Setelah selesai menggambar Irsab membuat sebuah topi dari kertas yang membuat Ira juga ingin membuatnya, setelah berusaha membuatnya Ira pun tetap tidak bisa dan mulai emosi merobek kertas yang ada ditangannya.
“Aku juga pengen buat kayak gitu……,” teriak Ira yang membuat semua teman-temannya melihat kearahnya. Irapun malu dan menundukan kepalanya di meja.
Navi pun segera membuatkan Ira topi kertas itu, tetapi lagi-lagi ia kalah cepat dengan Irsab.
“Nih buat kamu saja, aku udah nggak mau,” melemparkan topi kertas itu
“Wahhhhh kau memang selalu menjadi pahlawannya Ira Irsab,” ejek Alala
“Tentu saja aku akan selalu menjadi sahabatnya Ira sampai Ira tua,” jawab Irsab dengan percaya diri.
Navi pun lagi lagi merasa kecewa karena dirinya tidak bisa selalu ada untuk Ira. Navi pun merenung sejenak dan mengerti mengapa perasaannya gelisah dan sedih jika melihat Ira bersama dengan yang teman laki-lakinya. Navi pun tersadar dari lamunan.
“Apakah aku benar-benar menyukainya?” Gumam Navi sambil melirik kearah Ira.
“Tidak mungkinkan? Tapi setiap kali melihatnya tersenyum jantungku jadi deg degan serasa ingin keluar dari tubuhku,” gumamnya lagi
“Kau ini kenapa Nav? Sakit?” Tanya Guntur yang duduk disebelahnya
“Tidak sakit hanya saja….,” kata Navi sambil melihat Ira yang terus tertawa dengan Irsab dan belum sempat melanjutkan.
“Kau cemburu?” Tanya Guntur
“Cemburu?” Jawab Navi bingung
Tetttt…..tettt…. Bunyi bel istirahat pun berbunyi.
Mereka semua keluar untuk makan.
“Ira kamu tidak ikut kami keluar?” Tanya Icus
“Tak kalian makanlah aku ingin dikelas saja ngantuk,” jawab Ira
“Kalau gitu aku temanin kamu ya,” kata Irsab
“Tidak usah nanti kamu kelaparan, sana bergegaslah waktu istirahat tidak banyak,” jawab Ira
Irsab pun pergi meninggalkan Ira
“Nav ayo beli es di kantin,” ajak Guntur
“Tidak aku mau tidur,” jawab Navi
Guntur pun pergi meninggalkan Navi.
Didalam kelaspun terasa sunyi. Ira pun sadar dalam tidurnya jika ia berada didalam kelas hanya dengan Navi. Ira memutuskan untuk keluar karena ia merasa setiap kali dekat dengan Navi hatinya berdebar juga merasa jadi tidak tenang atau salah tingkah.
“Keluar saja lah,” kata Ira sambil diam-diam berjalan keluar
Sampai di depan pintu Navi tersadar
“Jangan pergi, aku tidak keluar karena ingin menemanimu,” kata Navi mengagetkan Ira
“Tapi untuk apa?” Ira bertanya
“Jangan membuat orang salah paham sama sikap kamu Nav,” lanjut Ira
Tetttt…tettt…. Bel masuk berbunyi Ira pun kembali ke tempat duduk dan tidak jadi keluar kelas.
Ira mengeluarkan kertas dan menulis sebuat surat.
“Navi maksudmu bicara seperti itu apa aku penasaran, tolong di jelaska,” tulis Ira
Irapun berjalan ke tempat duduk Navi dan memberikan surat itu
“Tidak ada besok jika sudah waktunya akan aku kasih tau,” balas Navi
“Apa jangan-jangan kamu suka ya sama aku?” Tanya Ira didalam surat
“Tidak kamu jangan ge er,” balas Navi.
Teman dekatnya Ira jadi tahu tentang dekatnya Ira dan Navi yang dikelas balas-balasan surat. Hal itu menjadi kebiasaan mereka dihari-hari biasanya mereka selalu berkirim pesan leat tulisan.
Ira melihat Nasah yang melamun di dalam kelas, ia pun segera menghampirinya.
“Nas kau ada masalah? Apa kau sakit?” Tanya Ira
“Tidak,” jawab Nasah
“Ira apa kau pernah suka sama seseorang?” Tanya Nasah
“Haaaa.. kau menyukai seseorang? Siapa?” Tanya Ira
“Diam, jangan keras-keras,” jawab Nasah sambil melirik kearah Yahes
Ira pun langsung tau siapa yang disukai oleh temenya itu. Irapun pergi meninggalkan Nasah.
