Dengan berat hati, Cani melepas kepergian Roni yang memilih ikut bersama Mas Samsul. Sementara Bu RT berusaha menenangkan Cani yang terlihat sangat tidak rela.Karena Cani gondok. Cani berpamitan pada BU RT untuk pergi tidur. Bagaimana pun juga, Cani sangat kecewa dengan tindakan Bu RT yang seperti tak memihak dirinya.Cani masuk ke dalam rumah dalam kondisi lemas. Kalau saja Cani tidak ada tanggung jawab memasak makanan untuk para tukang. Cani pasti sudah merengut di dalam kamar, dan menangis. Meratapi kepergian Roni.“Semoga Mas Samsul bisa menjadi ayah yang baik buat Roni. Dan benar-benar berubah,” gerutu Cani sambil mengiris wortel untuk menu makan siang para tukang.Kelakuan Mas Samsul tempo hari, tak hanya merusak keripik pisang yang terpajang di etalase. Mas Samsul dan teman-temannya juga merusak kaca, dan berbagai perabotan di dalam toko.Untung saja, Cani memiliki uang tabungan. Sehingga bisa langsung memperbaiki kerusakan toko.***Sementara itu, di kediaman megah Indra dan
Waktu berlalu dengan begitu lambat bagi Cani. Bagaimana tidak? Semenjak kepergian Roni, Cani seakan kehilangan separuh hidupnya. Cani sudah menganggap Roni seperti anaknya sendiri.“Kamu masak apa, Sayang?” tanya Han memeluk tubuh Cani dari belakang.“Aku masak makanan kesukaan Roni, Mas. Kangen banget sama Roni,” jawab Cani berusaha menggulung senyuman di wajahnya yang elok.“Kebetulan hari ini aku libur. Bagaimana jika kita menjenguk Roni? Sekalian kasih uang ke Mas Samsul. Hitung-hitung buat jajan Roni. Di sini ‘kan Roni suka jajan,” gagas Han mengajak Cani.Seperti tanah gersang yang disiram oleh air hujan. Hati Cani terasa segar begitu mendengar ajakan dari sang suami tercinta.“Ayo, Mas! Aku lanjut masak dulu ya! Mas Han mandi dulu, gih!”Han langsung menuruti perkataan Cani. Dia bergegas membersihkan tubuhnya. Setelah selesai mandi, Han masuk ke dalam kamar. Dia meraih parfum mahal miliknya. Menyemprotkan parfum itu ke seluruh tubuh bagian atas.Bersamaan dengan kegiatan Han.
Semua orang di sana terkejut,sekaligus kebingungan dengan apa yang baru saja dilontarkan oleh Si Wanita.“Maksud, Mbak apa?” tanya Cani menggoyang-goyangkan pundak Si Wanita agak kasar.Pak Lurah mencoba menenangkan Si Wanita yang menangis tanpa henti. Setelah Si Wanita berhasil ditenangkan, barulah Pak Lurah bertanya dengan nada rendah, supaya Si Wanita tak panik lagi.“Mas Samsul pukul Roni sampai kepala Roni pecah. Aku nggak ikut-ikut, Pak ....” Si Wanita merengek sambil terus mengeluarkan tangis.“Apa? Maksudmu, Mbak? Di mana Roni?” tanya Cani menatap tajam Si Wanita.Cani tak mau percaya. Tapi, hatinya sakit mendengar semua yang dikatakan oleh Si Wanita.“Aku nggak salah,” rintih Si Wanita tak berani mendongakkan kepalanya.“Di mana kamu mengubur Roni?” tanya Pak Lurah yang sebenarnya juga sangat berat.“Di belakang rumah. Di dekat kandang kambing,” jawab Si Wanita lirih.“Apaan, sih, Mbak? Bohong ‘kan! Nggak mungkin!” cecar Cani menangis.Han langsung memeluk sang istri, guna m
Hari ini, hari di mana Roni dimakamkan. Cani sengaja menyemayakan Roni di samping makam Mbak Fatin, ibu kandung Roni. Pemakanan Roni berlangsung dengan hikmat. Di sepanjang acara, Cani berusaha untuk tak mengeluarkan air mata. Dia harus bisa menjadi wanita kuat, dan tegar.Waktu berlalu, setelah seharian melakukan pengajian di rumah Pak Lurah di desa asal Roni. Cani memutuskan untuk kembali pulang ke desanya sendiri. Cani akan melanjutkan pengajian di hari berikutnya, di kediamannya.Pak Lurah tak masalah, mengingat jika Mbak Fatin adalah salah satu warga yang taat pada aturan desa.“Terima kasih, Pak Lurah. Saya, dan rombongan saya pamit undur diri,” ujar Cani sambil menyerahkan amplop berisi uang.“Iya, sama-sama, Nduk,” balas Pak Lurah.***Sementara itu, di sisi lain. Di sebuah apartemen mewah. Albert tengah diliputi rasa kesal bercampur amarah yang luar biasa.Bagaimana Albert tidak murka? Anak kecil yang akan dia siapkan untuk menjadi penerusnya. Malah tewas dibunuh oleh ayah
