Share

182). Menyimpan Dendam

***

"Maafin Mama ya, Sayang. Dari kemarin Mama belum sempat perhatiin kamu. Mama sayang kamu, El."

Duduk di ujung kasur, Adara memomong Elara yang sedang menyusu dengan penuh kasih sayang. Tak lagi di rumah sang Papa, Adara kini sudah kembali ke rumah sesuai permintaannya.

Bukan tak ingin terlibat dalam acara pengajian yang akan digelar di rumah Ginanjar untuk Monica, Adara hanya terlalu tak sanggup bertemu sang Papa.

Ditampar bahkan dipukul, Adara masih bisa mentoleransi, tapi menghilangkan nyawa sang Mama, demi apapun sulit untuk Adara melupakan atau bahkan memaafkan Ginanjar.

"Ra, ayo."

Adara mendongak ketika pintu kamar dibuka—menampakkan Danendra yang sudah rapi dengan pakaian muslimnya

Sore ini jarum jam di kamar memang sudah menunjukkan pukul lima sore, dan satu jam lagi—alias pukul enam sore nanti, tepatnya selepas maghrib, acara tahlilan di rumah Ginanjar digelar.

"Ayo apa?" tanya Adara. Berbeda dengan Danendra, Adara masih memakai baju santai—kaos juga celana panjang.

"Ke ru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status