Duduk di kursi yang goyang sambil membaca novel romantika di dan tak lupa secangkir susu khusus ibu hamil dan camilan roti kacang dan Almond terhidang di meja. Menginjak usia kehamilan tiga puluh tujuh minggu membuat Risa sedikit was-was, tetapi dia senang karena dalam pemeriksaan USG anaknya kembar perempuan. Sudah lima tahun Risa menantikan buah hatinya ini.Bibi Sri datang sambil membawa jus mangga. Risa selama hamil memang doyan makan dan ngemil.“Terima kasih, bibi Sri. Maafkan jika aku merepotkan bibi. Bibi tahu selama hamil kembar ini aku banyak sekali doyan makan dan ngemil sampai perutku semakin membesar.” Risa menguyah Almond dan menikmatinya.Bibi Sri hanya bisa tersenyum. ”Namanya juga ibu hamil nyonya. Rasa Ingin makan itu besar apalagi nyonya sedang hamil kembar jadi memang harus banyak makan.”“Benar juga, Bi. Pokoknya aku dan calon kedua bayiku ini sehat. Yang terpenting adalah asupan nutrisinya.”Risa mengelus-elus lembut perutnya. Bibi Sri yang melihat dari kejauhan
Matahahari terbit di ufuk timur. Cuaca Yogyakarta sangat cerah secerah hati Risa saat ini karena melahirkan anak kembar. Risa menyusui kedua bayinya. Dilihat bayinya sangat cantik sekali putih dan bersih. Memang selama hamil Risa tak lupa membaca Alquran surat Maryam. Konon katanya jika membayar surat Maryam anak yang dilahirkan akan putih dan cantik. Risa mengelus pipi kedua bayinya.“Anak mama cantik sekali!”Risa memandang kedua buah hati kembarnya itu.Bibi Sri datang dengan membawa buah-buahan. Melihat majikannya bahagia Sri juga ikut merasakan kebahagiaan yang luar biasa.“Masyallah kedua bayi nyonya sangat cantik sekali!kalau boleh tahu akan diberi nama siapa nya?”Bibi Sri melihat kedua bayi kembar Risa memang sangat cantik dan putih serta memiliki mata bulat yang indah.“Saya akan memberikan kedua bayi kembar saya ini dengan nama Laura dan Launa, BI Sri. Untuk Laura artinya adalah mahkota dan Launa adalah dahan surga. Semoga kedua anakku ini kelak akan saling melengkapi satu sa
Pagi hari dengan sisa setitik air hujan dan terdapat butiran embun membuat suasana menjadi dingin. Pantulan sinar matahari masih mengintip di balik pepohonan hijau. Seorang gadis dengan rambut yang panjang dan curly sedang bercermin. Tanganmya tak henti menyisir rambutnya yang panjang dan tak lupa dia memakai makeup natural. Dia terlihat membenarkan dasi sekolah dan merapikan seragam sekolahnya yang dengan rompi warna coklat. Senyumannya tampak indah memnatulkan wajahnya yang putih. Dia adalah Laura. Tas coklat kulit dari London dia cangklong ke pundaknya. Langsung dia berlari ke bawah menuju meja makan.“Good morning papa.” Laura mencium pipi papa Farhan.“Good morning mama.”Laura mencium pipi mama Risa. Duduk dan melihat di meja makan ada nasi goreng mozarella kesukaanya. Segera Laura mengambil piring dan mengambil nasi goreng mozarella dan menikmatinya dengan lahap. Risa dan Farhan hanya bisa tersenyum melihat tingkah Laura.“Lahap banget makannya sayang.”Farhan melihat Laura menik
“NADINE!!!!!!!!!!!!”Terdengar teriakan yang memekakkan telinga. Nadine langsung menutup telinganya. Dia tahu pemilik suara tersebut adalah ibunya. Dia hanya terdiam. Sambil menata bukunya di dalam tas. Baju seragam abu-abunya melekat dalam tubuhnya. Tak lupa rambut panjangnya yang lurus dia kepang menjadi dua. Sebenarnya dia malas pergi ke sekolah bukan karena pelajaran tapi teman-temannya yang sering membuly dirinya belum lagi para hantu yang bergentayangan sepanjang jalan. Nadine memang mempunyai Indra keenam tetapi kelebihannya ini membuatnya tidak nyaman.Nadine menyisir rambutnya dan bercermin di kaca. Rambutnya yang panjang yang dia kepang dua memang terlihat cantik. Sebenarnya Nadine ingin memotong rambutnya agar lebih pendek tetapi ibunya tidak memperbolehkannya. Karena biar tambah cantik jika rambut panjang. Dibelakang“NADINE!”Teriakan ibunya tambah keras. Nadine cuek saja yang terpenting dia memasukkan buku pelajaran ke dalam tas ranselnya.BRAK!Pintu langsung dibuka paksa
