Pagi hari dengan sisa setitik air hujan dan terdapat butiran embun membuat suasana menjadi dingin. Pantulan sinar matahari masih mengintip di balik pepohonan hijau. Seorang gadis dengan rambut yang panjang dan curly sedang bercermin. Tanganmya tak henti menyisir rambutnya yang panjang dan tak lupa dia memakai makeup natural. Dia terlihat membenarkan dasi sekolah dan merapikan seragam sekolahnya yang dengan rompi warna coklat. Senyumannya tampak indah memnatulkan wajahnya yang putih. Dia adalah Laura. Tas coklat kulit dari London dia cangklong ke pundaknya. Langsung dia berlari ke bawah menuju meja makan.
“Good morning papa.” Laura mencium pipi papa Farhan.“Good morning mama.”Laura mencium pipi mama Risa. Duduk dan melihat di meja makan ada nasi goreng mozarella kesukaanya. Segera Laura mengambil piring dan mengambil nasi goreng mozarella dan menikmatinya dengan lahap. Risa dan Farhan hanya bisa tersenyum melihat tingkah Laura.“Lahap banget makannya sayang.”Farhan melihat Laura menikmati makanannya dengan lahap.“Ini Khan makanan kesukaan Laura pa. Ehm...pa boleh tanya sesuatu Laura.”“Apa sayang?”Laura terdiam dan melihat papa dan mamanya sebantar. Lalu dia menghela nafas panjang. Dan menikmati satu suapan nasi goreng mozarella yang terakhir.“Pa, ma mau tanya. Laura, kan sudah kelas tiga SMA nih dan mau kelulusan. Boleh tidak Laura kuliah di London. Jujur Laura sangat pengin sekali kesana. Boleh yah?” Laura tersenyum sambil mengedipkan kedua matanya.“Tidak boleh.”Kata mama Risa dengan tegas.“Kenapa ma?”Laura sedikit kecewa dengan jawaban mamanya.“Sampai kapanpun kamu tidak boleh sekolah dan kuliah jauh-jauh dari mama sama papa. Okey.”Mama Risa mengaduk-aduk makannya sepertinya dia tidak berselera lagi. Bahkan dia tidak memandang Laura sedikitpun.“Kenapa, ma?L aura sudah besar. Laura ingin mencari impian aku sendiri. Kemarin waktu daftar SMA kelas satu mama tidak mengijinkan dengan alasan masih terlalu dini untuk jauh dari orang tua. Takut terjadi apa-apa diluar. Sekarang saat aku sudah menginjak masuk kuliah mama tidak setuju lagi. Ma, Laura sudah besar tidak terlalu dini lagi untuk sedikit jauh dari kalian. Laura ingin mencari impian Laura di London.”Laura membela dirinya.Risa langsung menatap Laura dengan tajam.”Memang di Indonesia tidak ada impian kamu. Disini banyak sekali universitas terbaik. Di UGM bisa jadi alternatif kamu kuliah dan tidak perlu kamu jauh-jauh ke London. Pokonya kamu harus kuliah di Jogja saja tidak yang lain.”Tegas mama Risa sambil pergi meninggalkan Laura dan Farhan di meja makan. Laura kecewa dengan keputusan mamanya. Dadanya serasa sesak.“Laura.”Panggil papa Farhan lirih.“Sebenarnya mama sayang sama Laura atau nggak sih pa?kenapa setiap Laura ingin pergi kesuatu tempat yang jauh tidak boleh. Ini impian Laura ke London pa.”“Kamu harus tahu mama melakukan itu karena sedikit trauma dengan kehilangan saudara kembarmu Launa. Mamamu tidak ingin terjadi apa-apa denganmu. Sebanarnya apa yang dilakukan mamamu wajar. Papa sih oke – oke saja jika kamu kuliah di London. Itu semua tergantung mamamu saja.”“Saudara kembar lagi dan lagi. Capek Laura mendengar semua itu. Launa terus yang ada di fikiran mama sehingga berpengaruh kepadaku. Launa tidak akan mungkin bisa balik lagi pa. Ini sudah tujuh belas tahun.”Laura sedikit emosi mendengar kata Launa saudara kembarnya itu. Laura membenci saudara kembarnya karena gara-gara dia semua yang diimpikan Laura gagal.“Hush.. jangan bicara seperti itu sama Launa. Apa kamu tidak kasihan melihat kondisinya sekarang bagaimana?kasihan sayang Launa terpisah dari kita.”“Aku tidak peduli. Yang jelas aku membenci Launa. Aku harap dia tidak akan kembali kerumah ini.”Laura langsung menyahut tasnya dan langsung pergi meninggalkan papanya yang hanya bengong melihat tingkah laku Laura. Sampai segitunya Laura membenci saudara kembarnya Launa.