Beranda / Pernikahan / Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul / Bab 1. Menikahi Pria Beristri

Share

Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul
Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul
Penulis: Setia R

Bab 1. Menikahi Pria Beristri

Penulis: Setia R
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-22 13:41:56

“Tamu-tamu sudah menunggu di luar. Pak Penghulu juga sudah hadir, tapi mempelai prianya tidak kunjung datang.”

“Sst. Kinanti sudah coba hubungi sejak tadi, tapi tidak diangkat.”

Kinanti tetap mendengar obrolan itu meskipun mereka sudah berbisik-bisik. Namun, iia tidak punya energi untuk menanggapinya karena ia masih mencoba menghubungi calon suaminya.

“Ayo mas angkat," gumam Kinanti. Wajahnya yang cantik terlihat tegang, tapi matanya mulai berkaca-kaca. Ia khawatir telah terjadi sesuatu dengan Bima, calon suaminya.

Soraya, ibunda Kinanti, mengelus pundak putrinya, berusaha untuk menenangkan, meski hatinya pun gundah gulana.

“Sayang ... tenanglah, Bima pasti datang, mungkin terjebak macet,” kata sang ibu.

“Tapi dia sejak tadi tidak mengangkat teleponku, Ma,” kata Kinanti mulai terisak sedih. “Apa yang sebenarnya terjadi padanya?”

“Jangan bicara begitu, Sayang,” sahut Soraya. “Pamali!”

Tiba-tiba suara gaduh terdengar dari ruang tengah, menarik perhatian Kinanti dan sang ibu. Wanita yang hendak menikah hari ini tersebut bahkan mendengar teriakan penuh kemarahan dari Pak Darmawan, sang ayah.

“Apakah dengan permintaan maaf semua masalah akan selesai!? Mau ditaruh di mana muka kami, hah!?”

Tubuh Kinanti menegang. Apa yang terjadi, pikirnya.

Namun, saat ia hendak berdiri untuk keluar, sang ibu menghentikannya.

“Biar Mama yang cek keluar,” ucap wanita paruh baya itu. “Kamu tetap di sini. Mengerti?”

Kinanti mengangguk. Hatinya masih tidak tenang dan itu tergambar jelas di wajahnya. Ada banyak pikiran buruk yang masuk ke dalam otaknya–dan Kinanti tidak bisa memutuskan mana yang lebih buruk: apakah terjadi sesuatu pada calon suaminya ataukah pacarnya tersebut sengaja membuatnya menunggu seperti ini.

Namun, Kinanti yakin Bima mencintainya. Pria itu berjanji akan menikahinya sejak lama.

Karena penantian yang menyiksa, pada akhirnya, Kinanti berdiri dan menyusul ibunya ke sumber keributan.

“Kenapa dia tidak datang sendiri dan bicara padaku!?” Di luar, Pak Darmawan tengah marah-marah. Wajahnya tampak merah padam, sementara tangannya mengepal. Tatapannya terarah lurus ke seorang pria yang berdiri di hadapan. “Dasar laki-laki tidak bertanggung jawab!”

“S-saya tidak tahu apa-apa, Pak. Saya hanya disuruh datang dan menyampaikan kabar tersebut,” sahut lawan bicara Pak Darmawan dengan gelisah. “Ayah Bima, Pak Subakti, tidak sanggup datang karena merasa bersalah pada Bapak. Namun, beliau juga menyampaikan bahwa beliau akan menanggung biaya pesta dan kerugian yang ada sebagai permintaan maaf.”

“Memangnya dengan permintaan maaf saja semua masalah akan selesai!?” bentak Pak Darmawan. “Mau ditaruh di mana muka kami sekarang, hah!? Semua undangan akan mentertawakan kami! Mau dibayar berapa juga, kami, terutama putri kami tetap akan menanggung malu!”

“Pa, ada apa?” Soraya menghampiri suaminya yang kini duduk di kursi, berusaha menguasai diri. “Apa yang terjadi?”

Pak Darmawan menarik napas dalam-dalam sebelum berucap, “Bima membatalkan acara pernikahan dengan Kinanti!”

“Apa!?” Soraya tampak terkejut. “Tidak mungkin, Pa. Bukankah Bima sangat mencintai Kinan?”

