Setiap perempuan ingin memiliki pernikahan impian setelah semua cita-cita terselesaikan. Lain halnya dengan Laura dan Raymond karena nafsu semata tanpa memikirkan dampaknya mereka harus menikah setelah Laura melahirkan Bintang itu pun dengan pengorbanan yang besar. Kali ini hanya pesta yang sederhana tidak di gedung mewah dengan konsep Princess. Sebenarnya orang tua Laura ingin pernikahan yang mewah tapi Laura menolaknya karena dia merasa malu dengan keadaannya sekarang. “Saya Terima nikah dan kawinnya Laura Lestari Darmawan binti Farhan Darmawan dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!” Suara Lantang Raymond saat mengucapkan ijab kabul di depan penghulu. “Bagaimana, saksi? Sah?”“Sah!”“Sah!”Suara riuh dan tepukan menggema di area outdoor taman di sebuah hotel. Laura sekarang resmi menjadi istri Raymond. Tidak ada lagi yang bisa memisahkan mereka. Setelah menandatangani dokumen dan buku nikah mereka tak lupa mengabadikan lewat foto. Risa yang sedang menggendong Bintang tak luput
Risa membuka pintu dan mendapati Laura ada di depan pintu sambil menggendong Bintang di tambah Laura masih memakai gaun pengantin. Sejenak di menoleh ke kanan dan kiri tidak ada sosok Raymond menemaninya bahkan mobilnya pun tidak ada. Risa bingung apa yang sebenarnya terjadi kepada Laura. Laura memeluk mamanya dan menangis dengan tersedu-sedu. Apakah Raymond telah menyakiti hati Laura padahal ini adalah hari bahagia mereka yang di tunggu-tunggu. “Laura kenapa kamu ada di sini? Bukankah kamu sedang ada bersama dengan Raymond dan hari ini adalah hari bahagiamu?”Bukanya menjawab pernyataan mamanya, Laura justru menangis sejadi-jadinya membuat Bintang yang tadi tidur pulas langsung bangun. “Ah... Mama!” Laura menjerit. Risa jadi bingung dengan apa yang terjadi, dia menggandeng Laura masuk ke dalam dan menyuruh Laura duduk. “Ada apa? Cerita sama mama. Kamu ini belum ganti baju pengantin malah ke rumah ini lagi? Memang kenapa, Laura? Jangan buat mama bingung.” “Mama...!” Lagi-lagi Lau
Udara pagi kota Jogja sangat sejuk. Hari ini terlihat di jam tangan Laura masih pukul enam pagi. Sejak hujan tadi malam yang mengguyur deras membuat banyak sisa tetesan air hujan menempel di dedaunan. Embun pagi yang menyejukkan kalbu. Bintang tidak tidur di stoller mungkin dia masih menikmati udara di pagi hari. Laura mendorong stoller menuju taman dekat perumahan. Hari ini minggu jadi banyak yang menghabiskan di taman. Laura duduk di dekat air mancur dan melihat Bintang yang ada di depannya. Wajahnya mirip sekali dengan Raymond. “Bintang, kenapa papa kamu tidak menghubungi mama sama sekali? Apakah papa lupa sama kita?” Laura mengambil ponsel dari saku sweater-nya dan mencoba melihat layar ponsel. Raymond sama sekali tidak membalas dan menghubunginya sama sekali. Laura mendengus kesal. Tak sengaja kedua bola matanya menatap seseorang yang sedang berjalan dan mendekati air mancur. Lelaki itu pakai handset seolah sedang menikmati musik. Laura bangkit dan bergegas menghampiri sosok t
Suara tepukan tangan menggema di seluruh ruangan besar bergaya arsitektur Belanda. Raymond hari ini bekerja sangat bagus dan mendoakan tender yang besar. Farhan mulai bisa menerima Raymond seutuhnya. Banyak yang memberi selamat kepada Raymond. Pemuda itu sudah membuktikan jika dia bisa. “Selamat Raymond. Aku suka dengan pekerjaanmu.” Farhan senang dan menepuk beberapa kali pundak Raymond. “Terima kasih ayah. Ini juga berkat dukungan dari ayah juga.” Raymond membalas dengan antusias dan puas. Baginya mendapat restu dari ayah Laura sangatlah susah karena adanya perbedaan dan status menjadi penghalang saat Raymond dan Laura bersama. Namun, semuanya sudah usai. Kini kebahagiaan itu sudah ada di depan mata. “Yang jelas kamu harus membuktikan kepada ayah jika kamu bisa. Oke Raymond. Hari ini kamu bisa pulang cepat. Laura ulang tahun, dia menunggu surprise darimu.” Jelas Farhan dan meninggalkan ruang meeting. Perlahan semua orang keluar tinggal dirinya saja yang masih di ruangan. Raymon
