Share

Bab 4

Meskipun dia bertanya, nada bicaranya sangat tegas.

Cassie mengangguk, sepertinya ada yang ingin Zico katakan padanya.

Kebetulan dia juga ingin berbicara dengan Zico.

Kafin menatap Cassie dengan waspada. "Jaga batas."

Kafin takut Cassie akan menyinggung Zico. Dilihat dari sikap Zico, seperitnya dia tidak puas pada Cassie. Namun, berbesanan dengan Keluarga Carlo akan menguntungkan Keluarga Lazuardy dan perusahaan.

Dia tidak ingin Cassie mengacaukan pernikahan ini.

Cassie berpura-pura tidak mendengar ucapan Kafin, dia mengikuti Jason keluar.

Cassie mengetahui tujuan Kafin. Bagaimana bisa dia berpikir bahwa Cassie akan membantunya setelah menikah dengan anggota Keluarga Carlo?

Hanya karena dia adalah ayah Cassie?

Namun, apa dia menganggap Cassie sebagai putrinya? Apa dia tahu betapa sulitnya hidup Cassie selama delapan tahun ini?

Cassie tidak fokus. Tiba-tiba, kepalanya membentur "dinding" yang keras. Dia mengangkat kepalanya dan melihat suatu wajah sempurna sedang menatapnya dari dekat.

Memang benar, Zico bisa berdiri.

Berarti dugaannya benar.

Seketika, pikiran Cassie menjadi kosong. Dia menatap Zico dan berusaha untuk menenangkan diri. "Kamu pura-pura lumpuh?"

Sudut mata Zico menegang, dia menyipitkan matanya. Dia agak kesal karena Cassie dapat menebak isi pikirannya, tetapi dia malah berkata dengan nada datar, "Kenapa mau menikah denganku meskipun aku cacat? Apa yang kamu suka dariku? Uang, kamu mau jadi nyonya keluarga kaya?"

Menghadapi tatapan ini, bulu kuduk di sekujur tubuh Cassie berdiri, seolah-olah ada yang meremas jantungnya dengan kuat dan membuatnya sesak napas. Namun, dia berpura-pura tenang. "Aku dijodohkan dengan Pak Zico sejak umur dua tahun. Apa saat itu aku sudah mengenal uang dan keuntungan dari menjadi istri orang kaya? Aku yang memaksa ibuku menjodohkanku denganmu?"

Dia terdiam sejenak, nada bicaranya melembut. "Saat aku berumur dua tahun, Pak Zico sudah sepuluh tahun. Kamu delapan tahun lebih tua dariku, apa aku bilang kamu tua?"

Hmph. Zico tersenyum dingin, wanita ini bukan hanya pandai berbicara, tetapi juga cerdik!

Mulutnya sangat lincah!

Dia tua?

Seketika, suasana menjadi sangat mencekam.

Keduanya saling menatap dengan kukuh, tidak ada yang mau mengalah.

Cassie mengepalkan kedua tangannya. Dia menikah dengan Keluarga Carlo agar Kafin mengembalikan harta sesan ibunya.

Dia tidak ingin bermusuhan dengan pria ini, jadi dia melembutkan nada bicaranya dan bersikap sopan. "Pak Zico, aku tahu kamu nggak mau menikah denganku, sebenarnya bisa dibicarakan ...."

Dia sengaja berhenti berbicara untuk memantau reaksi Zico. Reaksi Zico sangat minim, tetapi Cassie tetap menyadari hal tersebut.

"Pak Zico, mari buat kesepakatan," kata Cassie. Dia tidak ingin menikah dengan anggota Keluarga Carlo, dia menyetujui pernikahan ini agar bisa kembali ke Negara Kastari dan merebut kembali haknya.

"Hmph." Zico mendengus dingin. Dia merasa sangat konyol, membuat kesepakatan dengan Cassie?

Cassie menelan air liur, punggungnya diselimuti dengan keringat dingin. Zico sangat tinggi sehingga dia perlu mengangkat kepala untuk menatap Zico. "Aku tahu kamu pura-pura lumpuh agar Keluarga Lazuardy membatalkan pernikahan ini. Tentu saja ada alasan kenapa aku setuju."

Ucapan Cassie membangkitkan ketertarikan Zico.

"Apa maumu?" Karena ini adalah kesepakatan, pasti ada syaratnya.

"Satu bulan, aku akan bercerai denganmu dalam satu bulan." Satu bulan cukup untuk mengambil kembali harta sesan ibunya. Setelah itu, dia akan bercerai dengan Zico.