“Hai Yahes, kau sedang apa,” tanya Ira
Yahes yang sedang focus menggambar wajah seseorang pun terkejut dan langsung menyembunyikan gambaran itu.
“Kau sedang menggambar?” Tanya Ira lagi
“Iya, ada apa ya Ra? Tumben?” Tanya Yahes balik
“Aku mau lihat gambarannya boleh?” Tanya Ira lagi
Yahes pun diam sejenak dan mengambilkan gambar yang baru saja ia sembunyikan itu.
“Baiklah mungkin dia biasa membantuku,” kata Yahes dalam hati
“Berjanjilah padaku jika kamu melihat ini jangan kasih tau siapapun dan juga kamu harus membantuku ya,” kata Yahes yang penuh dengan syarat.
“Wahhh syaratnya banyak sekali, baik nanti aku bantu,” jawab Ira
Setelah melihat gambarannya Ira pun melihat Nasah dengan tersenyum, Nasah bertanya-tanya dan mengkode Ira untuk memberitahunya.
“Ini Nasah ya Hes?” Tanya Ira
Yahes mengangguk, dan Ira tersenyum
“Kamu mau aku bantu biar bisa dekat dengan Nasah?” Tanya Ira
Yahes mengangguk
“Baiklah sekarang kau tulislah surat cinta untuk Nasah nanti aku yang akan bawakan surat itu ke Nasah,” saran Ira
“Tapi nanti kalau aku ditolak bagaiman?” Tanya Yahes
“Tidak akan nanti kalau kamu ditolak aku akan beri pelajaran tu sama Nasah,” jawab Ira
“Gini aja deh aku akan menulis surat untuk Nasah tapi kamu juga harus nulis surat untuk Navi yang isinya mengungkapkan perasaan kita, jadi nanti kalau aku di tolak dan kamu juga ditolak aku ngk sendirian menanggung malu,” jawab Yahes memberikan syarat lagi
“Sebenarnya ini tu siapa yang mau ngungkapin perasaan sih kenapa juga aku harus ikut-ikutan tulis surat buat Navi, dasarrr Yahes kau ni yaaa penuh syarat aku kan hanya ingin membantumu,” kata Ira dalam hati
“Bagaimana Ra kok diem, kalau tidak mau ya sudah aku juga tidak akan tulis,” kata Yahes sedikit mengancam
“Baiklah iya aku akan tulis, jadi besok kamu kasih ke aku suratnya dan aku kasih ke kamu gitu kan?” Tanya Ira
“Apa yang harus aku lakukan ya, aku harus bilang sama Navi untuk pura-pura denganku. Ingatlah Nasah kau mendapatkan cintamu karena pengorbananku di atas rasa Maluku huhuhu….,” gumam Ira dalam hati
“Bagus kalau gitu,” jawab Yahes
Ira pun kembali ketempat duduknya.
“Ini semua karena kamu pokoknya Nasah, huftt,” sambil melirik ke Nasah
“Tapi kok kamu tau sih jika dia yang ku maksud?” Tanya Nasah
“Jika tatapan kau seperti itu bagaimana aku tidak tau, sebagai teman aku membantumu,” jawab Ira.
Ira pun merobek kertas dan menulis surat untuk Navi.
“Pulang sekolah aku tunggu kau dirumahku, ada hal yang ingin aku katakana pada mu,” tulis Ira
“Tolong kasih ke Navi,” kata Ira kepada Tidan
“Baik adikkkk,” jawab Tidan
Navi pun membacanya. Tidak membalas dengan tulisan tetapi hanya mengangguk saja.
Sesampainya dirumah Ira menunggu Navi didepan rumahnya.
“Kenapa belum datang juga sih,” kata Ira seikit panic karena mau bilang apa ke Navi
Tak lama kemudian Navi datang dengan sepedanya.
“Maaf Ira tadi aku ada urusan bentar jadi sedikit lama,” kata Navi
“Kau sebenarnya mau ngomong apa sih?” Lanjut Navi
“Gini Navi, jika aku minta tolong sama kamu apa kamu mau bantuin aku?” Tanya Ira pada Navi
“Ya tergantung, kamu bilang dulu mau minta tolong apa?” Jawabnya
“Ayo kita pacaran Nav?” Kata Ira sambil menunduk
“Apa??? Kau beneran?” Jawab Navi Terkejut.