“PAK DEDEN AYO BERANGKAT!!!”Laura masuk dan membanting pintu mobil. Dia menangis di dalam mobil.”Kenala harus Launa. Kenapa semua berawal dari dirinya. Aku benci Launa. Semuanya Launa.”Laura menangis.“Loh kok nangis to non.”Pak Deden masuk mobil kaget melihat Laura menangis.“Pak Deden diam saja dan cepat kita berangkat.”Laura menghapus air matanya.Mobil segera melaju menuju sekolahan.Laura sampai di sekolahnya. Perjalanan tadi lumayan macet. Laura turun dari mobil. Semilir angin membelai wajahnya dan rambutnya yang Curly mengibaskan dengan santainya.“Pak Deden nanti jemput seperti biasa.”“Baik non Laura.”Laura segera melangkah memasuki gerbang. Sudah tiga tahun dia mengeyam pendidikan disini. Dia termasuk anak yang berprestasi. Beberapa lomba olympiade sudah dia lalui dan mendapat juara satu.“Laura cantik.”Goda anak ilmu pengetahuan sosial. Dan terdengar siulan.“Dasar mata lelaki buaya darat.”Laura tidak menghiraukan mereka. Tak dipungkiri dengan kecantikannya banyak cowok menyukainya terapi Laura tidak menghiraukan semua itu. Ada satu lelaki yang mencuri perhatiannya. Yaitu lelaki pemain basket yang bernama Edzard.“LAURA SAYANG!!!”Panggil Sherin dengan keras lalu memeluk Laura. “Duh, pagi pagi seperti ini kenapa mukanya kusut begitu. Cantiknya hilang loh!”“Iya nih Laura,What happen?kenapa dengan dirimu. Setahuku seorang Laura yang cantik ini tidak pernah galau sedikitpun. Selalu ceria dan selalu eksis di sekolahan ini.”Sambung Sherin“Aku malas menceritakan sekarang. Nanti saja aku ceritakan apa yang aku alami.”Bruk..Laura ditabrak seseorang, dia langsung melihat siapa yang menabraknya. Seorang perempuan berambut panjang dengan kaca mata tebalnya dan terlihat buku yang dia bawa berserakan di bawah.“Hai kutu buku punya mata nggak sih?kalau punya mata tuh buat lihat jangan cuma lihat buku saja. Cupu banget sih kamu jadi cewek!”Laura mendorong tubuh cewek itu hingga jatuh.“Maafkan aku Laura.”Jawabnya sedikit takut.“Siapa sih nama kamu heh?”Laura memandang cewek berkaca mata tebal dengan tatapan sangat tajam.“Namanya Lola gais.”Sherin menyerobot obrolan.“Oh Lola namanya. Hem, kenapa orang tuamu memberikan nama seperti itu sih Lola?aku kasihan banget dengan namamu itu. Aku nggak habis fikir.”Laura masih menatap tajam. Lola segera membereskan bukunya yang berserakan dan langsung berdiri sambil membenarkan kaca matanya yang tebal miring.“Kenapa kamu kasihan dengan namaku Laura?nama yang diberikan orang tuanku adalah anugrah bagiku.”“Benar itu sebuah anugrah?”Laura memcingkan kedua matanya. Lola tambah bingung dengan perkataan Laura.“Hei Bestie Laura aku jadi bingung juga dengan perkataanmu.”Rara memegang pundak Laura.“Gais kalian tahu nggak sih apa kepanjangan Lola?”Rara dan Sherin hanya menggelengkan kepalanya.“Lola itu bagiku adalah singkatan.”“Bestie jangan buat kita bingung dong!”Rara semakin bingung dan penasaran.“Lola itu singkatan dari loading lama. Makanya dia seperti itu. Kasihan banget sih kamu Lola dikasih nama orang tuamu itu. Kasih nama yang bagus dikit kenapa.”Rara dan Sherin tak hentinya tertawa. Lola sedikit merasa sakit hati dengan apa yang dikatakan Laura.“Laura kenapa kamu bicara seperti itu. Aku adalah orang yang mengagumimu karena kepinteran dan kecantikannya tetapi kamu malah berbicara seolah menghina diriku. Kamu sangat sombong sekali Laura.”Lola dengan raut wajah sedihnya. Dia tidak menyangka jika Laura akan bicara seperti itu.“Memang kenyataannya seperti itu. Dasar Kuti buku. Sepertinya kamu tidak punya teman. Pantas orang sepertimu tidak ada yang mau.”Laura melempar buku Lola.”Dengar semaunya. Kalian harus tahu dan ingat baik – baik wajah ini. Dia adalah kutu buku yang perlu kalian hindari. Dia sangat menyeramkan.”Laura menunjuk ke arah Lola dan langsung pergi sambil meyodok bahu Lola dengan keras. Semua orang yang menyaksikan hanya bisa berseru.HUHHHHH DASAR KUTU BUKU!!!!Lola langsung mengambil lagi buku yang dilempar dengan Laura. Tega sekali dia seperti itu. Lola dari dulu ingin sekali berteman dengan Laura tetapi apa daya dia sangat membenci dirinya. Rasa kagumnya sekarang hilang karena Laura sangat sombong sekali. Banyak teman – teman menyorakinya. Dia hanya bisa tertunduk. Lola memang tidak pernah mempunyai teman.