Share

Pt. 02 - Making Scandal

Catherine membuka matanya secara perlahan-lahan. Dia mengerjap, merasakan kalau kepalanya sakit dan kelopak matanya sangat berat.

Dia melihat chandelier menggantung di atas kepalanya. Aroma wangi-wangian segera memenuhi indera penciumannya yang mulai berfungsi kembali.

Dia merasa asing.

"Apa aku sudah di surga?" gumam Catherine dalam hati. Ada begitu banyak pertanyaan dalam dirinya sekarang. Karena ruangan yang dia lihat di depan matanya sangat jauh dari ruangan yang selama ini dia selalu lihat.

Jelas-jelas ini bukan kamarnya. Ini juga bukan kamar rumah sakit seperti yang sempat dia pikirkan saat pertama kali dia bisa membuka mata. Jadi satu-satunya kemungkinan yang saat ini hinggap di otaknya adalah kalau dia ada di surga.

Karena kamar dengan penuh lampu dan hiasan cantik ini tak mungkin milik sebuah rumah sakit atau bangunan komersial apa pun. Mungkin dia mati karena fobianya terakhir kali.

Sangat menyedihkan.

Berusaha bangun, Catherine terduduk dengan susah payah. Entah kenapa, tubuhnya pegal dan tulangnya terasa remuk seolah dia baru saja jatuh dari ketinggian.

Tapi begitu kakinya keluar dari selimut, Catherine melihat perban yang membalut salah satu kaki mulusnya.

Apa dia benar-benar patah tulang? Apa jatuh dari kursi bisa membuat keadaannya separah ini? Atau ini mimpi?

Catherine bingung.

Di tengah ketidakpahamannya, Catherine mencoba berdiri. Tapi seperti dugaannya, kakinya nyaris seperti jeli yang tidak punya kekuatan untuk berdiri. Alhasil dia terjatuh ke lantai dengan karpet bercorak mewah itu.

Sakit. Berarti ini bukan mimpi.

"MADAM GISELLE! NYONYA SUDAH BANGUN!"

Catherine menoleh. Dia mendapati seorang pelayan wanita mendekat dan berteriak heboh. Setelah itu, sekumpulan pelayan mulai datang dan langsung membantunya untuk kembali naik ke ranjang dan bahkan memaksanya untuk berbaring.

"Nyonya, Anda membuat saya khawatir. Harusnya Anda bilang kalau Anda sudah bangun Nyonya. Kami semua mengkhawatirkan Anda." Seorang wanita dengan pakaian pelayannya terlihat terharu.

Wanita dengan pakaian hitam putih itu menatap Catherine dengan tatapan seolah dia baru saja menemukan keajaiban. Catherine yang bingung dengan situasinya sekarang akhirnya mulai membuka mulut.

"Kalian ... kalian ... siapa?" tanya Catherine yang kaget karena suaranya terdengar serak seolah dia baru saja bangun setelah sekian lama.

Semua orang yang ada di sana tidak ada yang tidak terkejut. Mereka semua saling menatap. Bahkan wanita paruh baya yang baru saja datang itu terlihat sangat terkejut.

"Nyonya, apa Anda sedang bercanda dengan kami semua sekarang?" tanya wanita dengan pakaian serba hitam itu syok.

Catherine menggeleng. Tatapan meruncing, dia kini mencurigai semua orang. "Apa aku mengenal kalian? Di mana ini? Rumah sakit? Apa orang tuaku ada di sini?" tanya Catherine menuntut.

Madam Giselle termundur. Wanita paruh baya itu tak bisa menahan rasa keterkejutannya lagi. "Saya Madam Giselle Nyonya. Kepala pelayan di sini, apa Anda lupa?" tanya wanita itu sekali lagi. Wanita dengan rambut hitamnya yang di ikat dengan rapi itu menatap Catherine serius.

Madam Giselle?

Catherine merasa dia pernah mendengar nama itu di suatu tempat. Tapi dia merasa tidak yakin. Karena satu-satunya Madam Giselle yang dia kenal adalah salah satu tokoh wanita paruh baya di novelnya.

Dia adalah kepala pelayan di kediaman Xavier, duke muda kekaisaran Victoria. Wanita yang merupakan pengasuh Xavier sejak kecil tapi dia akhirnya mati demi melindungi Catalina--istri Xavier yang bodoh dan hanya mementingkan rasa cintanya pada Sang putra mahkota.

Catherine pasti sudah gila jika menyamakan wanita di depannya dengan tokoh novelnya sendiri.

Tidak. Tentu saja hal itu tidak mungkin.

Lama Madam Giselle menunggu. Tapi raut wajah kebingungan itu tidak hilang dari raut wajah Catherine. Dia tetap terlihat kebingungan dan linglung.

Madam Giselle akhirnya mengisyaratkan pada pelayan lain untuk segera memanggilkan Dokter. Dia rasa, kondisi Catalina lebih serius dari yang dia kira dan dia tak bisa mengabaikannya.

Selagi pelayan lain memanggilkan Dokter keluarga Duke. Madam Giselle kembali mendekati Catherine dan mengajukan beberapa pertanyaan pada Nonanya itu. "Nyonya, apa Anda ingat nama Anda?" tanya Madam Giselle tak ingin menyerah.

"Tentu saja. Aku Catherine. Siapa lagi?" Madam Giselle tersenyum rapuh. Baru kali ini dia berharap kalau wanita di depannya berbohong. "Nyonya bagaimana dengan suami Anda?"

