"Diam!" Begitu Yula bersuara, Hazel langsung menyelanya. "Sesama rekan kerja harus saling menghargai. Cuma karena nggak sengaja menumpahkan sedikit air ke tubuhmu, kamu menyiramnya balik? Apa tindakanmu ini benar?"Yula membuka mulutnya, dia takut masalah akan terungkap, tetapi dia tidak berani melawan Hazel. Bagaimanapun, status Hazel terpampang jelas.Sekarang, satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri adalah diam.Cassie mengamati seluruh interaksi Yula dengan Hazel.Dia merasa dingin.Bukan tubuhnya yang dingin, melainkan hatinya.Karena dia menikah dengan Zico, dia dibenci oleh begitu banyak orang.Awalnya, dia mengira pernikahan ini hanya sekedar kesepakatan. Namun, status ini membawakan banyak masalah padanya.Dia tidak mengerti. Jelas-jelas Hazel tahu pernikahannya dengan Zico hanya berlaku satu bulan, kenapa terus mempersulitnya?Yula mendelik Cassie dengan tajam.Cassie berpura-pura tidak melihat.Dia sudah dimanfaatkan, tetapi masih belum sadar.Jason segera kembali. Dia me
Zico tidak suka melihat keributan seperti ini, dia sudah melangkah pergi.Hazel menyusulnya.Sesampai di kantor, Hazel memeluk Zico dari belakang sambil berkata, "Zico, dengarkan penjelasanku ...." Dia menyandarkan pipinya di punggung Zico. "Aku cuma bilang aku nggak menyukainya, tapi aku nggak menyangka Yula akan mencari masalah dengannya ...."Zico menunduk untuk melihat tangan yang melingkar di pinggangnya. "Aku sudah janji akan memberimu status, kenapa kamu begitu nggak sabar?"Sembari berbicara, dia melepaskan tangan Hazel. "Aku menyentuhmu, terlepas dari kondisi apa pun, aku akan tanggung jawab. Kelak jangan mencari masalah dengannya lagi."Hazel tidak ingin melepaskan Zico, tetapi tenaga Zico terlalu kuat sehingga dia terpaksa melepaskan tangannya."Zico, aku nggak begitu. Sekalipun aku melakukan kesalahan, aku melakukannya demi kamu. Aku salah karena mencintaimu? Aku sudah menemanimu selama bertahun-tahun, kamu nggak memahamiku?" Hazel menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Jang
Dua hari yang lalu, dia pergi ke bar sendirian dan bertemu dengan Gita.Mereka duduk bersebelahan. Saat itu, Gita minum cukup banyak. Karena melihat Zico tidak lumpuh dan melewatkan kesempatan untuk menjadi menantu Keluarga Carlo, dia sangat menyesal dan terus mengumpat Cassie.Kemudian, Hazel mendekatinya. Gita memberitahunya bahwa dia adalah anggota Keluarga Lazuardy dan sangat membenci Cassie.Hazel berada di sisi Zico sepanjang hari. Kalau dia menyerang Cassie, dia akan segera ketahuan.Oleh karena itu, dia memutuskan untuk memanfaatkan Gita.Meskipun Gita mewarisi kecantikan Shella, dia kurang cerdas, apalagi dia baru berusia tujuh belas tahun.Hazel terjun ke masyarakat lebih awal dan bekerja di sisi Zico, tentu saja dia sangat ahli dalam membujuk orang.Dia memberi tahu Gita bahwa dirinya bekerja di Grup Sentosa dan bisa membantu Gita menyingkirkan Cassie.Di bawah bujukan Hazel, Gita pun sepakat untuk bekerja sama.Sesampai di rumah, Gita langsung menyampaikan idenya pada Shell
Shella berdiri. "Kafin, Gita hanya nggak ingin melihatku menderita, dia bukan sengaja." Setelah berkata demikian, dia menarik Gita. "Cepat minta maaf pada ayahmu."Gita menolak, dia merasa dirinya tidak salah."Cepat!" bentak Shella. Gita selalu bersikap semena-mena, tetapi situasi saat ini berbeda.Sikapnya ini hanya akan membuat Kafin marah. Saat itu tiba, mereka mungkin akan diusir dan tamatlah riwayat mereka!Gita mendengus, dia enggan meminta maaf.Shella sangat marah dan langsung menepuk punggungnya. "Ini yang kuajarkan padamu? Cepat mengaku salah pada ayahmu!"Ketika berbicara, Shella terus mengedipkan mata pada Gita.Gita masih enggan, tetapi dia menyadari keseriusan masalah ini. "Ayah, aku salah."Kafin tidak ingin berbasa-basi dengan mereka. "Siapkan lebih banyak lauk buat makan malam."Setelah berkata demikian, Kafin keluar dari rumah. Di perusahaan, masih ada setumpuk masalah yang perlu ditangani.Sesampai di pintu, dia berbalik ke belakang. "Kalian nggak bisa membantuku me
Kantor Zico sangat modern, luas dan rapi. Perabotan yang digunakan berwarna monokrom sehingga suasana lebih tenang. Di bagian samping, terdapat jendela setinggi plafon yang tembus cahaya.Dengan berdiri di depan jendela, orang-orang dapat melihat pemandangan seisi kota.Zico sedang membaca dokumen dan tidak mengangkat kepala.Cassie berjalan ke depan meja dengan membawa sebuah dokumen. Dia menyerahkan dokumen itu pada Zico.Zico tidak mengambil dokumen itu dan hanya berkata dengan tenang, "Taruh di atas meja."Cassie terpaksa menaruh dokumen itu di atas meja. Dia berulang kali ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak menemukan kata-kata yang tepat.Bagaimana cara memulai pembicaraan ini?'Pak Zico, bolehkah kamu pulang bersamaku?'Hanya dipikirkan saja, Cassie tahu Zico akan menolak.Zico mengira orang yang datang adalah Hazel. "Ada apa?"Dia membalik halaman, pandangannya masih tertuju pada dokumen di mejanya.Cassie memberanikan diri untuk berkata, "Aku ingin meminta bantuan Pak Zico."