Zico mengerutkan keningnya. "Ini kesepakatan yang mau kamu bicarakan denganku?"

"Ya, kita harus menikah. Ini adalah perjanjian di antara ibu kita, kita nggak boleh melanggarnya dan harus menghormati mereka. Tapi setelah menikah, kita bisa bercerai karena nggak cocok. Dengan begitu, perjodohan ini pun batal. Kamu nggak usah menghabiskan seumur hidup dengan wanita yang nggak kamu sukai. Ini nggak merugikanmu, justru menguntungkanmu ..."

Setelah berbicara sampai di sini, Cassie melambatkan laju bicaranya. "Kurasa Pak Zico berharap Keluarga Lazuardy membatalkan pernikahan karena sudah memiliki dambaan hati, 'kan?"

Ekspresi Zico berubah drastis, dia tampak sangat kesal. "Tak disangka kamu pintar juga."

Benar, dia ingin menikahi Hazel. Kesetiaan Hazel membuatnya goyah.

Zico menatap Cassie yang berpura-pura tenang. "Bagaimana denganmu? Apa manfaat dari satu bulan pernikahan ini?"

Zico tidak berpikir bahwa Cassie akan mengorbankan diri untuknya.

Hati Cassie menegang. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa dia melakukan semua ini demi harta sesan ibunya, 'kan?

Namun, kalau dia tidak memberikan alasan yang masuk akal, Zico tidak akan percaya.

"Ibuku sangat peduli dengan perjodohan ini. Dia kurang sehat, jadi aku nggak ingin mengecewakannya." Saat berbicara, dia menghindari pandangan Zico. Karena ibunya tidak ingin dia menikah dengan anggota Keluarga Carlo.

Nada bicara Zico terdengar agak sinis, seolah-olah dapat membaca pikirannya. "Benarkah?"

Cassie merasa ada ribuan duri yang menusuk punggungnya. Tatapan tajam Zico dapat menembus hati seseorang. Saat dia tidak tahu harus berbuat apa, ponsel di saku Zico berdering.

Zico meliriknya, lalu mengeluarkan ponsel. Melihat nama yang muncul di layar ponsel, ekspresinya melembut. Dia berbalik untuk menjawab panggilan, tetapi dia tiba-tiba berbalik sambil berkata, "Karena cuma satu bulan, kita nggak usah adakan resepsi."

Cassie tidak punya pilihan, dia terpaksa mengiakan. "Oke."

12 Agustus, Jason datang menjemput Cassie.

Mereka tidak melangsungkan upacara maupun resepsi, hanya ada selembar akta nikah.

Suasana hati Cassie tidak terlalu bergejolak. Karena dia tahu ini hanyalah kesepakatan di antara kedua belah pihak.

Kalau bukan karena perjodohan ini, mereka mungkin tidak akan mengenal satu sama lain.

Tak lama kemudian, mobil berhenti di sebuah vila.

Di bawah sinar matahari, bangunan itu tampak sangat megah dan indah.

"Masuk." Jason mempersilakan Cassie masuk.

Dia tidak mencoba untuk menyanjung Cassie, hanya sekedar menjalani tugas. Mungkin karena dia tahu pernikahan Cassie dengan Zico hanya sebatas pemenuhan janji.

Cassie bukan nyonya Keluarga Carlo yang sebenarnya.

Rumah ini luas, tetapi sangat sepi. Hanya ada satu pembantu, Jason pun tidak memperkenalkan mereka dan langsung membawa Cassie masuk ke rumah.

Cassie agak sulit beradaptasi.

"Ini tempat tinggal Tuan Muda. Aku Lasri, kamu boleh panggil aku Bibi Lasri." Lasri membawa Cassie pergi ke kamar. "Kalau butuh sesuatu, katakan padaku."

Satu bulan hanya sebentar, Cassie membawa keperluannya sendiri. Dia mungkin tidak akan merepotkan Lasri, tetapi dia tetap menjawab, "Oke."

Lasri membuka pintu dan menoleh ke arah Cassie. Sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya dia menghela napas. "Malam ini Tuan Muda mungkin nggak akan pulang, hari ini Nona Hazel ulang tahun."

Meskipun tidak mengadakan resepsi, Cassie adalah istri sah Zico. Hari ini adalah hari pertama pernikahan mereka, tetapi Zico malah menemani wanita lain. Lasri sungguh mengasihani Cassie. Mereka baru menikah, Zico sudah begitu cuek pada Cassie, kelak Cassie pasti akan sangat menderita.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status