Share

Suami Terobsesi dengan Istrinya
Suami Terobsesi dengan Istrinya
Penulis: Bianca

Bab 1

Hawa panas perlahan-lahan menyelimuti punggungnya, napas hangat dan lembap berembus di telinganya. "Pertama kali?"

Aroma asing yang menempel di telinganya membuatnya tidak berani bersuara dan gemetaran.

Cassie Lazuardy merasa pria itu tertegun sejenak sebelum berkata, "Belum terlambat untuk menyesal."

Dia mengepalkan tangannya dengan gugup sambil menggelengkan kepala. "Aku nggak menyesal."

Dia berumur delapan belas tahun, bisa dibilang adalah masa puncak, tetapi ....

Sakit!

Cassie berada di dalam pelukan pria itu, rasa sakit yang luar biasa membuat sekujur tubuhnya gemetaran.

Demi mempertahankan harga dirinya, Cassie menggigit bibirnya tanpa mengeluarkan sedikit pun suara. Selain rasa takut yang muncul karena ini adalah pengalaman pertamanya, dia juga dapat merasakan betapa ganas dan menakutkan pria ini.

Pria ini seolah-olah tidak akan lelah dan terus menjelajahi setiap bagian tubuhnya. Malam ini terasa sangat panjang dan menyiksa ....

Dini hari, pria itu bangun dan pergi ke kamar mandi. Meskipun lelah, Cassie berusaha untuk bangkit. Dia mengenakan pakaiannya dan keluar dari kamar.

Wanita paruh baya yang menawarkan bisnis ini pada Cassie berdiri di lobi hotel. Melihat Cassie keluar, dia menyodorkan tas hitam sambil berkata, "Ini bayarannya."

Cassie sama sekali tidak ragu, dia langsung mengambil tas berisikan uang itu dan berlari keluar dengan mengabaikan rasa sakit di bagian bawah tubuhnya. Dia hanya ingin segera pergi ke rumah sakit.

Langit belum terang, koridor sangat sepi, dua tandu terletak di depan ruang operasi. Karena belum membayar biaya operasi, kedua pasien itu tidak diantar masuk ke ruang operasi.

Cassie sangat sedih. Dia berkata dengan terisak-isak, "Aku punya uang, cepat selamatkan ibu dan adikku ...." Sembari berbicara, dia menyerahkan uang di tangannya pada dokter. Setelah perawat menghitung uang yang diberikan, dokter memerintahkan staf medis untuk mendorong pasien masuk ke ruang operasi.

Melihat adiknya tidak dibawa masuk ke ruang operasi, Cassie pun bergegas maju. Dia meraih tangan dokter sambil memohon, "Adikku juga, tolong selamatkan dia ...."

Dokter mengembuskan napas. "Maaf, adikmu sudah nggak ada harapan ...."

Tidak ada harapan?

Cassie seolah-olah tersambar petir. Dalam sekejap, pandangannya menjadi gelap ....

Dadanya sangat sakit, seolah-olah tertusuk pisau. Dia duduk di lantai dengan pasrah. Delapan tahun yang lalu, ketika dia berumur sepuluh tahun, ayahnya selingkuh dan menceraikan ibunya, bahkan mengirimkan ibunya yang sedang hamil ke negara asing ini.

Kemudian, adiknya lahir. Saat berusia tiga tahun, diketahui bahwa adiknya menderita autisme. Pada dasarnya hidup mereka sudah sulit, apalagi setelah adiknya didiagnosa sakit. Dia dan ibunya bekerja paruh waktu untuk menghidupi keluarga, tetapi terjadi kecelakaan. Hidup tanpa kerabat dan uang di negara asing membuatnya putus asa.

Di tengah kebuntuan, dia memutuskan untuk menjual diri, tetapi gagal menyelamatkan adiknya.

Rasa sakit yang tak berujung ini membuatnya terpuruk, sulit bernapas dan kehilangan arah. Namun, dia harus menerima kenyataan ini dengan senyuman, karena dia masih memiliki ibunya.

Ibunya membutuhkannya.

Setelah diobati, kondisi ibunya membaik. Namun, ketika mengetahui adiknya meninggal, ibunya pun gempar.

Cassie memeluk ibunya, lalu berkata sambil menangis, "Bu, Ibu masih punya aku, hiduplah demi aku."

Selama sebulan dirawat di rumah sakit, Debby Kyros sering melamun di kasur. Cassie tahu, Debby merindukan adiknya, kalau bukan karena Cassie, mungkin ibunya sudah menyusul adiknya. Demi merawat ibunya, dia dikeluarkan dari sekolah, tetapi cedera ibunya sudah membaik.

Dia pergi ke rumah sakit dengan membawa makanan. Sesampai di depan pintu bangsal dan hendak membuka pintu, dia mendengar suara dari dalam.

Suara ini sangat familier. Meskipun sudah berlalu delapan tahun, dia masih ingat bagaimana ayahnya memaksa ibunya untuk bercerai.

Setelah mengirim mereka ke sini, ayahnya tidak pernah mengunjungi mereka. Hari ini, kenapa ayahnya tiba-tiba muncul di sini?

"Debby, dulu saat kamu masih berteman baik dengan nyonya Keluarga Carlo, kalian pernah menjodohkan anak-anak. Seharusnya putrimu menikah dengan putranya ...."

