Share

Bab 89

"Sebentar, aku baca ulang pesan semalam dan barusan," kata Mas Pram.

Dia membuka lagi, bahkan membacakan dengan lantang.

"Tunggu, Mas. Di awal dia ngirim kan ada kata-kata sindiran, jangan mentang-mentang kamu cowok, itu artinya dia wanita, Mas, si pengirim itu seorang wanita," imbuhku.

Mas Pram terdiam, "Benar juga sih, lalu siapa yang merasa tersakiti?" tanya Mas Pram balik.

"Hanya pesan kan? Kita nggak perlu tanggapi juga, kecuali terornya sampai mengarah keselamatan," timpalku.

Akhirnya Mas Pram beranjak dari kursi duduknya. Dia mengajakku untuk segera ke meja makan.

Di meja makan sudah ada Safitri dan Mas Dimas. Mereka langsung menyapa kami dan meminta maaf karena sudah menjadi tamu pagi ini.

"Keinginan untuk makan di sini nggak bisa aku tepis, Pram, maaf ya," ucap Safitri.

"Oh nggak apa-apa, kebetulan kita juga belum sarapan," jawab Mas Pram.

Aku lihat Mas Dimas tersenyum murung ketika menatapku yang kini bergandengan tangan dengan Mas Pram.

"Ternyata rumah Pak Pram sangat luas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status