Share

Bab 41

Akhirnya aku mematikan sambungan teleponnya. Kemudian, aku kantongi lagi handphone milikku.

Berselang kemudian, Pak Pram datang. Dia bicara denganku mengenai ulang tahun anaknya.

"Sebenarnya tadi aku pesan tempat untuk kita merayakan ulang tahun Jingga, tapi nggak tahu kamu suka atau tidak," ucap Pak Pram.

"Aku ikut aja Pak, yang terbaik untuk Jingga," jawabku agak sedikit murung, sebab mood ku hancur karena Mas Dimas.

"Kamu aneh hari ini, sepertinya ada yang kamu simpan, mau cerita nggak?" Pak Pram menebaknya, dan aku langsung menoleh ke arah laki-laki mapan yang sebenarnya tidak pantas denganku yang miskin.

"Nggak apa-apa Pak, hanya masalah harta gono gini aja, biasalah Mas Dimas serakah," jawabku.

"Sudah kuduga seperti itu ujungnya, karena orang seperti Dimas memang tujuannya hanya harta belaka," timpal Pak Pram.

"Ya udah saya Pak. Kasihan Ibu nungguin, mumpung malam ini nggak ada kelas, jadi bisa ketemu ibu sebelum dia tidur," tuturku pamit.

"Kalau kamu capek untuk kuliah berhenti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status