***Weni duduk di taman di depan kolam renang. Kata – kata dari Laura masih membekas di fikirannya. Dia memang tidak ingin Laura jauh – jauh dari dirinya. Risa trauma atas kejadian tujuh belas tahun kemarin. Pandangannya masih kosong. Sebuah tangan kekar menyentuh bahunya.“Apa lagi yang kau fikirkan Ma? Sudahlah ikuti saja kemauan Laura untuk kuliah di London.”“Tidak semudah itu Pa. Aku tidak sanggup harus jauh lagi dengan anakku. Kalaupun Launa sudah ketemu aku janji akan mengikuti kemauan Laura untuk kuliah di London.”Farhan hanya bisa menghela nafas panjang.“Itu Mustahil jika Launa kembali lagi bersama kita. Sudah beberapa cara kita lakukan tapi tidak ada kabar sama sekali. Bahkan polisi juga angkat tangan akan pencarian Launa. Ma, berhenti untuk berobsesi agar Launa kembali. Itu akan membebankan Laura ma. Laura sepertinya kesal dengan Launa karena dia semua harapannya hilang.”Risa langsung berpaling dan memandang Farhan dengan tajam. Dadanya sesak Farhan bicara seperti itu.“Apa kata papa?Laura berkata demikian. Pa, Asal papa tahu kita tidak tahu bagaimana keadaan Launa. Dia baik – baik saja dengan orang yang menculiknya atau tidak. Dia diperlalukan semena – mena atau tidak. Nasibnya kita tidak tahu. Seharusnya Laura tidak boleh berkata seperti itu. Hah, papa dan anak sama saja.”Risa kesal dan pergi meninggalkan Farhan.“Ma, dengarkan papa dulu!”Farhan mengikuti Risa tapi Risa hanya cuek tanpa memperdulikan suaminya. Dia pergi ke dapur dan membuka kulkas. Dia menunangkan juice mangga kedalam gelas dan langsung meminumnya.“Sudahlah Pa. Mama tidak bisa berkata lagi. Mama kecewa dengan kamu dan Laura. Berangkatlah kerja.”Farhan hanya menatap Risa dengan kecemasan.Ting....Ting ..Ting...Suara bel istirahat dimulai. Guru Fisika mengakhiri pelajarannya. Sebagian siswa berhamburan keluar dan di dalam kelas. Tidak terkecuali dengan Laura, Sherin dan Rara. Laura sedang malas untuk keluar kelas.“Laura sayang kenapa sih dengan kamu?tumben sekali kamu lagi Badd mood seperti ini. What happen Bestie?”Rara melihat Laura sedang menyenderkan kepala.di meja.“Aku benci saudara kembarku.”Kata Laura dengan wajah malas.“Loh kenapa kamu bisa benci sama saudara kembarmu Laura. Kamu saja tidak tahu keberadaan dia. Justru kamu malah kasihan sama dia Bestie. Sekarang aja dia tidak tahu bagaimana keadaannya. Burukkah?baiklah?”Sherin langsung tidak suka Laura berbicara seperti itu.“Sherin, kamu tidak tahu bagaimana aku harus menanggung semuanya. Gara – gara saudara kembarku yang belum ketemu itu aku harus melupakan semua impianku.”“Apa hubungannya dengan impianmu Laura?”Sherin bingung.Laura langsung bangkit dari sandaran kepalanya. Sesekali dia mengibaskan rambut panjangnya yang curly. Dan menghela nafas panjang. Temannya ini tidak tahu betapa sakitnya dirinya harus mengalami semua ini.“Sherinku sayang. Kamu tahu nggak. Mamaku sangat protektif sekali denganku. Aku keluar jauh saja tidak bisa. Dulu aku mau sekolah di Jakarta tidak boleh alasannya aku masih terlalu dini untuk jauh dengan orang tua padahal di Jakarta ada tanteku. Oke fiks aku terima keputusan mamaku dan kalian tahu??ah sudahlah aku malas sekali membahas ini.”Laura terlihat lemas ingin melanjutkan perkataannya.“Ayolah Laura?aku juga penasaran atas semua ceritamu!”Rara nimbrung pembicaraan.“Malas ah!”Timpal Laura.Tiba – tiba ada suara gurauan para cowo dari balik lorong. Laura langsung berdiri dan melihat dibalik jendela. Seketika dia langsung sumringah di balik beberapa para cowok yang lewat di koridor sekolah sambil membawa bola basket. Senyumannya yang menawan, parasnya yang tampan dan tak lupa lesung pipit ada dibalik pipinya sebelah kanan. Seketika dia hilang dibalik koridor.“Cie Laura!!!”Goda Rara.