“Ya tidaklah kau pikir aku mau nembak kamu duluan? Ini hanya pura-pura saja?” Jawab Ira menjelaskan
“Pura-pura?” jawab Navi dengan nada kecewa.
“Padahal aku berharapnya ini seriusan Ra, tapi ternyata kamu,,,,” kata Navi dalam hati
“Jadi gini Nasah kan suka sama Yahes dan Yahes juga menyukai Nasah aku ingin membatu mereka saja tetai Yahes juga ingin aku tulis pesan ke kamu jadi besok kamu terima saja surat dari aku ya walaupun isinya bukan surat cinta tetapi pastikan kau membalas suratku itu dan kasihkan ke Yahes,” jelas Ira
“Kenapa kau selalu ingin menjadi pahlawan untuk orang lain, sedangkan kamu mengurus dirimu sendiri saja belum becus,” jawab Navi
“Kamu harus mau ya plisss ini temanku sedang dalam masa jatuh cinta,” Ira terus meyakinkan Navi
“Bagaimana pun kau juga harus memikirkan perasaanku,” kata Navi dengan Lirih
“Apa Nav,” tanya Ira yang tidak terlalu mendengar ucapan Navi
“Baiklah kalu gitu aku pulang dulu, aku tunggu surat darimu,” Navi pamit dengan wajah kesal dan juga berharap.
Irapun masuk rumah dan menulis surat untuk Navi.
Keesokan harinya Ira memberikan surat yang ia tulis itu kepada Yahes untuk di berikan kepada Navi begitu juga dengan Yahes.
“Ini beneran kan isinya kamu ngungkapin perasaanmu?” Tanya Yahes
“Ya beneran cepat kau kasih ke Navi,” jawab Ira
Yahes dan Ira pergi dan menjalankan tugas masing-masing.
“Silahkan tuan dibaca dengan teliti dan berbahagialah,” kata Ira sambil memberikan surat Yahes dan kembali duduk merenung.
“Kenapa aku membohongi diri sendiri, aku berharap dapat bersama dengan Navi dengan sesungguhnya tetapi ternyata aku dan dia hanya berpura-pura saja,” kata Ira dalam hati dan menghela nafas.
Navi pun membuka Surat dari Ira.
“Navi terimakasih kamu sudah mau membantuku, aku akan sangat perhutang budi karena nama baikmu, maafkan aku yang membuat mu menjadi pacar pura-puraku hingga mungkin membuat orang yang kamu suka jadi kecewa, sekali lagi maafkan aku dan terimakasih..,” isi surat dari Ira. Navi pun melihat kearah Ira dan tersenyum karena Yahes melihat Navi. Navi sedih karena hubungannya dengan Ira hanya kepalsuan, akhirnya Navi memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa sukanya melalui balasan surat. “Yahes tolong berikan pada Ira ya, bilang kepadanya jika nanti pulang sekolah aku akan kerumahnya,” kata Navi meyakinkan Yahes Yahes pun mengangguk dan tersenyum. Kemudian langsung berlari kearah meja Ira “Ira ira lihat ini kau dapat balasan dari Navi selamat ya, dia bilang nanti pulang sekolah mau kerumahmu kau disuruh menunggu jadi urusanku sudah selesainya semoga kalian bahagia,” kata Yahes “Baik terimakasih,” jawab Ira dan kembali menunduk. “Ira cob
Hari sudah malam Ira bersiap untuk tidur karena takut jika besok kesiangan karena harus bangun pagi untuk naik gunung. Ira pun memasang Alarm dan segera tidur.Keesokan harinya Ira pun bangun pukul 04.00 dan bersiap-siap, Handphone Ira pun berbunyi ternyata itu tlpon dari teman-temannya.“Halo Ira kau sudah bangun?” Tanya Alala“Belum.” Jawab Ira“Kalau belum kenapa bisa angkat telpon aku?” Tanya Alala lagi“Kamu gimana lo ya aku jelas sudah bangun to sudah angkat telpon kamu juga kok.” Jawab Ira“Ya sudah aku mau ketempat Icus dulu.” Kata AlalaAlala pun mematikan telponnya. Ira pun segera menghubungi Navi, tetapi berkali-kali sudah dihubungi tidak juga diangkat.“Baiklah Navi kamu membuatku malas naik gunung, kamu udah tau kalau kesiangan ngk asyik dong.” Gumam Ira sambil terus menelpon Navi.“Halo, siapa ini?” Kata Navi m