Amarah Indra memuncak, setelah mendengar penjelasan dari Bu RT mengenai Roni yang meninggal akibat dihabisi oleh Mas Samsul.Indra yang merasa sangat kesal, sampai membanting ponselnya. Tindakan Indra mengejutkan Victory yang kebetulan baru masuk ke dalam ruangan Indra.“Ada apa, Mas? Kok banting hp?” tanya Victory heran.Victory meraih bagian ponsel yang berada di dekatnya. Lalu menunjukkannya kepada Indra.“Ini hp ipon loh! Mahal, Mas,” protes Victory heran.“Ponsel bisa beli lagi, Sayang,” sahut Indra. “Buang ponsel itu,” pintanya kemudian.Victory menghela napas. Namun tetap menuruti kemauan Indra. Setelah membuang bagian ponsel, Victory kembali fokus pada Indra.“Ada apa sih, Mas? Hp, Mas eror kah? Atau apa?” tanya Victory penasaran.“Aku marah bukan karena hp eror. Tapi karena Si Samsul sialan itu, telah melakukan hal terbodoh di dunia ini,” gerundel Indra mengacak rambutnya.“Huh? Emang Mas Samsul ngapain, Mas? Dia mengembalikan Roni ke Mbak Cani kah?” Victory malah menerka-ne
“Indra yang menyuruhmu untuk membunuh Roni?” tanya Albert memberi tekanan pada Mas Samsul.Meskipun sidik jari Indra sama sekali tak ditemukan di jasad Roni, ataupun di tempat kejadian perkara. Namun, ketika Mas Samsul menyebut nama Indra, Albert jadi tertarik.“Iya! Indra! Bos kepala sawit itu! Dia yang menyuruhku untuk membawa Roni pergi! Di-dia juga yang bunuh Roni! Aku sebenarnya nggak salah! Aku orang baik!” kelit Mas Samsul panik.Albert dibuat tertawa dengan kalimat terakhir Mas Samsul. “Kamu orang baik? Menggelikan,” gumam Albert tak habis pikir. Mas Samsul menangis melihat beberapa jemarinya yang telah menghilang.“Jariku tak ada lagi,” erang Mas Samsul putus asa.Albert ikut melihat jemari Mas Samsul. Albert pun memerintahkan anak buahnya untuk menutup jari tangan Mas Samsul menggunakan kain. Supanya Mas Samsul tak meninggal gara-gara kehabisan darah.Albert teringat dengan permintaan Hime tempo hari. Kebetulan sekali, Albert bisa memanfaatkan situasi ini untuk mulai mengu
Mas Samsul menunggu kedatangan Indra dengan harap-harap cemas. Mas Samsul sengaja mengajak Indra bertemu di sebuah taman terpencil yang sangat sepi di atas jam dua belas malam. Sambil sesekali Mas Samsul juga melihat tangannya yang masih dibalut oleh perban.Penyesalan tak berarti bagi Mas Samsul sekarang. Toh, jarinya yang telah terpotong, tak mungkin bisa kembali utuh. Andai Mas Samsul tak menuruti perintah Indra. Hidupnya mungkin tidak akan serumit ini.Tak lupa, Mas Samsul juga mengabari Albert tentang dirinya yang sudah siap menerima perintah lanjutan.Akan tetapi, Albert belum merespons pesan yang Mas Samsul kirim lewat ponsel jadul. Alhasil, Mas Samsul hanya mengerjakan perintah yang telah diperintahkan sebelumnya.Setelah lama menunggu, akhirnya Indra muncul di hadapan Mas Samsul. Indra datang sendirian, sehingga Mas Samsul tak perlu khawatir akan dilukai oleh Indra.“Berani sekali kamu menantangku,” ucap Indra menatap sengit Mas Samsul.“Aku tidak ingin menantangmu,” sahu
Begitu sampai rumah. Indra langsung membersihkan tubuhnya. Tak lupa, dia juga memerintahkan pembantunya untuk membuang baju yang ia kenakan hari ini. Indra tak ingin meninggalkan jejak apa pun.Gelagat mencurigakan yang diperlihatkan Indra, membuat Victory penasaran.Tanpa segan, Victory bertanya, “Mas dari mana saja? Kok tumben, subuh baru pulang? Biasanya lebih memilih menginap di hotel ketimbang pulang dini hari.”Indra terkejut mendengar suara Victory. Indra pun buru-buru mengenakan baju tidur miliknya. Kemudian Indra berjalan mendekati sang istri.Awalnya Indra ragu untuk bercerita pada Victory. Namun, Indra tak mampu menyembunyikan sesuatu dari wanita yang telah membuatnya jatuh cinta. Pada akhirnya, Indra menceritakan segalanya kepada Victory.Victory yang mengetahui tentang apa yang baru saja suaminya lakukan pun, tak dapat menutupi keterkejutannya. Bahkan Victory sempat berpikir jika Indra sangat berbahaya, dan gila.“Nggak ada cara lain, Mas? Selain menghabisi nyawa Mas Sa