“Buktinya dia melakukan ini!” ucap Pak Darmawan.

“Lalu bagaimana dengan acara pernikahan ini, Pa? Para tamu sudah datang, di antara mereka ada karyawan dan teman Papa. Mau diletakkan dimana wajah kita, Pa ....” 

Baik ayah maupun ibu Kinanti tampak panik dan tidak menemukan jalan keluar, hingga mereka tidak menyadari Kinanti di sana. Wanita dengan pakaian pengantin itu kini terduduk di lantai, tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

“Tidak mungkin,” gumamnya. “Tidak mungkin!” Ia berucap lebih keras, mengejutkan kedua orang tuanya.

“Kinan!” Soraya langsung menghampiri Kinanti dan memeluk putrinya tersebut, sementara sang ayah mengalihkan pandangan.

“Lalu bagaimana dengan aku, Ma?” tanya Kinanti. Ia menggenggam gawanya erat-erat dan mencari nomor keluarga Bima untuk dihubungi.

Namun, tidak satu pun yang menjawab panggilannya. 

“Ahh!” Kinan menangis keras, merasa patah hati, sekaligus tidak percaya bahwa pacar yang selama ini ada di sisinya justru akan meninggalkannya di hari pernikahan seperti ini. 

Sementara itu, Soraya membiarkan putrinya tenggelam dalam pelukannya, ia tak bisa berbuat banyak selain diam ikut merasakan kesedihan sang anak.

Setelah beberapa saat, akhirnya tangis Kinanti mereda. Hingga akhirnya wanita itu bertanya, “Kita harus bagaimana sekarang, Ma?” Jeda sejenak. “Maafkan Kinan. Gara-gara Kinan, Mama dan Papa harus menanggung malu.”

“Pernikahan ini akan tetap dilanjutkan, dengan atau tanpa Bima.”

Kinanti mendongak, menatap tidak percaya pada sang ayah yang tiba-tiba sudah ada di hadapannya. Ia bisa melihat perasaan kecewa dan kalut di wajah Pak Darmawan, serta kemarahan. Namun, Kinanti juga bisa melihat ketegasan dan bahwa apa yang dikatakan oleh ayahnya tersebut adalah keputusan final.

“M-maksud Papa?” tanya Kinanti lirih.

“Kamu tetap harus menikah. Ini bukan karena Papa tidak memikirkan kamu, melainkan karena Papa sangat memikirkan kamu,” ucap Pak Darmawan. “Papa tidak mau kamu, dan kita semua, menjadi buah bibir orang.”

“Tapi–”

“Kamu akan dihina dan diejek karena gagal nikah, kamu akan dipermainkan oleh laki-laki yang tidak bertanggungjawab. Akan diremehkan.” Pak Darmawan memotong sanggahan putrinya dengan tegas. “Nama keluarga kita akan hancur. Kamu mau semua pihak media sosial memberitakan keluarga kita?”

Kinanti menggigit bibirnya, kemudian menggeleng. 

“Bagus.” Pak Darmawan mengangguk. “Kamu tetap akan menikah.” Pria paruh baya itu kemudian menoleh pada sesosok pria lain yang ada di sana–yang baru disadari keberadaannya oleh Kinanti. “Perkenalkan, ini Pak Wisnu. Bos Papa.”

“Beliaulah yang akan menikahi kamu. Namun, sebagai istri kedua.”

Bab terkait

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 2. Suami Pengganti

    “Beliaulah yang akan menikahi kamu. Namun, sebagai istri kedua.” Mata Kinanti terbelalak saat mendengarnya. “Apa!?”“Tidak ada pilihan lain, Kinan,” tukas Pak Darmawan, membuat Kinanti menelan ludah. “Jika tidak, kamu–”“Pak Darmawan.” Tiba-tiba pria asing yang merupakan atasan Pak Darmawan itu berucap. Suaranya dalam dan tatapannya tajam ke arah Kinanti. “Izinkan saya bicara berdua dengan putri Bapak.”Dengan segera, Pak Darmawan mengizinkan hal tersebut. Pria paruh baya itu mengajak istrinya pergi dari sana, meninggalkan Wisnu berdua dengan Kinanti.Hening sejenak. Tidak ada gerakan dari keduanya sebelum kemudian Wisnu menghampiri Kinanti dan mengulurkan tangannya, berniat membantu wanita itu bangun.Ragu, Kinanti menerima uluran tangan tersebut. Sepasang mata Kinanti menatap pria yang yang kini duduk berdampingan dengannya di kursi panjang. Jujur, sosok itu memang tampan, tapi Kinanti tidak yakin bahwa ia adalah pria yang tepat untuknya.Apalagi sorot mata tajam itu–“Nama saya Wi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 3. Surat kontrak