Setelah sampai di rumah Ira pun bebersih diri, setelah bebersih Ira pun teringat akan kejadian tadi yang penuh dengan rintangan dan bagaima usaha mereka untuk tetap bertahan.Kejadian hari itu membuat Ira dan teman-teman yang lainnya merasa tidak akan pernah lupa dan akan selalu mengingatnya sampai tua, momen dimana mereka semua saling membatu dan mengetahui betapa pentingnya seorang sahabat disamping kita.Hari masuk kesekolah baru pun tiba. Bukan hanya sekolahan saja yang baru tetapi teman juga baru dan bertambah banyak. Dimasa kelas enam ini Ira mengalami banyak masalah, banyak teman yang tidak menyukainya di kelasnya tetapi Ira tetap selalu bersyukur karena masih memiliki teman setia di hidupnya.Saat setelah semuanya berkenalan dan memiliki teman baru Ira tidak lagi duduk sendirian ia duduk dengan teman barunya.“Wah Ira kau sekarang tidak duduk sendirian?” Tanya Irsab“Bagaimana lagi tempat duduknya kan s
Sesampainya dirumah Ira pun diam di dalam kamar. Tak lama setelah itu Tidan datang.“Ira aku masuk ke kamar ya.” Kata Tidan memanggil dan masuk ke kamar IraIra hanya duduk di atas kasur.“Tidan, apa memang hubunganku dan Navi tidak bisa dilanjutkan ya? Banyak orang yang menyukainya karena memang dia anak yang pintar tak pantas jika bersamaku.” Kata Ira yang tiba-tiba berkata seperti itu“Sebenarnya memang seperti itu sih dari dulu kan aku sudah bilang hubungan kalian tidak akan awet karena masih terlalu kecil untuk pacaran.” Jawab Tidan tanpa berfikir“Tidan kau memang benar-benar tidak ada hati.” Jawab Ira menagis“Sudah-sudah baiklah tidak ceramah lagi, soal kamu dan Navi pikirkan saja sendiri tapi lebih baik kamu focus ke ujian kelulusan saja agar tetap bisa bersama dengan Navi.” Kata Tidan mencoba menenangkan Ira“Belajar ataupun tidak aku tidak akan pernah bisa be
Setelah sampai dirumah Ira pun duduk di atas pohon yang tumbang didepan rumahnya sambil mendengarkan suara angin disore hari.Tidak diduga Navi pun datang dari arah barat memakai sepeda yang biasanya ia naiki. Ira pun tersenyum melihat Navi yang datang.“Apa kamu menungguku Ira?” Tanya Navi“Tidak, kamu kok ke-GRan sih?” Jawabnya sambil tersenyum“Ada apa? Kenapa kamu duduk melamun disini, nanti kamu sakit lo kena angin.” Lanjut Navi“Navi, apa kita akan tetap bersama walaupun jarak antara kita?” Tanya Ira ragu“Maksud kamu?” Jawab Navi yang tidak paham“Setelah lulus di SD aku berencana untuk pisah dengan kalian, aku tidak berencana untuk satu sekolahan lagi dengan teman kelas kita yang sekarang, aku sudah tidak ingin dikucilkan karena kamu.” Jelas Ira“Jika memang itu yang terbaik untukmu kenapa tidak? Aku pasti akan selalu mendukungmu kok.” J