“Apaan sih Bestie!”Laura yang tadi cemberut langsung tersipu malu.“Aku tahu jika kamu menyukai Edzard Laura.”“Kamu betul Bestie, aku sangat menyukai dia. Dia bagaikan candu dalam hatiku tetapi aku takut untuk menyatakan cinta kepadanya secara Laura loh! Nggak bisa harus memohon cinta kepada Edzard. Tidak ada ceritanya Laura seperti itu.”Laura menyombongkan dirinya.“Jangan sepeti itu juga kali Laura. Nanti kalau dia punya gebetan lagi kamu sendiri yang repot.”Sherin meluruskan.“Ah, tidak mungkin Sher, seorang Laura tidak ada yang bisa menolak. Kamu jangan bicara seperti itu dong!aku jadi menciut hatiku.”“Bukan seperti itu Bestie. Cuma aku ingin kamu tidak terlalu obesesi dengan Edzard takut tidak sesuai ekpetasi kamu.”Laura langsung menggebrak meja dengan keras. Semua orang yang ada didalam kelas langsung kaget melihat tingkah Laura.“Teman aku atau bukan sih! Seharusnya kamu menyemangatiku bukan membuat nyaliku menciut seperti ini. Aku benci orang yang tidak pro denganku.”Laura menatap tajam Sherin dengan sinis lalu pergi sambil menyenngol lengan Sherin dengan keras. Rara langsung menghampiri Sherin.“Udah tahu teman kita ini sedikit marah kamu goda pula. Biarin saja sesuka hatinya.”Kata Rara pesimis.“Bukanya bagaimana iya Rara cuma kau ingin dia itu tidak terlalu obesesi dengan Edzard. Kalau memang cinta langsung ungkapin saja tidak perlu basa – basi sepeti itu. Nanti ujung – ujungnya sakit hati jika tidak diterima. Khan sakit juga.”Sherin menggelengkan kepalanya. Rara menepuk jidatnya. Pasti mereka akan saling tidak menyapa. Rara ,Laura dan Sherin sudah sahabat lama sejak kelas satu SMA dia tidak ingin persahabatannya rusak karena masalah cowok. Rara langsung mencari Laura untuk meluruskan semuanya.Laura duduk di taman yang menghadap ke lapangan basket. Dia melihat Edzard bermain basket dengan lihainya. Apa yang dikatakan Sherin memang benar dia harus menyatakan cintanya kepada Edzard. Tetapi dia masih gengsi untuk menyatakan cinta hal yang paling dia bisa lakukan adalah mencari perhatian dengannya agar Edzard bisa jatuh hati kepadanya.“Hai Laura akhirnya kamu disini juga. Sudah dong ngambeknya. Apa yang dikatakan Sherin memang benar juga. Dia itu dewasa loh besti fikirannya. Tidak ada sedikitpun untuk membuatmu sedih. Justru dia begitu juga ada alasannya.”“Entahlah Rara, hari ini aku tidak bisa berfikir panjang. Banyak sekali masalah dalam hidupku terutama saudara kembarku.”Laura masih melihat Edzard bermain basket.“Iya Bestie. Tapi aku mohon jangan marah lagi kepada Sherin. Kita sudah sahabatan lama jadi jangan gara-gara masalah cowok kita harus bertengkar.” Rara merangkul tubuh Laura. Laura hanya terdiam sambil mengangguk .“NADINE!!!!!!!!!!!!”Terdengar teriakan yang memekakkan telinga. Nadine langsung menutup telinganya. Dia tahu pemilik suara tersebut adalah ibunya. Dia hanya terdiam. Sambil menata bukunya di dalam tas. Baju seragam abu-abunya melekat dalam tubuhnya. Tak lupa rambut panjangnya yang lurus dia kepang menjadi dua. Sebenarnya dia malas pergi ke sekolah bukan karena pelajaran tapi teman-temannya yang sering membuly dirinya belum lagi para hantu yang bergentayangan sepanjang jalan. Nadine memang mempunyai Indra keenam tetapi kelebihannya ini membuatnya tidak nyaman.Nadine menyisir rambutnya dan bercermin di kaca. Rambutnya yang panjang yang dia kepang dua memang terlihat cantik. Sebenarnya Nadine ingin memotong rambutnya agar lebih pendek tetapi ibunya tidak memperbolehkannya. Karena biar tambah cantik jika rambut panjang. Dibelakang“NADINE!”Teriakan ibunya tambah keras. Nadine cuek saja yang terpenting dia memasukkan buku pelajaran ke dalam tas ranselnya.BRAK!Pintu langsung dibuka paksa
