Share

Bab 74

"Pasien sudah tidak bernyawa sejak beberapa menit yang lalu, Pak," terang dokter.

Pak Satria mendorong bahu dokter tersebut dengan kasar.

"Jangan sembarang bicara Anda!" sentak Pak Satria.

Aku berusaha menenangkan Mas Pram yang tiba-tiba duduk di kursi. Pandangannya terlihat kosong, dia menarik rambutnya kasar sambil menggelengkan kepalanya.

"Nggak mungkin, Mama nggak mungkin meninggal!" teriaknya keras.

Aku pun terus mengusap bahu Mas Pram. Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang sangat dekat dengan kita, terlebih ada satu masalah yang merenggut nyawanya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya kondisi hati Mas Pram saat ini.

"Mas, kamu yang sabar, Mama udah tenang," pesanku padanya.

Aku tahu memang teramat mudah menasihati, tapi jika kita berada di posisinya, mungkin beda cerita.

"Nggit, Mama meninggal?" Mas Pram meyakinkan dirinya lagi.

"Mas, ikhlas ya," timpalku.

Tiba-tiba saja dia memeluk erat tubuhku. Sungguh, aku tidak pernah melihat Mas Pram serapuh ini.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status