Hari pertama masuk sekolah menengah pertama, Ira memasuki kelas menurut nama yang sudah ditempelkan di papan pengumuman, sayangnya Tidan tidak satu kelas dengan Ira. “Hai, namaku Anna, nama kamu siapa?” Tanya teman dibelakang mejanya. “Namaku Ira.” Jawab Ira “Ohh ya ini teman sebangku ku, Fitri mari berteman?” Lanjut Anna. “Baik, kalau begitu kita berteman ya.” Jawab Ira Mereka bertiga pun menjadi teman selama satu minggu, karena ada pengacakan kelas jadi mereka terpisah tidak jadi satu kelas lagi. Kelas di bagi menjadi 6 kelas. Ira masuk ke kelas G, Anna dan Fitri ke kelas C, sedangkan Tidak ada di kelas B. kelas diacak tidak menurut nilai melainkan hanya pengacakan biasa. Hanya kelas A yang menjadi pengecualian. “Hai, Namaku Rani.” Kata teman kelas di samping meja Ira “Ehh hai, aku Ira.” Jawab Ira “Mulai haru ini kita berteman ya.” Lanjut Rani Ira pun mengangguk dan tersenyum senang karena dimana pun Ira berad
Tettt….tet……. Bel istirahat kedua pun berbunyi. Ira langsung mengambil HPnya dan menelpon Navi.“Maaf Nomor yang anda tuju tidak menjawab, silahkan tinggalkan pesan setelah nada berikut…” (Suara operator HP)“Nav kenapa tidak diangkat aku mau jelasin ke kamu, tolong jangan salah paham dulu, angkat teleponnya.” Gumam IraFurkam yang melihat kegelisahan Ira pun merasa bersalah.Ira pun menulis pesan.“Nav, tadi itu adalah teman ku yang usil kamu jangan salah paham aku tidak pernah menghianati kamu, dia juga sudah minta maaf Nav, kalau perlu dia yang jelaskan ke kamu gimana?” Kirim IraNavi pun tidk membalas pesan Ira.“Navi, mari bicara lagi sebentar, jangan diem gini kamu tahu kan kalau aku itu mencintai kamu dan hanya kamu saja, jadi tidak mungkin aku punya kekasih lain.” Kirim Ira lagiNavi juga tidak membalasnya. Ira terus menerus menelepon Navi tetap
Ira menghubungi Alala.“Halo, Alala kamu dimana sekarang?” Tanya Ira“Tempat penjual batagor nih deket SD lama, kamu mau kesini kah Ra? Apa sudah selesai masalahnya?” Tanya Alala“Aku dan Navi nyusul kesana ya, ada siapa saja disana?” Tanya Ira lagi“Biasa, aku, Icus, Tidan, Guntur.” Jawab Alala“Wah kalian niatnya memang mau doble date ya?” Kata Ira menggoda Alala“Biasalah heheh.” Jawab Alala tertawaIra pun kemudian pergi ketempat yang sudah diberi tahu oleh Alala. Sesampainya disana Ira pun disambut dengan senang hati oleh penjualnya, yang sudah mengetahui hubungan Ira dan Navi sejak masih sekolah dasar.“Wahhh pasangan lama datang nih, mau minum apa biar aku buatin?” Kata penjual batagor.“Apa saja boleh yang penting rasa permen karet ya mb.” Jawab Ira“Baiklah, Navi mau apa?” Tanya penjual batagor
Satu tahun pun berlalu, satu tahun pula Ira dekat dengan Alex. Tak terasa Ira sudah menginjak kelas dua sekolah menengah atas. Hari ini Ira ada rencana main bersama dengan teman-temannya ke sebuah mall dekat sekolahannya. Sesampainya di Mall mereka pun bermain dan berjalan-jalan masih menggunakan seragam sekolah.Setelah lelah bermain Ira dan teman-temannya pun duduk diam di depan time zone, saat sedang melihat ke kanan dan ke kiri Ira melihat seseorang yang sangat mirip dengan Navi sedang berjalan dengan seorang wanita, tadi nya Ira merasa bukan Navi, karena baru saja Navi bilang dia sedang di rumah dan ingin beristirahat, tetapi setelah di lihat dengan teliti lagi ternyata benar dia adalah Navi, Ira pun mengikuti mereka agar lebih memastikan lagi, teman Ira pun terhera melihat tingkah Ira yag tiba-tiba berjalan tanpa tujuan.“Ira, kau lagi ngapain sih?” tanya Rani.Ira tidak meresponnya dan terus melangkah kan kaki mengikuti satu titik mata melihat.“Kamu mau kemana sih Ra?” tanya R