Suasana kamar aneh ini membuat Nadine merasa penasaran. Ruangan tampak depan sangat angker tetapi di dalam kamar ruangan sangat bersih seperti ada yang menghuni. Kamar yang didominasi dengan laki-laki. Nadine mulai curiga. Hawa dingin merasuk tubuh serta buku kuduk merinding. Nadine memegang tengkuknya. Jantungnya berdegup kencang. Tidak biasanya dia di ruangan angker sampai berdetup kencang seperti ini. Semilir angin menghembuskan dengan kencangnya padahal kamar tertutup rapat. Tiba-tiba datang angin kencang sekali semua barang di kamar berantakan. Nadine hanya bisa memegang besi ranjang. Angin kencang berlangsung selama lima belas menit dan langsung berhenti seketika. Anehnya barang-barang yang tadinya berantakan kembali tertata rapi. Ada apa diruangan kamar ini?Nadine ingin keluar dari kamar tersebut tetapi pintu dikunci rapat. Tamatlah Nadine, dia terjebak dengan hantu usil yang ada di kamar sialan ini.“Hai hantu kampret jangan sembunyi. Kalau mau menampakkan diri segera tampakl
Tatapan matanya kosong. Tangannya dengan lihai mencurly rambutnya dengan catokan. Masih terbayang apa yang dialaminya. Setelah mencatok rambut Laura merapikan rambutnya dan sesekali melihat wajahnya masih terlihat cantik atau bukan. Saudara kembar? Itulah yang menjadi misteri sekarang, dia tidak ingin orang tuanya terus memikirkan Launa yang hilang. Baginya putri semata wayangnya adalah dirinya. Jika Launa ditemukan otomatis kasih sayang dari orang tuanya akan berkurang. Itu yang membuat Laura membenci saudara kembarnya. Laura membanting catokan yang dia letakkan di meja rias.“Aku benci, Launa dia tidak boleh ditemukan. Aku benci saudara kembarku. Mungkin dia sama wajahnya denganku tapi Laura tidak bisa disaingi oleh siapapun termasuk saudara kembarku, Launa. Aku benci dengan dia.” Laura bangkit dan mengambil sesuatu dari lemarinya lalu mengobrak-abrik isi lemari, tetapi belum ada yang dia temukan sama sekali.“Dimana aku meletakkannya iya?perasaan aku taruh disini. Hem ... di mana
Tubuh Nadine masih sakit semua akibat dipukul sapu oleh ibunya. Kemarin setelah pulang dari sekolah ibunya sangat marah dan langsung memukulnya. Ayah hanya bisa melerai tapi tidak seberapa. Ayah Dendi memang tidak begitu berani dengan istrinya. Beruntung hari ini libur sekolah jadi bisa leluasa istirahat dan beruntung kembali ibunya sedang pergi ke Solo menghadiri pesta pernikahan adik kandungnya.Air mata tak hentinya jatuh membasahi pipi. Nadine masih memikirkan perkataan kepala sekolah jika masih terlambat lagi beasiswanya akan dicabut. Otomatis Nadine tidak akan bisa melanjutkan sekolah. Padahal dia ingin sekali bisa kuliah tapi mau bagaimana lagi orang tuanya tidak akan sanggup untuk membayar uang kuliah.Dibukanya jendela kamar. Suasana pagi hari dengan hawa dingin yang sangat menusuk batin. Sekujur raga terbelenggu dalam dinginnya pagi. Pagi hari berhias kabut yang sangat tebal. Kabut yang sangat tebal mendekap seluruh jiwa. Berselimut mantel sangat tebal yang menghangatkan sek
Raymond duduk di tongkrongan gang sambil memainkan gitar kesayangannya. Alunan nada dimainkan dengan penuh hayat. Raymond masih memikirkan gadis SMA yang dia tolong kemarin. Wajahnya masih terngiang-ngiang di kepalanya. Cap playboy sudah dari dulu ada di Raymond. Memang dia pernah disakiti salah satu seorang cewek yang benar-benar dia cintai tetapi semuanya kandas karena dia selingkuh. Meskipun masih tergolong anak SMA Raymond memang tipe yang setia. Tapi kesetiaan itu kandas karena disakiti. Maka Playboy menjadi solusinya.“Akhir-akhir ini kamu bahagia sekali! Kenapa?” Tanya temannya yang asyik main game online.“Iya dong, karena aku lagi jatuh cinta, Son.”“Cieh,, masa’ seorang Raymond yang dicap playboy jatuh cinta. Aku tidak percaya. Dulu aku kenalkan sama Santi kamu juga mempermainkannya. Ah, Ray ... Ray aku tidak percaya kamu jatuh cinta beneran sama gadis itu.”Raymond menghentikan memetik gitarnya dan minum segelas kopi Capucinno yang ada di meja dan tak lupa sebatang rokok di
