan terkejut ya, Om, Tante, kata Sandy serata mengeluarkan laptopnya,""Ada apa sih, Sandy, buat deg-degan aja," kataku."Ini, Tante, sebenarnya ini sudah dua Minggu lalu kejadiannya, tapi Uc

  • Suamiku Jadul   Jalan Berliku Menuju Sukses

    "Maju lo, kalau berani!" kataku lagi. Entah kenapa aku merasa tertantang jika bertemu orang seperti ini. Darah mudaku terasa bergolak. Satu temannya mengambil sesuatu dari mobil, satu lagi maju. Kami beradu pukulan beberapa kali, dua pukulanku membuat pria itu terpojok di dinding ruko orang. Ada yang aneh di sini, kalau di kampung ada keributan, orang-orang akan keluar rumah. Di sini, orang-orang justru menutup pintu, ruko yang di samping tadi masih terbuka pintunya kini sudah tutup.Akhirnya ada juga pengendara motor yang berhenti, akan tetapi mereka bukan membantu atau melerai, akan tetapi justru merekam. Aku makin emosi, darah mudaku makin mendidih, beberapa kali pukulanku mendarat di perut pria tersebut, akan tetapi tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul mendarat di kepalaku, aku memegang kepala, terasa dingin, ternyata darah sudah mengucur. Dua orang itu lalu pergi meninggalkanku, sebelum mereka pergi, bahuku masih sempat kena pukulan. Aku ambil HP, menghubungi Bang Bangbang,

  • Suamiku Jadul   Salsabila Dapat Hidayah?

    PoV UcokBang Bambang benar, ternyata uang kami kurang untuk bangun kamar mandi tersebut, belum selesai dananya sudah habis. Jika kamar mandi tetap yang satu itu, kamar yang baru selesai akan sulit untuk dikontrakkan. Karena kamar mandi yang lain tempat. "Begini saja, Ucok, upah saya gak usah dikasih dulu, semua uangnya belikan bahan, upahku belakanganya saja," usul dari Bang Bambang. Selama ini aku memang menggajinya harian. Kata orang gaji di kota ini dua ratus ribu perhari, segitu lah dia kugaji."Gak bisa begitu, Bang, ada hadis yang artinya, Bayarlah upah pekerja itu sebelum keringatnya kering," kataku."Wah, salut sama Kamu, Cok, masih muda tau agama dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari."Berapa lagi kira-kira butuhnya, Bang?" tanyaku pada Bang Bambang."Kira-kira lima belas jutaan lagi, Cok, baru leluasa," kata Bang Bambang.Padahal, sekali telepon ke orang tua, pasti diberikan, akan tetapi aku ingin mandiri, berdiri di atas kami sendiri, tanpa menyusahkan orang tua

  • Suamiku Jadul   Go, Go, Nia

    Hari Minggu adalah hari merdeka bagiku, sehabis salat subuh aku bisa tiduran lagi, karena Butet tidak sekolah, dia yang urus Cantik pagi hari. Bangun jam delapan pagi sudah ada sarapan yang dimasak Bang Parlin.Selesai sarapan, ada telepon dari Pak Bupati."Assalamualaikum, Bu Kades," salam bupati dari seberang sana," "Waalaikum salam,""Saya tahu, besok waktu terakhir batasan waktu ibu berpikir itu, tapi kok saya tidak sabaran ya," kata bupati itu lagi."Besok saja saya kasih kepastian, Pak,""Hari ini saja, saya undang ibu dan keluarga makan siang di Lopo Saba," kata bupati itu lagi. Lopo Saba adalah salah satu restoran yang baru buka di daerah kami, warung lesehan yang berada di pinggir sawah, menunya masakan khas Mandailing. "Baik, Pak, kami datang," jawabku."Saya berharap, jika nanti sudah ada jawaban kepastian, karena kita harus gerak cepat, kita butuh puluhan ribu tanda tangan untuk persyaratan mendaftar ke KPU," kata bapak itu lagi."Baik, Pak,""Bang, Butet!" aku berteriak

  • Suamiku Jadul   Naik Haji Atau Naik Jabatan

    Aku benar-benar khawatir sekali dengan anakku itu, dugaanku kemarin dia menelepon mau mengadu, akan tetapi tak mau menyusahkan orang tua. Aku ambil HP, coba hubungi Ucok, akan tetapi tak tersambung, HP -nya bahkan tidak aktif. Aku jadi makin khawatir, tak bisa kubayangkan anakku di tahanan polisi.Butet datang, begitu datang dia langsung ikut menonton video tersebut."Butet, Mamak mau ke Jakarta, kalian di sini duku ya?" kataku pada Butet."Cantik?""Mamak bawa,""Mamak baru sehat,""Abangmu dapat masalah, Tet,"Sementara Butet terus memperhatikan video itu."Mak, bukankah ini Annisa?" kata Butet."Nggaklah, Annisa berjilbab panjang, rambutnya gak mungkin pirang," mataku kemudian."Ini Annisa, Mak," kata Butet serata memperbesar foto screenshot."Iyakah?" "Aku yakin ini Annisa, Ayah telepon dulu Pak Ali Akhir," kata Butet.Tepat dugaanku, wanita cantik adalah kelemahan anakku ini, dia pasti sudah dirayu Annisa dan mengajaknya ke tempat hiburan malam."Assalamualaikum, Pak," terdenga

DMCA.com Protection Status