Kakak Ira mengajak Ira main ke rumah seniornya yang rumahnya lumayan jauh dari rumah mereka. Sesampainya di rumah senior, mereka pun di sambut dengan sorakan yang menggelegar di telinga Ira, karena sebelum ini dia tidak pernah memiliki teman yang seramai ini.“Jangan kaget ya Ra, di sini memang seperti ini,” kata Kakak Ira.“Tenang saja, aku akan membiasakan diri, tapi itu semua senior mu kak?” tanya Ira.“Iya, kenapa?”“Kenapa yang itu tampan sekali?” kata Ira.“Sini aku kenalin ke dia nanti,” jawab Kakak Ira,Ira mengangguk.“Sini sini duduk dulu Ris,” kata teman kakak Ira.Ira pun duduk di samping kakaknya dan juga senior itu.“Kamu bawa siapa ini Ris kok cantik sekali?” tanya senior.“Ini adek aku, kenalin dulu ini Ira, dan Ira ini Alex senior kakak,” jawab Kakak Ira.“Halo kakak semua aku Ira adik nya kak Risti,” kata Ira.“Halo juga, senang bisa melihat adik Risti, kenapa beda sekali denganmu ris?” tanya Alex.“Ya bedalah, ak di bawah matahari terus dia di dalam kamar mulu,” jaw
Ira mencoba tidak menanyakan tentang parfum lagi pada Navi, Ira mencoba berpura-pura percaya padanya, karena pada dasarnya Ira sudah tahu jika Navi sudah menghianatinya.“Ira kamu terlihat sedikit pucat apa kamu sakit?” tanya Navi.“Tidak, hanya sedikit lelah saja,” jawab Ira.“Kalau berama aku kamu selalu lelah Ra, tapi kamu tadi bersama teman-temanmu sepertinya biasa aja,” kata Navi.“Kau mulai lagi Nav,” desah Ira yang kesal dengan perkataan Navi.“Tapi aku pikir memang begitu, kamu selalu lelah denganku,” jawab Navi semakin menjadi.“Emang beda kalau, sama temanku aku di sayangi, sedangkan bersamamu aku di hianati!” gumam Ira dalam hati.“Enggak Nav,” jawab Ira santai.“Udahlah aku tidak mau ribut sama kamu hari ini, karena aku hari ini rindu,” kata Navi.“Siapa juga yang pengen ribut sama kamu Nav, memang aneh ya kamu.”Navi pun terdiam sekejap.“Ya sudahhh ayo kita pergi keluar!” ajak Navi pergi dari rumah Ira.“Aku rasa badan ku tidak ingin pergi Nav, aku sedikit merasa lelah.”
Navi yang berfikir gelisah pun ingin segega pulang ke rumah dan menemui Ira. Dia tidak tahu mengapa saat bersama Dea dia malah selalu memikirkan Ira pada hari itu.“Navi sayang, habis ini kita mau kemana? Apa kamu mau pergi ke taman hiburan?” tanya Dea.Navi tidak merespon Dea, dia terus menatap teleponnya.“Sayang!” teriak Dea.Navi pun menoleh kearah suara yang memanggilnya itu.“Kenapa kamu berteriak aku kan jadi terkejut,” kata Navi merespon teriakan Dea.“Kamu berteriak balik denganku?” tanya Dea.“Maaf aku hanya terkejut saja,” jawab Navi.“Kenapa kamu hari ini tidak fokus kepadaku? Kenapa kamu selalu melihat layar HP dan juga melamun, aku kan sudah pernah bilang sama kamu, jika kita sedang pergi kamu jangan pernah mengabaikan aku, tapi hari ini dan baru kali ini kamu mengabaikan aku,” kata Dea.“Aku mengabaikan kamu? Kapan?” tanya Navi.“Kamu tidak menyadarinya? Apa yang ada di pikiran kamu sekarang?” tanya Dea.“Sudahlah kenapa kalian malah bertengkar?” tanya Nungki teman Dea.