Pelukan Raymond yang lama membuat Laura sedikit tenang. Entah kenapa dia sebagaj bad boy membuatnya merasakan sesuatu. Di depan cafe mereka tidak canggung masih berpelukan. Padahal Laura masih berkenalan dengan Raymond barusan. Entah kenapa rasanya Laura sudah mengenal Raymond lama.“Maafkan aku.” Raymond melepas pelukan Laura.“Tidak apa-apa, Ray, oh iya … kamu tadi mau tanya namaku. Namaku Laura. Maafkan aku juga sedikit jutek dan cuek denganmu. Aku bukan tipe perempuan yang manis-manis saat pertama kali berkenalan.”“Iya aku mengerti. Nama yang beautiful. Baiklah aku akan mengantarmu pulang.”Raymond segera bergegas tetapi tangan Laura mencegahnya dan menggelengkan kepalanya. Isyarat jika Laura tidak mau pulang. Raymond hanya tersenyum tipis, dia mengibaskan rambutnya. Raymond terlihat maskulin. Astaga, Laura mulai kepincut dengan dia.“Hai, Raymond! Apakah kita tidak jadi makan di cafe?kamu sudah bayar!Apa tidak rugi tuh udah bayar makannya tidak dimakan. Pasti kebanyakan uang.”Sin
Akhirnya Nadine bisa sekah tanpa terlambat. Nadine senang sekali. Ibunya masih ada di Solo. Coba nanti jika ibunya sudah pulang. Pasti Nadine terlambat lagi, dia akan mengusahakan untuk meluluhkan hati ibunya. Nadine terus mengayuh sepedahnya tanpa beban. Gadis itu sebisa mungkin melanjutkan Bea siswanya. Nadine ingin kuliah di jalur beasiswa juga. Menjadi seorang bidan adalah impiannya. Di tengah perjalanan dia melihat hantu anak kecil sedang manangis di dekat jembatan. Ingin dia mendekati anak kecil berjenis perempuan itu tetapi dia tidak ingin memperlihatkan jika dia bisa melihat hantu. Nadine tetap kasihan.Di depan jembatan dia memberhentikan sepeda mininya.“Hai, anak kecil kenapa menangis?” Sapa Nadine. Anak perempuan itu menghentikan tangisannya dan melihat ke arah Nadine. Wajahnya pucat. Kulitnya mengelupas. Banyak luka lebam Nadine miris melihat kondisinya.“Kakak bisa lihat aku?”Anak kecil itu menghampiri Nadine dengan tatapannya yang tajam.“Iya, kenapa kamu dek?”Anak kec
Raymond masih meyakinkan dirinya gadis itu yang dia cari atau bukan karena wajahnya sangat mirip sekali. Raymond putar balik motor sportnya.“Kamu?”Raymond kaget karena Laura memakai sepeda mini. Terakhir kali Laura naik taksi online.Gadis itu cuek sambil mengayuh sepedanya dengan lemas sepertinya dia sakit. Memang terakhir kali Raymond bertemu Laura dia sedang sakit. Raymond berjalan pelan beriringan dengan gadis itu. Yang aneh penampilannya berubah. Laura rambutnya curly sedangkan dia lurus tapi diikat di belakang.“Kamu ini siapa sih? Dari tadi ngikutin aku terus. Aku tidak tahu kamu siapa?”Nadine berhenti dari mengayuh sepedanya dan menatap Raymond sinis.”Mas, mau merampok saya? Saya nggak punya apa-apa. Tolonglah! Jangan menambah fikiran saya.”Nadine masih mengayuh sepedanya.Raymond tetap berjalan mengikuti Nadine. Gadis ini benar sangat mirip dengan Laura.“Laura, please aku tahu kamu marah sama aku. Tapi nggak begini caranya. Kamu harus melupakan aku bahkan, tidak ingat siap
Suara tepukan tangan menggema di seluruh ruangan besar bergaya arsitektur Belanda. Raymond hari ini bekerja sangat bagus dan mendoakan tender yang besar. Farhan mulai bisa menerima Raymond seutuhnya. Banyak yang memberi selamat kepada Raymond. Pemuda itu sudah membuktikan jika dia bisa. “Selamat Raymond. Aku suka dengan pekerjaanmu.” Farhan senang dan menepuk beberapa kali pundak Raymond. “Terima kasih ayah. Ini juga berkat dukungan dari ayah juga.” Raymond membalas dengan antusias dan puas. Baginya mendapat restu dari ayah Laura sangatlah susah karena adanya perbedaan dan status menjadi penghalang saat Raymond dan Laura bersama. Namun, semuanya sudah usai. Kini kebahagiaan itu sudah ada di depan mata. “Yang jelas kamu harus membuktikan kepada ayah jika kamu bisa. Oke Raymond. Hari ini kamu bisa pulang cepat. Laura ulang tahun, dia menunggu surprise darimu.” Jelas Farhan dan meninggalkan ruang meeting. Perlahan semua orang keluar tinggal dirinya saja yang masih di ruangan. Raymon