    Mata Kinanti begitu dekat dengan mata Wisnu, mungkin sekitar satu jengkal jarak wajah keduanya, Wisnu mampu menghirup aroma tubuh Kinanti yang begitu wangi. Keduanya saling pandang, saling menelan saliva. Beberapa menit keduanya terlipat saling pandang, wajah Kinanti terlihat begitu merona, dan iapun tak menyadari jika gawai yang ada di tangannya terjatuh begitu saja di atas tempat tidur. Wisnu mendehem, membuat Kinanti segera menarik diri dari pangkuan Wisnu, ia berusaha berdiri dan tentu saja di bantu oleh Wisnu. "Ponselku!, apakah Bapak melihat ponselku?" tanya Kinanti mencari gawainya. Wisnu menoleh ke kiri dan ke kanan, ia melihat gawai yang tergeletak persis di sebelahnya, tangannya mengambil gawai itu, tentu saja ia melihat layar gawai yang masih memperlihatkan gambar yang masih terpampang jelas, gambar Kinanti yang begitu mesra di peluk oleh Bima, Wisnu tersenyum ia jadi merencanakan sesuatu yang sama sekali tidak di sadari oleh Kinanti. "Ini ponselmu, lain kali hati-ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 4. Hukuman pertama

    Kinanti memejamkan matanya saat Wisnu sudah berada persis di hadapannya. Ia kembali menelan salivanya, berulang kali, sungguh ia berada dalam situasi yang tidak menguntungkan. Hembusan nafas Wisnu yang beraroma khas menyapu wajah Kinanti, desiran darah mengalir begitu cepat dalam dada Kinanti. "Masihkah kamu tidak akan menandatangani surat kontrak ini?" "Tergantung!" "Tergantung apa, masih adakah tawaran yang kamu tawarkan untuk kesepakatannya?" "Iya!" "Sayang, saya tidak menerima tawaran apapun, apapun yang tertera dalam surat kontrak ini sudah menjadi keputusan yang tidak dapat di ganggu gugat. "Jadi percuma saja saya menawarkan sesuatu pada Bapak." "Ya, tanda tangani saja sekarang! lebih cepat lebih baik!" Sekali lagi kinanti tidak mampu berbuat apa-apa, ia hanya bisa pasrah, perlahan ia menghembuskan nafasnya yang terasa sesak. "Beri saya ruang untuk bergerak, mana bisa saya menandatangani jika saya berada dalam kungkungan tangan Bapak seperti ini!" desahnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 5. Jujur

    Perlahan, bibir Wisnu telah menempel di bibirnya yang menawan. Kinanti membuka matanya dan langsung mendorong tubuh Wisnu kuat, hingga Wisnu menjauh beberapa langkah darinya. "Jangan dekat-dekat lagi, aku tidak mau!" "Kenapa, bukankah sah-sah saja aku melakukan itu, aku ini suami kamu, dan kamu sudah berjanji memberikan anak buat aku, lalu di mana salahnya?" "Tidak untuk sekarang!" "Lalu kapan? sudah tiga hari aku berada di rumah ini, aku ingin segera membuktikan jika aku bukan laki-laki mandul!" Begitu pula dengan Kinanti, ia masih ragu untuk melanggengkan dan mendekatkan diri pada Wisnu, meski papanya selalu mengingatkan bahwa bagaimanapun Wisnu tetaplah suaminya meski pada kenyataannya semua mungkin akan berakhir jika ia sudah melahirkan seorang anak. Bukankah terbaik dalam bekerja bukan berarti terbaik dalam hal cinta, begitu menurut Kinanti. *** Hari ini seperti biasanya, Wisnu selalu pulang dari kantor menuju rumah Kinanti, didapatinya Kinanti sedang asyik melihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul    Bab 6. Ikhlas