Dia terdiam sejenak, lalu lanjut berkata, "Sebelumnya di rumah aku membantumu menerjemahkan dokumen. Meskipun kita sudah membicarakan soal harga, kamu nggak bayar aku. Aku menghabiskan waktu satu malam untuk menerjemahkan dokumen itu, sekarang aku nggak minta bayaran, cuma minta bantuan dari Pak Zico."Akhirnya, Zico mengangkat kelopak matanya. "Kamu sudah bilang begitu, aku nggak bisa menolak.""Terima kasih, Pak Zico ....""Tuk tuk."Sebelum Cassie selesai berbicara, terdengar suara ketukan pintu.Saraf Cassie menegang. Dia sontak melepaskan tangannya yang sedang memijat Zico, lalu melangkah ke samping.Zico meliriknya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Artinya, Zico menyetujui tindakannya.Cassie menunduk untuk mengusap jari-jarinya, telapak tangannya dipenuhi dengan keringat.Kalau bukan karena ingin memanfaatkan Zico, dia tidak akan menyanjung Zico seperti ini.Dia tidak memiliki sandaran. Kini, dia hanya bisa mengandalkan kekuasaan "suaminya" untuk mengambil kembali barang-baran
Hawa panas perlahan-lahan menyelimuti punggungnya, napas hangat dan lembap berembus di telinganya. "Pertama kali?"Aroma asing yang menempel di telinganya membuatnya tidak berani bersuara dan gemetaran.Cassie Lazuardy merasa pria itu tertegun sejenak sebelum berkata, "Belum terlambat untuk menyesal."Dia mengepalkan tangannya dengan gugup sambil menggelengkan kepala. "Aku nggak menyesal."Dia berumur delapan belas tahun, bisa dibilang adalah masa puncak, tetapi ....Sakit!Cassie berada di dalam pelukan pria itu, rasa sakit yang luar biasa membuat sekujur tubuhnya gemetaran.Demi mempertahankan harga dirinya, Cassie menggigit bibirnya tanpa mengeluarkan sedikit pun suara. Selain rasa takut yang muncul karena ini adalah pengalaman pertamanya, dia juga dapat merasakan betapa ganas dan menakutkan pria ini.Pria ini seolah-olah tidak akan lelah dan terus menjelajahi setiap bagian tubuhnya. Malam ini terasa sangat panjang dan menyiksa ....Dini hari, pria itu bangun dan pergi ke kamar mand
"Cassie, menikah itu masalah seumur hidup, ibu nggak mengizinkanmu berbuat seperti ini." Debby tahu tujuan Cassie.Cassie meletakkan kotak makan di rak samping, lalu mengeluarkannya sambil berkata, "Aku nggak menikah dengan orang asing, bukannya dia anak teman Ibu?""Dia sudah lama meninggal, Ibu nggak kenal putranya. Sekalipun harus ingkar janji, Ibu tetap mau kamu menikah dengan pria yang kamu suka, bukannya malah menjadikan pernikahan sebagai alat tawar-menawar. Kalau begitu, Ibu lebih baik tinggal di sini seumur hidup."'Pria yang aku suka?''Sekalipun ada, aku nggak pantas.'Dia menundukkan kepalanya. Menikah tidak penting, yang penting adalah mengambil kembali segala sesuatu yang seharusnya menjadi miliknya.Debby gagal membujuk Cassie. Keesokan harinya, mereka kembali ke Negara Kastari.Karena tidak menyukai sepasang ibu dan anak itu, Kafin tidak mengizinkan mereka tinggal di rumah keluarga Lazuardy dan menyuruh mereka menyewa rumah di luar. Cassie hanya perlu pulang di hari per