Duduk di kursi yang goyang sambil membaca novel romantika di dan tak lupa secangkir susu khusus ibu hamil dan camilan roti kacang dan Almond terhidang di meja. Menginjak usia kehamilan tiga puluh tujuh minggu membuat Risa sedikit was-was, tetapi dia senang karena dalam pemeriksaan USG anaknya kembar perempuan. Sudah lima tahun Risa menantikan buah hatinya ini.Bibi Sri datang sambil membawa jus mangga. Risa selama hamil memang doyan makan dan ngemil.“Terima kasih, bibi Sri. Maafkan jika aku merepotkan bibi. Bibi tahu selama hamil kembar ini aku banyak sekali doyan makan dan ngemil sampai perutku semakin membesar.” Risa menguyah Almond dan menikmatinya.Bibi Sri hanya bisa tersenyum. ”Namanya juga ibu hamil nyonya. Rasa Ingin makan itu besar apalagi nyonya sedang hamil kembar jadi memang harus banyak makan.”“Benar juga, Bi. Pokoknya aku dan calon kedua bayiku ini sehat. Yang terpenting adalah asupan nutrisinya.”Risa mengelus-elus lembut perutnya. Bibi Sri yang melihat dari kejauhan
Matahahari terbit di ufuk timur. Cuaca Yogyakarta sangat cerah secerah hati Risa saat ini karena melahirkan anak kembar. Risa menyusui kedua bayinya. Dilihat bayinya sangat cantik sekali putih dan bersih. Memang selama hamil Risa tak lupa membaca Alquran surat Maryam. Konon katanya jika membayar surat Maryam anak yang dilahirkan akan putih dan cantik. Risa mengelus pipi kedua bayinya.“Anak mama cantik sekali!”Risa memandang kedua buah hati kembarnya itu.Bibi Sri datang dengan membawa buah-buahan. Melihat majikannya bahagia Sri juga ikut merasakan kebahagiaan yang luar biasa.“Masyallah kedua bayi nyonya sangat cantik sekali!kalau boleh tahu akan diberi nama siapa nya?”Bibi Sri melihat kedua bayi kembar Risa memang sangat cantik dan putih serta memiliki mata bulat yang indah.“Saya akan memberikan kedua bayi kembar saya ini dengan nama Laura dan Launa, BI Sri. Untuk Laura artinya adalah mahkota dan Launa adalah dahan surga. Semoga kedua anakku ini kelak akan saling melengkapi satu sa
Pagi hari dengan sisa setitik air hujan dan terdapat butiran embun membuat suasana menjadi dingin. Pantulan sinar matahari masih mengintip di balik pepohonan hijau. Seorang gadis dengan rambut yang panjang dan curly sedang bercermin. Tanganmya tak henti menyisir rambutnya yang panjang dan tak lupa dia memakai makeup natural. Dia terlihat membenarkan dasi sekolah dan merapikan seragam sekolahnya yang dengan rompi warna coklat. Senyumannya tampak indah memnatulkan wajahnya yang putih. Dia adalah Laura. Tas coklat kulit dari London dia cangklong ke pundaknya. Langsung dia berlari ke bawah menuju meja makan.“Good morning papa.” Laura mencium pipi papa Farhan.“Good morning mama.”Laura mencium pipi mama Risa. Duduk dan melihat di meja makan ada nasi goreng mozarella kesukaanya. Segera Laura mengambil piring dan mengambil nasi goreng mozarella dan menikmatinya dengan lahap. Risa dan Farhan hanya bisa tersenyum melihat tingkah Laura.“Lahap banget makannya sayang.”Farhan melihat Laura menik
“NADINE!!!!!!!!!!!!”Terdengar teriakan yang memekakkan telinga. Nadine langsung menutup telinganya. Dia tahu pemilik suara tersebut adalah ibunya. Dia hanya terdiam. Sambil menata bukunya di dalam tas. Baju seragam abu-abunya melekat dalam tubuhnya. Tak lupa rambut panjangnya yang lurus dia kepang menjadi dua. Sebenarnya dia malas pergi ke sekolah bukan karena pelajaran tapi teman-temannya yang sering membuly dirinya belum lagi para hantu yang bergentayangan sepanjang jalan. Nadine memang mempunyai Indra keenam tetapi kelebihannya ini membuatnya tidak nyaman.Nadine menyisir rambutnya dan bercermin di kaca. Rambutnya yang panjang yang dia kepang dua memang terlihat cantik. Sebenarnya Nadine ingin memotong rambutnya agar lebih pendek tetapi ibunya tidak memperbolehkannya. Karena biar tambah cantik jika rambut panjang. Dibelakang“NADINE!”Teriakan ibunya tambah keras. Nadine cuek saja yang terpenting dia memasukkan buku pelajaran ke dalam tas ranselnya.BRAK!Pintu langsung dibuka paksa