    “Untuk apa aku terus menangis, bukankah lepas dari laki-laki yang aneh itu adalah salah satu keinginanku? Lalu kenapa aku masih menangis saat tahu dia akan menceraikan aku setelah aku melahirkan seorang anak? Aneh kamu ini Kin, ingin lepas tapi malah menangis, oh kamu bingung masalah anak yang akan kamu lahirkan? Itu mudah Kin, kamu tinggal membawanya pergi bersamamu, apa susahnya sih?” berbagai hal berkecamuk dalam hati Kinanti. Sebagai seorang yang akan menjadi ibu, pastilah akan cemas jika setelah menikah dan melahirkan harus berpisah dengan anaknya sendiri, makanya dia menangis, tapi ... jika ia kembali berpikir, untuk mengakhiri semuanya setelah ia melahirkan seorang anak, bukankah memang itu adalah hal yang memang di inginkannya? "Ah, mungkin ini memang takdir yang harus terjadi dalam hidupku, punya suami sebatas pembuktian jika orang yang menikahiku bukan orang mandul!"Kinanti menyapu wajahnya dengan kedua belah tangannya, ia mencoba menyusut airmata yang mulai berhenti me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 7. Gara-gara selimut

    Wisnu membuka netranya, ia mendapati Kinanti tengah berjalan ke dekat ranjang, Wisnu berpura-pura memejamkan netranya, padahal ia mengintip setiap gerak Kinanti. Ia melihat Kinanti membaringkan tubuhnya kembali di atas ranjang, kemudian memejamkan netranya dan entah hingga kapan pula ia memperhatikan Kinanti, kini Wisnu akhirnya terlelap juga. Azan subuh mengusik ketenangan Kinanti yang sedang tertidur pulas, padahal baru beberapa jam ia kembali tertidur setelah mengerjakan shalat tahajud tadi. Netra Kinanti terbuka, mulutnya komat-kamit menjawab azan yang ia dengar, meski keluarganya tidak begitu terkenal sebagai keluarga santri, tapi memang keluarga ini adalah keluarga yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Perlahan ia kembali turun dari ranjang, ia kembali ke kamar mandi, ia sengaja mandi, agar seluruh tubuhnya terasa rileks, dan itu sudah menjadi kebiasaan pula bagi Kinanti, meski kadang suasana pagi dingin sekalipun. Suara gemercik air terdengar, Wisnu menarik

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 8. Penawar rasa dingin

    Wisnu berbaring sambil meringkuk, ia benar-benar merasa kedinginan.“Aku berdosa kali ya, telah membuat Kinanti malu? Ah masak sih, lagi pula aku tidak bermaksud membuatnya malu.” Rintih Wisnu sambil menggigil.Setelah Kinanti masuk lagi dengan membawa sepasang baju yang telah terlipat rapi, ia menatap Wisnu dengan perasaan bersalah, karena ia melihat Wisnu sedang berada dalam selimut sambil meringkuk, suaminya itu kedinginan setelah mengikuti kemauannya, mandi di saat hari begitu pagi.“Oh, bagaimana seandainya dia sakit, pasti dia menyalahkan aku!” Kata Kinanti resah.“Mas ....” panggil Kinanti sambil menyibakkan selimut hingga kepala Wisnu tersembul.“Aku benar-benar dingin Kin ....” sahut Wisnu dengan suara benar-benar terdengar bergetar.“Pakailah bajumu dulu, agar tidak kedinginan!”“Apa ... anu ... bisakah kamu menyembuhkan rasa dingin ini?”“Bagaimana, dengan apa?”“Saat aku masih kecil aku biasa di peluk oleh Mamaku, maukah kamu memelukku?”“Apa? Memelukmu? Tidak, a

