Share

17. Nasehat kepala keluarga.

Aku menangis seorang diri di kamar ini. Sekuat apa pun diri ini berusaha untuk tegar tetap saja hatiku rapuh tatkala menyadari bukan hanya diriku satu-satunya pendamping Mas Galuh.

Ada wanita lain yang masih disembunyikan dengan rapi dan dimanjakan suamiku, sementara diriku terus di tuntut untuk memenuhi semuanya.

"Jika bukan karena anak yang ada dalam kandunganku, mungkin aku sudah membunuhmu, Mas."

Pintu kamar terketuk mengejutkanku dari keterpakuan. Bergegas kuhapus air mata yang membasahi pipi.

"Masuk!" Suara serakku bergema.

Pintu terbuka, Bi Ninis masuk masuk dengan sebuah nampan di tangannya.

Bi Ninis duduk di sampingku. Wajah keriput itu memandang heran padaku yang duduk di pinggir ranjang tak berani menatap ke arahnya.

"Ada apa Mbak, kenapa Mbak menangis?"

"Menangis? Siapa ya habis menangis, Bi?" dalihku.

Aku hanya ingin menyembunyikan semuanya namun air mata yang terus kutahan justru turun seperti air bah yang meluap tak disangka.

Akupun menutup wajahku dengan dua
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status