Udara pagi kota Jogja sangat sejuk. Hari ini terlihat di jam tangan Laura masih pukul enam pagi. Sejak hujan tadi malam yang mengguyur deras membuat banyak sisa tetesan air hujan menempel di dedaunan. Embun pagi yang menyejukkan kalbu. Bintang tidak tidur di stoller mungkin dia masih menikmati udara di pagi hari. Laura mendorong stoller menuju taman dekat perumahan. Hari ini minggu jadi banyak yang menghabiskan di taman. Laura duduk di dekat air mancur dan melihat Bintang yang ada di depannya. Wajahnya mirip sekali dengan Raymond. “Bintang, kenapa papa kamu tidak menghubungi mama sama sekali? Apakah papa lupa sama kita?” Laura mengambil ponsel dari saku sweater-nya dan mencoba melihat layar ponsel. Raymond sama sekali tidak membalas dan menghubunginya sama sekali. Laura mendengus kesal. Tak sengaja kedua bola matanya menatap seseorang yang sedang berjalan dan mendekati air mancur. Lelaki itu pakai handset seolah sedang menikmati musik. Laura bangkit dan bergegas menghampiri sosok t
Risa membuka pintu dan mendapati Laura ada di depan pintu sambil menggendong Bintang di tambah Laura masih memakai gaun pengantin. Sejenak di menoleh ke kanan dan kiri tidak ada sosok Raymond menemaninya bahkan mobilnya pun tidak ada. Risa bingung apa yang sebenarnya terjadi kepada Laura. Laura memeluk mamanya dan menangis dengan tersedu-sedu. Apakah Raymond telah menyakiti hati Laura padahal ini adalah hari bahagia mereka yang di tunggu-tunggu. “Laura kenapa kamu ada di sini? Bukankah kamu sedang ada bersama dengan Raymond dan hari ini adalah hari bahagiamu?”Bukanya menjawab pernyataan mamanya, Laura justru menangis sejadi-jadinya membuat Bintang yang tadi tidur pulas langsung bangun. “Ah... Mama!” Laura menjerit. Risa jadi bingung dengan apa yang terjadi, dia menggandeng Laura masuk ke dalam dan menyuruh Laura duduk. “Ada apa? Cerita sama mama. Kamu ini belum ganti baju pengantin malah ke rumah ini lagi? Memang kenapa, Laura? Jangan buat mama bingung.” “Mama...!” Lagi-lagi Lau
Setiap perempuan ingin memiliki pernikahan impian setelah semua cita-cita terselesaikan. Lain halnya dengan Laura dan Raymond karena nafsu semata tanpa memikirkan dampaknya mereka harus menikah setelah Laura melahirkan Bintang itu pun dengan pengorbanan yang besar. Kali ini hanya pesta yang sederhana tidak di gedung mewah dengan konsep Princess. Sebenarnya orang tua Laura ingin pernikahan yang mewah tapi Laura menolaknya karena dia merasa malu dengan keadaannya sekarang. “Saya Terima nikah dan kawinnya Laura Lestari Darmawan binti Farhan Darmawan dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!” Suara Lantang Raymond saat mengucapkan ijab kabul di depan penghulu. “Bagaimana, saksi? Sah?”“Sah!”“Sah!”Suara riuh dan tepukan menggema di area outdoor taman di sebuah hotel. Laura sekarang resmi menjadi istri Raymond. Tidak ada lagi yang bisa memisahkan mereka. Setelah menandatangani dokumen dan buku nikah mereka tak lupa mengabadikan lewat foto. Risa yang sedang menggendong Bintang tak luput
Hari ini Laura merasa bahagia sekali. Inilah kado yang diberikan Tuhan bahwa dia dan Raymond akan bersatu kembali. Bintang tidak lagi takut kehilangan ayahnya. Laura menggendong Bintang. Bayi yang dia lahirkan sangat tampan persis sekali dengan Raymond. Melihat Raymond tadi bahagia, Laura juga ikut bahagia. Risa masih sibuk dengan membaca majalah Femina seolah tidak menggubris Laura. Laura tahu jika ini adalah hal terberat sebagai orang tua harus menerima kenyataan jika anaknya hamil diuar nikah. “Ma, Laura berterima kasih karena Mama mau menerima Raymond menjadi menantu Mama. Laura...”“Tidak usah berterima kasih secara berlebihan.” Mama memotong pembicaraan sambil sibuk membaca majalah yang ada di tangannya. Sebenarnya dia hanya ingin melupakan kekecewaannya melalui bacaan. Hatinya sangat teriris melihat masa depan Laura, putri satu-satunya yang dia miliki saat ini. Seharusnya Laura yang menggantikan Launa. Namun, Risa mencoba menerima kenyataan yang ada. “Mama, melakukan ini demi