Suasana kamar aneh ini membuat Nadine merasa penasaran. Ruangan tampak depan sangat angker tetapi di dalam kamar ruangan sangat bersih seperti ada yang menghuni. Kamar yang didominasi dengan laki-laki. Nadine mulai curiga. Hawa dingin merasuk tubuh serta buku kuduk merinding. Nadine memegang tengkuknya. Jantungnya berdegup kencang. Tidak biasanya dia di ruangan angker sampai berdetup kencang seperti ini. Semilir angin menghembuskan dengan kencangnya padahal kamar tertutup rapat. Tiba-tiba datang angin kencang sekali semua barang di kamar berantakan. Nadine hanya bisa memegang besi ranjang. Angin kencang berlangsung selama lima belas menit dan langsung berhenti seketika. Anehnya barang-barang yang tadinya berantakan kembali tertata rapi. Ada apa diruangan kamar ini?Nadine ingin keluar dari kamar tersebut tetapi pintu dikunci rapat. Tamatlah Nadine, dia terjebak dengan hantu usil yang ada di kamar sialan ini.“Hai hantu kampret jangan sembunyi. Kalau mau menampakkan diri segera tampakl
Tatapan matanya kosong. Tangannya dengan lihai mencurly rambutnya dengan catokan. Masih terbayang apa yang dialaminya. Setelah mencatok rambut Laura merapikan rambutnya dan sesekali melihat wajahnya masih terlihat cantik atau bukan. Saudara kembar? Itulah yang menjadi misteri sekarang, dia tidak ingin orang tuanya terus memikirkan Launa yang hilang. Baginya putri semata wayangnya adalah dirinya. Jika Launa ditemukan otomatis kasih sayang dari orang tuanya akan berkurang. Itu yang membuat Laura membenci saudara kembarnya. Laura membanting catokan yang dia letakkan di meja rias.“Aku benci, Launa dia tidak boleh ditemukan. Aku benci saudara kembarku. Mungkin dia sama wajahnya denganku tapi Laura tidak bisa disaingi oleh siapapun termasuk saudara kembarku, Launa. Aku benci dengan dia.” Laura bangkit dan mengambil sesuatu dari lemarinya lalu mengobrak-abrik isi lemari, tetapi belum ada yang dia temukan sama sekali.“Dimana aku meletakkannya iya?perasaan aku taruh disini. Hem ... di mana
Tubuh Nadine masih sakit semua akibat dipukul sapu oleh ibunya. Kemarin setelah pulang dari sekolah ibunya sangat marah dan langsung memukulnya. Ayah hanya bisa melerai tapi tidak seberapa. Ayah Dendi memang tidak begitu berani dengan istrinya. Beruntung hari ini libur sekolah jadi bisa leluasa istirahat dan beruntung kembali ibunya sedang pergi ke Solo menghadiri pesta pernikahan adik kandungnya.Air mata tak hentinya jatuh membasahi pipi. Nadine masih memikirkan perkataan kepala sekolah jika masih terlambat lagi beasiswanya akan dicabut. Otomatis Nadine tidak akan bisa melanjutkan sekolah. Padahal dia ingin sekali bisa kuliah tapi mau bagaimana lagi orang tuanya tidak akan sanggup untuk membayar uang kuliah.Dibukanya jendela kamar. Suasana pagi hari dengan hawa dingin yang sangat menusuk batin. Sekujur raga terbelenggu dalam dinginnya pagi. Pagi hari berhias kabut yang sangat tebal. Kabut yang sangat tebal mendekap seluruh jiwa. Berselimut mantel sangat tebal yang menghangatkan sek
Raymond duduk di tongkrongan gang sambil memainkan gitar kesayangannya. Alunan nada dimainkan dengan penuh hayat. Raymond masih memikirkan gadis SMA yang dia tolong kemarin. Wajahnya masih terngiang-ngiang di kepalanya. Cap playboy sudah dari dulu ada di Raymond. Memang dia pernah disakiti salah satu seorang cewek yang benar-benar dia cintai tetapi semuanya kandas karena dia selingkuh. Meskipun masih tergolong anak SMA Raymond memang tipe yang setia. Tapi kesetiaan itu kandas karena disakiti. Maka Playboy menjadi solusinya.“Akhir-akhir ini kamu bahagia sekali! Kenapa?” Tanya temannya yang asyik main game online.“Iya dong, karena aku lagi jatuh cinta, Son.”“Cieh,, masa’ seorang Raymond yang dicap playboy jatuh cinta. Aku tidak percaya. Dulu aku kenalkan sama Santi kamu juga mempermainkannya. Ah, Ray ... Ray aku tidak percaya kamu jatuh cinta beneran sama gadis itu.”Raymond menghentikan memetik gitarnya dan minum segelas kopi Capucinno yang ada di meja dan tak lupa sebatang rokok di