Setelah pembicaraan mereka selesai, mereka memutuskan untuk pergi ke warung batagor yang selama ini menjadi langganan Ira.“Apa kalian keburu?” tanya Ira.“Tidak, kenapa Ra?” tanya Rani.“Kalau begitu aku ingin menlaktir kalian ke tempat batagor yang selalu aku datangi, apa kalian setuju?” tanya Ira.“Sepertinya aku yang harus menlaktir kalian deh,” sahut Mahli setelah melihat layar ponselnya.“Kenapa?” tanya Ira.“Apa ada kabar baik?” tanya Furkam.“Ya, aku sudah keterima di sekolahan yang aku inginkan, jadi ayo kita berangkat ke warung batagor,” kata Mahli.“Kamu lewat online?” tanya Ira.“Ya, karena aku mungkin tidak suka berdesak-desakan,” jawab Mahli.“Ya itulah kamu,” kata Ira.Mahli pun tersenyum dan mereka pun berangkat ke warung batagor dengan berbonceng-boncengan. Tak lupa Ira me
Sesampainya di rumah Navi pun segera mengirim pesan kepada Ira.[Ira, apa kau sudah tidur? Aku sudah sampai di rumah] kata Navi.[Aku belum tidur, tetapi aku sudah mau tidur] balas Ira.[Kalau begitu kamu tidurlah, mimpi yang indah ya] kata Navi.[Baiklah, kalau begitu kamu juga mimpi indah ya] balas Ira.Mereka berdua menghentikan percakapan mereka dan tidur hinga pagi datang. Ira pun bangun sebelum matahari terbit, dia bebersih ruang tamu dan selesai bebersh dia mandi dan makan pagi, setelah itu dia pun menyalakan musik agar kamarnya tidak merasa sepi.Dentingan pesan di HP Ira pun terdengar dengan nyaring bersamaan dengan alunan music yang Ira dengarkan.[Ira aku nanti jadi ke rumah kamu ya?] kata Rani.[Boleh, memang mau ngapain Ran?] balas Ira.[Mau main saja, kamu sudah sembuh bukan?] tanya Rani.[Sudah kok, kamu ke sini sama siapa?] tanya Ira.[Nanti kamu akan tahu jika aku sudah sampai] jawab Rani.
“Minumlah,” kata Ira.Navi pun mengangguk dan meminum air di depannya, juga makan camilan yang ada di depannya.“Besok temanmu datang?” tanya Navi.“Sepertinya iya,” jawab Ira.“Siapa?” tanya Navi.“Rani,” jawab Ira.“Hanya Rani saja?” tanya Navi.“Mungkin Iya, karena yang menghubungiku hanya Rani saja yang mau ke sini,” jawab Ira.“Oke lah, aku besok tidak bisa ke sini, aku harus pergi daftar sekolah sama teman-temanku,” kata Navi.Ira pun senyum sinis.“Baik, aku baru tahu liburan kelulusan sudah mau mendaftar sekolah,” jawab Ira.“Iya, karena aku mau masuk dengan tes Ra, jadi harus lebih awal,” kata Navi.“Ahhh iya aku lupa jika kamu kan anak pintar yang apa-apa harus nomor satu, tapi ingatlah dari sebuah hubungan kamu tidak akan selalu menjadi nomor satu jika kamu melakuka
“Memangnya aku bohong apa Ira?” tanya Navi.“Entah, hanya kamu yang tahu,” jawab Ira.“Jangan membuatku penasaran,” kata Navi.“Yang penting aku sudah tahu semuanya, aku akan menunggumu mengatakannya,” kata ra lirih.“Tahu apa memangnya?” tanya Navi.“Bukan apa-apa,” jawab Ira.“Apa aku boleh ke sana?” tanya Navi.“Untuk apa?” tanya Ira.“Aku merindukan kamu saja, aku ingin tahu keadaan kamu,” jawab Navi.“Aku baik-baik saja,” jawab Ira.“Apa aku tidak boleh ke sana? Apa aku tidak boleh menjenguk pacarku?” tanya Navi.“Boleh saja, tapi aku mungkin sedang tidak mood saja, jadi jka kamu ke sini aku tidak melayani dengan bak jangan salahkan aku ya,” kata Ira.“Baiklah aku akan ke sana nanti malam,” jawab Navi.“Emmm,” kata Ira.
Tidan pun kembali ke kamar Ira dan mendapati Ira sedang menatap HP dengan wajah sedih. Pelan-pelan Tidan pun mendekati Ira.“Jika kamu tidak tenang, lebih baik kamu hubungi dia saja,” kata Tidan.“Apa boleh?” tanya Ira.“Ikuti kata hatimu, aku yakin kamu ini orang yang tidak tegaan dengan orang lain,” kata Tidan.“Tapi kenapa dia tega?” tanya Ira.“Semua itu tergantung pada si laki-lakinya, jika dia menyayangimu dia tidak akan tega denganmu, mungkin Navi hanya sekedar gegabah?” kata Tidan.Ira pun diam saja dan menghela nafas panjang.“Ahhh sudahlah, kita makan dulu yuk! Aku sangat lapar, setelah ini kau hubungi Navi,” kata Tidan menarik tangan Ira.“Aku tidak lapar,” jawab Ira.“Kalau begitu temani aku makan, tidak mungkin aku makan sendirian bukan?” tanya Tidan.“Baiklah ayo,” kata Ira.Mereka pun k