Risa membantu membereskan perlengkapan Laura. Hari ini dia bisa pulang tapi nyeri jahitan bekas persalinan masih terasa. Melahirkan baginya adalah hal yang sangat luar biasa. Sungguh pengalaman yang tidak bisa lupakan seumur hidup saat melahirkan Bintang di tambah Raymond yang setia menunggunya selama proses persalinan. Laura masih menunggu Raymond kembali tapi mungkin akan sia-sia karena lelaki yang di cintai sudah fokus kepada kuliahnya. “Mama dan Papa akan mengurus semua kepindahan kamu ke London sambil menunggu Raymond lulus dan membuktikan bahwa dia bisa menjadi orang sukses.” Risa menjelaskan sambil menutup koper miliknya. Dalam hati Risa setidaknya Raymond punya masa depan yang cerah. Masa depan Laura sudah hilang harapan. Anak satu-satunya yang bisa diharapkan sudah pupus. Laura sontak kaget dengan apa yang di katakan mamanya. Pindah ke London? Itu berarti dia harus berpisah lagi dengan Raymond. “Kenapa bisa begitu, Ma? Mama tidak bisa mengatur kehidupan ku lagi? Aku ingin
Kematian Jesisca banyak mengundang misteri bagi orang terutama polisi. Seorang Office Boy menemukan Jesisca meninggal gantung diri di toilet. Kematiannya membuat gempar rumah sakit jiwa. Raymond yang mendapat telefon dari rumah sakit langsung bergegas ke sana. Orang tua Jesisca sudah tidak menggagap dirinya kembali. Rasa malu sudah menyelimuti keluarga Jesisca. Polisi membawa kantong jenazah untuk di visum. Hati Raymod hancur saat kehilangan sepupunya. Ada tanda tanya dalam pikirannya, apa yang menyebabkan Jesisca bunuh diri? Apa karena dirinya di anggap gila. Cuit sekali nyali Jesisca. Tiga jam di kantor polisi dan di interogasi membuat Raymond lelah dan kepalanya sedikit pusing. Tadi di sana dia sempat bertemu dengan Ardian, Zizi dan Alenta. Mereka juga di interogasi. Sepertinya kematian Jesisca karena dia merasa tidak kuat menjalani hidup dan jalan ninjanya adalah mengakhiri hidupnya. Suasana Cafe dekat Malioboro cukup ramai. Ingin dia menyanyi dan meluapkan semuanya tapi mood-n
Suasana taman lumayan ramai dengan banyak orang lalu lalang di tengah, pinggir bahkan sudut taman sekalipun. Ada yang berteriak, senyum-senyum sendiri dalam khayalan di dalam pikiran seolah dunia milik dia sendiri. Perawat baju dinas putih tidak luput dari sasaran jika ada amukan dari salah satu pasien. Di mana lagi kalau bukan di rumah sakit jiwa. Jessica masih duduk termangu tanpa mempedulikan keadaan di sekitarnya. Yang dia ingin bisa bebas dari tempat yang membuatnya hampir frustrasi gara-gara hantu Aurel. Keluarganya menganggap dia gila bahkan di penjara dia juga di anggap gila. Jessica merasa hampir gila dengan hantu sialan tersebut apalagi jika malam hari Jessica selalu diteror hantu tersebut. Seandainya malam itu dia tidak bersama Launa pasti semua tidak akan terjadi seperti ini. Baginya ini adalah hal gila yang tidak bisa terlupakan. “Jesisca.” Panggilan dari dirinya membuyarkan lamunannya. Gadis itu menoleh ke arah samping takut jika hantu Aurel berubah menjadi sosok lain.
Raymond tidak henti-hentinya menatap Laura yang sedang menyuapi dirinya. Hari ini dia harus makan bubur halus dulu karena lambungnya belum siap menerima makanan kasar. Beberapa hari ini dia memang tidak teratur makan karena memikirkan bagaimana bisa menemukan Laura dan menikahinya di tambah dia akan segera melahirkan hasil buah cintanya. “Laura.” Raymond memegang pergelangan Laura. Laura meletakkan makanannya di nakas. Kedua mata Raymond memandangnya dengan sendu. “Maafkan aku atas apa yang aku lakukan dulu. Gara-gara aku kamu jadi tidak melanjutkan sekolah dan hanya mengenyam pendidikan home schooling sedangkan aku masih bisa melanjutkan kuliahku. Lelaki macam apa aku.” Raymond tertunduk malu. Melihat apa yang Raymond katakan Laura merasa tersentuh. Awalnya dia mengira Raymond akan menikahi perempuan lain ternyata dia adalah adiknya sendiri. Laura memandang perutnya sekilas. Anak ini butuh orang tua bukan menjadikan sebagai status adiknya. Ibu mana yang tidak sedih melihat kenyataa