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 9. Menjemput mertua

    Kinanti memutar vidio itu, namun sosok anak itu begitu asing, Kinanti tidak mengenalnya sama sekali, dan sampai detik berikutnya, Bima menggendong anak kecil yang berusia sekitar lima tahun itu, ada kemiripan di antara keduanya, dan Bima terlihat begitu menyayangi anak itu.“Siapa dia? Apakah ada hubungannya dengan pembatalan pernikahan yang di lakukan oleh Mas Bima? Jika iya, apa? “ Kinanti menutup gawainya, kepalanya mulai mendenyut, ia pusing, rasa sakit semakin menyiksanya.“Mungkin memang benar, jika aku memang harus melupakan mas Bima, tapi aku belum sanggup.” Keluhnya.Airmata Kinanti mulai merembes, ia mulai menyesali takdir yang terjadi akibat kelakuan kekasih yang begitu sangat di cintainya. “Non, ada apa dengan non Kinan?” tanya Bik Inah yang sudah datang di dekatnya. saking asyiknya dalam lamunannya, Kinanti sampai tidak menyadari pembantunya itu sudah ada di dekatnya.“Tidak ada Bik, saya Cuma lagi ingat mas Bima!”“Aduh Non ... laki-laki kayak gitu jangan di ing

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18

Bab terbaru

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 45 Makan malam

    Kinanti berjalan dengan tenang menuju ruang tamu, ia melihat Wisnu sudah berdiri menantinya. Laki-laki yang sok cool itu berdiri di dekat pintu keluar, menatap ramainya jalan yang terang oleh cahaya lampu.Mendengar suara langkah kaki Kinanti, Wisnu berpaling dan menatap Kinanti. Sungguh ia begitu terkejut melihat hasil balutan gaun yang ia berikan pada istrinya itu, sungguh mempesona.Dalam hati ia pun bertanya, sebenarnya ada apa sampai hati Bima meninggalkan Kinanti, ia jadi penasaran juga, bukan apa-apa, Cuma ia tidak habis pikir kenapa Kinanti yang begitu sempurna ini mendapat perlakuan yang begitu menyakitkan.“Kamu bodoh Wisnu, ya Alhamdulillah jika Bima meninggalkan Kinanti, itu namanya jodoh kamu, tahu!” sentak hati Wisnu.Ia terlihat tersenyum, ia baru mengucapkan rasa syukur dengan sangat jelas.“Alhamdulillah ....”“Hah, Alhamdulillah? Apanya?”“Eh ... anu ....” jawab Wisnu garuk-garuk kepala. Ia malah cengengesan.“Apa, kamu selesai lebih cepat dari perkiraanku, j

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 44 Satu paket

    “Malam ini aku ingin mengajakmu makan malam di luar, apa kamu bersedia?” kata Wisnu dan kemudian duduk di dekat Kinanti “Makan malam di luar? Di mana?” Wajah Kinanti terlihat berubah, ada sesuatu yang sukar di tebak di dalam sana. Terus terang Kinanti jadi dag-dig-dug ser, duduk begitu dekat dengan Wisnu seperti ini.“Nanti kamu akan tahu.”“Tuhan ... jika suara dia selembut ini ... mana mungkin pertahananku akan tetap kekeh, aku paling tidak bisa menerima perlakuan lembut seperti ini.Kriiiing, Kinanti terkejut, ia tersadar dari lamunannya, ia menoleh ketika Wisnu mengangkat ponselnya.“Ya, ada apa?”Terlihatlah Wisnu bangkit dari duduknya, ia berdiri tidak jauh dari kinanti sementara sebelah tangannya ia masukkan ke dalam saku celana sebelah kanan, Kinanti menatap Wisnu dari ujung kepala sampai ujung kaki, semua terekspos secara sempurna. Ia mengakui jika suaminya memang begitu tampan dan penuh pesona. Tapi karena sikapnya yang dingin dan cuek, membuat hati membeku.Sayup te