"Kafin, apa maksudmu?" Debby sangat kurus. Dia mengabaikan luka di tubuhnya dan bangkit untuk memukul Kafin Lazuardy. Apa pria ini masih memiliki hati nurani?

Kafin bukan hanya menempatkan Debby dan Cassie di negara asing ini, tetapi juga tidak peduli dengan kelangsungan hidup mereka. Hari ini, Kafin menyuruhnya menikahkan putrinya?

"Tuan muda Keluarga Carlo, putra teman baikmu itu sangat tampan. Kamu tahu latar belakang Keluarga Carlo, Cassie akan bahagia kalau menikah dengannya ...." Suaranya perlahan-lahan memudar.

Tuan muda Keluarga Carlo tampan dan berwibawa. Namun sebulan yang lalu, dia digigit ular saat dinas di luar negeri. Alhasil, dia lumpuh dan tidak leluasa bergerak.

Menikah dengannya tidak ada bedanya dengan menjadi perawan tua.

"Aku bersedia."

Cassie tiba-tiba membuka pintu. Dia berdiri di belakang pintu sambil menggenggam erat kotak makan di tangannya. "Aku mau menikah, tapi ada syaratnya."

Kafin menoleh ke arah pintu. Setelah delapan tahun tidak bertemu dengan putrinya ini, Kafin tertegun selama beberapa detik. Saat dikirim ke luar negeri, Cassie masih berusia sepuluh tahun. Sekarang dia sudah dewasa, kulitnya cenderung putih, tetapi dia sangat kurus. Wajahnya hanya seukuran telapak tangan dan sangat tirus, seolah-olah kurang gizi.

Cassie tidak semanis putri Kafin yang dibesarkan dengan kasih sayang.

Rasa tidak tega di hatinya berkurang drastis. Bagaimanapun, Cassie tidak cantik, pantas menikah dengan pria lumpuh.

Memikirkan hal ini, Kafin makin yakin. "Apa syaratnya? Katakan."

"Aku mau pulang ke Negara Kastari bersama Ibu, kembalikan semua hak kami. Dengan begitu, aku akan setuju untuk menikah." Cassie mengepalkan tangannya untuk menenangkan diri.

Meskipun dia sudah lama meninggalkan Negara Kastari, sejak kecil dia sering mendengar soal Keluarga Carlo yang tinggal di Kota Barsia. Keluarga Carlo kaya dan berkuasa, tentu saja tuan muda Keluarga Carlos pun sangat terhormat. Cassie tidak berpikir bahwa dirinya begitu beruntung, mungkin tuan muda Keluarga Carlo itu sangat jelek atau memiliki cacat fisik.

Walaupun demikian, ini adalah kesempatan yang bagus untuk kembali ke Negara Kastari. Kalau dimanfaatkan dengan baik, dia bisa mengambil kembali harta sesan ibunya.

"Cassie ...." Debby menentang, pernikahan bukanlah lelucon.

Cassie sudah banyak menderita, dia tidak akan membiarkan Cassie gagal dalam pernikahan.

Melihat situasi ini, Kafin takut Cassie akan berubah pikiran. Dia segera berkata, "Boleh, kalau kamu mau menikah, kamu boleh kembali ke Negara Kastari."

"Bagaimana dengan harta sesan Ibu?" tanya Cassie dengan nada dingin sambil memandang ayah kandungnya itu.

Ketika menikah dengan Kafin, Debby membawa banyak harta sesan. Nominalnya tidak kecil, Kafin tidak rela mengembalikannya pada Cassie.

"Ayah, adikku itu pasti sangat cantik dan lebih berguna. Kalau dia menikah dengan pria cacat itu, dia akan menderita. Apalagi kamu sudah bercerai dengan ibuku, kamu seharusnya mengembalikan harta sesan yang dia bawa saat menikah dengan Keluarga Lazuardy."

Kafin mengalihkan pandangannya, dia tidak berani menatap Cassie.

Cassie tinggal di luar negeri sepanjang tahun, bagaimana bisa dia tahu tuan muda Keluarga Carlo itu cacat?

Kafin tidak tahu Cassie hanya menebak.

Mengingat pria itu cacat, Kafin pun menggertakkan gigi sambil berkata, "Akan kuberikan setelah kamu menikah."

Bagaimana mungkin dia menikahkan putri kesayangannya dengan pria cacat itu?

Semulia apa pun seorang pria, pria akan dianggap tidak berguna kalau tidak bisa melangsungkan kewajiban suami istri.

Memikirkan hal ini, kekesalan di hati Kafin pun mereda.

Namun, Cassie makin membencinya dan bertekad untuk memerasnya.

Kafin melirik Cassie dengan tatapan dingin. "Ibumu nggak mendidikmu dengan baik, nggak tahu sopan santun!"

Cassie sungguh ingin mengatakan "Bukannya kamu juga nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ayah? Kamu nggak pernah menanyakan kabarku."

Namun kata-kata ini belum boleh diucapkan. Pegangannya kurang kuat, dia akan rugi kalau membuat Kafin marah.

"Siap-siap, besok kita pulang." Dia menghempaskan lengan bajunya sambil keluar dari bangsal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status