"Suami? Apa aku punya suami? Jangan gila! Aku belum menikah! Apa bibi ini sudah tidak waras!" Catherine mengelak dan jawabannya itu sudah cukup membuat hati Madam Giselle mencelos begitu saja. Nyonya rumahnya sedang tidak baik-baik saja.

Tidak lama Dokter keluarga Duke datang. Tak diduga, Dokter itu datang bersama dengan Nolan. Asisten pribadi Duke Xavier yang merupakan pemilik dari mansion ini. "Ada apa?" tanya Nolan tanpa basa-basi pada Madam Giselle.

"Sepertinya Duke mendapatkan keinginannya," jawab Madam Giselle penuh makna.

***

Setelah satu jam lamanya diperiksa. Catherine mendapatkan satu kesimpulan. Kalau saat ini dia tidak berada di dunianya. Bahkan tubuhnya yang sekarang bukanlah miliknya, dia masuk ke tubuh orang lain.

Sialnya, ini adalah tubuh yang saat ini dimasukinya adalah tubuh milik salah satu tokoh antagonis di novelnya, Catalina Spencer. Tokoh penuh masalah dengan akhir hidup yang tragis.

Sialan. Benar-benar sialan.

"Jadi bagaimana keadaan Nyonya?" tanya Madam Giselle memburu Dokter wajuta bernama Veronica yang baru saja keluar dari kamar sang Duchess. Sang Dokter terlihat muram, hal itu justru menambah kekhawatiran pada raut wajah semua orang.

"Mr. Nolan, apa aku bisa menemui Xavier?" tanya Veronica tak bermaksud basa-basi. Situasi Catherine tidak sederhana. Jadi dia harus menemui Xavier untuk menjelaskan kondisinya secara langsung.

"Saya tidak yakin, tapi jika Anda ingin bertemu dengan Duke, saya akan--"

"Katakan saja di mana dia sekarang. Aku akan menemuinya." Potong Veronica tanpa rasa takut. Dia sudah akrab dengan Xavier. Mereka adalah teman sejak kecil. Keduanya bahkan sempat di rumorkan akan menikah.

Karena dari seluruh perempuan Victoria, hanya Veronica De Lancaster yang dekat dengannya. Tidak ada perempuan lain. Siapa pun akan setuju jika nama mereka berdua disandingkan.

Tapi takdir memang ajaib. Pada akhirnya, lelaki yang paling diinginkan seluruh perempuan Victoria itu menikah dengan Catherine. Perempuan yang dikenal sebagai penggoda anggota keluarga kerajaan.

Gagak hitam yang dihindari semua orang.

Tak ada alasan menolak. Nolan akhirnya terpaksa memberitahu keberadaan sang Duke pada teman kecilnya itu. Keduanya langsung bergegas pergi meninggalkan kamar Catherine yang masih dijaga oleh beberapa pelayan dan Madam Giselle yang sedari tadi menunggu.

Di dalam kamar, Catherine yang masih syok terdiam dan menatap pantulan dirinya di cermin yang Veronica bawakan. Dia menatap wajah cantik nan menawan itu. Dengan rambut putih halus yang tergerai dan mata merah ruby yang cantik, membuat Catherine seolah melihat boneka hidup yang luar biasa indah menakjubkan.

Cantik tapi mematikan. Inilah kesan pertama yang dia dapatkan saat melihat wajah barunya. "Apa ini aku?" tanya Catherine pada dirinya sendiri.

Catherine menepuk pipinya dan sakit. Setelah mengobrol dengan Veronica selama kurang lebih satu jam dan ditusuk dengan beberapa jarum akupuntur, dia yakin kalau ini bukan mimpi.

Tapi apa ini? Apa transmigrasi jiwa itu nyata!? Sungguh! Catherine masih tak bisa memahaminya.

"Jangan terbuai Catherine! Wanita ini memang cantik. Tapi apa kau lupa dia iblis yang kau ciptakan!" Catherine berbicara pada dirinya sendiri. Wanita itu lantas menyimpan kaca yang semula berada di tangannya. Dia terdiam dan mulai berpikir.

Catherine? Tidak. Sekarang dia adalah Catalina.

Tapi, Catalina dalam kehidupan ini adalah wanita paling menyebalkan di seluruh antero kekaisaran Victoria. Dia pembuat onar, biang masalah, bahkan pembuat skandal yang membuat pria mana pun enggan mendekatinya.

Walaupun begitu, reputasinya naik begitu menikahi Duke Xavier. Tapi, karena obsesi gilanya, dia juga mati mengenaskan di tangan pemeran pria utama.

Tidak.

Catherine tidak ingin mati.

Tentu saja. Siapa yang ingin mati sia-sia apalagi dengan cara yang mengenaskan seperti itu?

Berpikir dengan keras. Catherine memutuskan untuk pergi. Sebelum terlambat, dia harus lari dari kamar ini. Sungguh demi apa pun dia ingin pulang.

Dia tak sanggup membayangkan hidup sebagai Catalina si pembuat skandal dan diolok-olok sepanjang hidupnya.

Berbekal rasa ketakutan yang berubah menjadi keberanian. Catherine berusaha turun dari tempat tidur. Seperti yang sudah dia duga, kaki kanannya tak bisa berfungsi dengan baik.

Tapi wanita itu tidak peduli. Dia memilih menyeret kakinya daripada harus hidup di neraka penderitaan ini.

"Nyonya! Apa yang Anda lakukan!?"

Catherine menoleh.

Sialan! Dia ketahuan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status