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 43 Cemburu

    Entah mengapa, hari ini terasa sangat membosankan. Kinanti mendengus serta menampar jok mobil yang di dudukinya. Kekesalan terpancar di mimik mukanya.Entah mengapa, hatinya terusik untuk sekedar tahu siapa sebenarnya perempuan yang kini sedang bersama Wisnu, hatinya masih menduga dan bertanya-tanya dan ia ingin memastikan.Keduanya terlihat begitu santai dan akrab, mereka tertawa bareng dengan begitu lepas, dari dalam hati Kinanti terbersit rasa iri, karena saat bersamanya, Wisnu jarang menunjukkan muka manis, mungkin hanya sekali ketika malam ia terjatuh, dan setelah itu tidak pernah.Tapi kali ini, tawa itu begitu berderai, tanpa beban sedikitpun, oleh karena itu Kinanti semakin bertambah penasaran, kakinya kembali turun, membimbingnya untuk keluar dari dalam mobil, dan ... tentu saja mengikuti Wisnu yang kini masuk ke dalam Mall.Kinanti terus berjalan di antara pengunjung yang lain, ia berada tidak begitu jauh dari Wisnu dan perempuan yang masih bersamanya ini.Keduanya berh

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 42 Wisnu bersama seorang wanita

    Setelah selesai sarapan, Wisnu berangkat ke kantor, sedangkan Kinanti bergegas kembali masuk ke dalam kamar. Ia termangu menatap ponsel yang masih utuh dalam kotak, ponsel baru yang sengaja di berikan oleh Wisnu padanya, ia tersenyum mengenang sikap Wisnu yang begitu salah tingkah ketika menyadari ponsel dalam tasnya jatuh begitu saja di atas lantai.Wajah kikuk dan grogi tergambar jelas, dan semuanya membuat Kinanti tidak habis pikir.“Apa sih susahnya tinggal mengatakan bahwa ia telah membelikan ponsel untuk dirinya, ini malah pura-pura mau berangkat ke kantor, dasar kamu memang pria aneh Wisnu!” gerutu Kinanti seorang diri.Tapi serupa dengan Wisnu, ia pun enggan untuk menyentuh ponsel itu. Rasa gengsi dan marah yang sengaja di buat-buat ia begitu berat hati untuk langsung begitu saja menerimanya, meski yang memberikan ponsel itu adalah suaminya sendiri. Namun baginya Wisnu tetaplah orang asing dan belum sepantasnya jika dirinya begini cepat dekat dan akrab.“Ah Bima, sebenar

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 41 Aneh kamu Mas ...

    Wisnu telah bersiap pergi ke kantor, seperti biasanya ia selalu memeriksa isi tas kantornya. Ia tertegun melihat kotak ponsel yang di belinya kemarin, ia belum memberikan ponsel itu pada Kinanti.Mukanya menoleh saat derit pintu kamar berbunyi, pertanda ada yang masuk.Tapi entah mengapa, bibir Wisnu seakan terkunci rapat untuk sekedar memanggil dan menyerahkan ponsel itu.Kinanti masih diam, ia masih bermuka datar, tak ada bias keramahan di wajah ayu miliknya, membuat Wisnu semakin membeku di tempatnya.“Mari kita sarapan di bawah, Papa dan Mama sudah menunggu.” Kata Kinanti masih berdiri di muka pintu, menanti Wisnu keluar dari kamar.“Aku tidak sarapan hari ini, aku pergi lebih awal ke kantor, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan lebih cepat pagi ini.” Wisnu mencoba memberikan alasan.“Sarapan hanya memerlukan waktu sebentar, lagi pula hari masih terlalu pagi untuk berangkat, apakah itu bukan sekedar alasan kamu agar cepat-cepat pergi?”“Kamu selalu berburuk sangka padaku

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 40 Kenangan yang hilang!

    “Mas, mau ambil ponsel yang kemarin saya bawa kemari ya?” Kata Kinanti pada tukang servis ponsel yang ia datangi kemarin.“Dengan mbak Kinanti ya?”“Iya mas, apakah sudah jadi?”“Waduh Mbak, maaf ponselnya sudah tidak bisa di perbaiki!”“Yang bener saja Mas, masak sih?”“Iya, maaf ya Mbak?”“Apa tidak bisa di usahakan lagi ya Mas?”“Kemarin sudah saya coba Mbak, tapi tetap tidak bisa!”“Ya sudah kalau begitu, saya permisi dulu.”Kinanti meninggalkan tempat itu dengan perasaan kecewa, bagaimana tidak, ia benar-benar kehilangan kenangan yang ia lalui bersama dengan Bima, tak ada lagi yang bisa ia harapkan, tapi tak ada yang bisa di lakukan olehnya kali ini.akhirnya ia kembali masuk ke dalam taksi online yang iya pesan. Dengan lesu ia duduk di jok belakang taksi tersebut dan menatap keluar setelah berbicara pada sang sopir jika ia siap meninggalkan tempat itu.Dalam perjalanan, ia menatap keluar tanpa semangat, tiba-tiba netranya menatap seorang pemuda yang sedang berjalan s

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 39. Resah

    Wisnu meletakkan ponsel baru yang baru saja di belinya, ia bermaksud memberikan ponsel itu untuk Kinanti, setelah beberapa hari yang lalu ia berhasil membujuk tukang servis HP agar tidak memperbaiki ponsel milik Kinanti.Lama ia terdiam, sesekali ia mendesah, ia begitu bingung harus bersikap seperti apa, harus bagaimana cara memberikan ponsel itu. Wisnu memasukkan ponsel baru itu ke dalam tas kerjanya, kemudian melangkah keluar meninggalkan kantor dengan santai.Wisnu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, jujur ia begitu salah tingkah di hadapan istri mudanya itu.Dengan tekat yang kuat, akhirnya Wisnu memberanikan diri, ia mengetuk kamar yang masih tertutup rapat, mungkin Kinanti sedang istirahat.Lama tak ada sahutan, Wisnu masuk ke dalam kamar, ia melihat sekeliling kamar, namun ia tak menemukan keberadaan Kinanti di sana. Hanyalah suara gemercik dari arah kamar mandi, mungkin Kinanti sedang membersihkan diri.Wisnu tahu jika Kinanti masih marah padanya karena ponsel yang terj

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 38 Ponsel Kinanti rusak

    Kinanti sibuk dengan gawai di tangannya, bahkan ia tidak menyadari jika kini Wisnu datang menghampirinya. Ia duduk di sebuah sofa panjang di ruang tamu.Wisnu menyusul Kinanti, setelah pertengkarannya dengan Miranda, ia tidak ingin memperpanjang masalah dengan Kinanti, makanya ia memutuskan untuk tinggal sementara waktu di kediaman keluarga Darmawan.Wajah teduh yang dingin itu seakan tak mengusik Kinanti, terbukti Kinanti yang masih memainkan gawai di tangannya, membuka galeri yang masih memamerkan kemesraannya dengan Bima.Wisnu mendekatkan dirinya kepada Kinanti, kepalanya agak melongok kedepan, sehingga Wisnu dengan bebas bisa melihat foto Kinanti yang di peluk dari belakang oleh Bima dengan begitu mesra. Dan Kinanti seakan tak mau berhenti menatapnya.Wisnu merasa darahnya berdesir.“Ah, mana mungkin aku cemburu, dia bukan siapa-siapa lagi bagi Kinanti, dia hanya masalalu.” Bisik hati Wisnu.Semakin lama wisnu melihat betapa lama Kinanti masih tetap pada posisi sebelum

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 37 Pulang

    “ Ayo Pa, kita berangkat, Kita yang jemput Kinanti sekarang!” Kata Sukma sangat bersemangat di dalam percakapannya dengan Pak Hermawan lewat ponsel. “Iya, tapi Papa masih meeting Ma .... tunggu sebentar lagi nanti Mama Papa jemput!” “Pokoknya Mama tak mau tahu, setengah jam lagi kita berangkat, atau Mama akan pergi sendiri!” “Kan tadi sudah Papa bilang, Mama saja yang jemput, sama sopir, Mama ngotot kita pergi!” “Ya sudah kalau Papa keberatan, aku pergi sendiri saja!” “Ya, oke Ma, tunggu ya ....” jawab Pak Hermawan akhirnya, ia tak bisa mendengar istrinya merajuk, karena tak selalu istrinya itu minta di turuti kemauannya, tapi jika sudah ingin maka harus mendapatkan apa yang di inginkannya. Selang beberapa menit, Pak Hermawan sudah datang menjemput Bu Sukma, sebab Bu Sukma sudah menunggu di tempat yang tidak jauh dari kantor mereka. “Masih ngambek?” canda Pak Hermawan sambil mencolek pipi istrinya mesra. “Pa ... Mama mau melihat wajah pucat Kinanti bersama Papa,

DMCA.com Protection Status