“Navi terimakasih kamu sudah mau membantuku, aku akan sangat perhutang budi karena nama baikmu, maafkan aku yang membuat mu menjadi pacar pura-puraku hingga mungkin membuat orang yang kamu suka jadi kecewa, sekali lagi maafkan aku dan terimakasih..,” isi surat dari Ira.
Navi pun melihat kearah Ira dan tersenyum karena Yahes melihat Navi. Navi sedih karena hubungannya dengan Ira hanya kepalsuan, akhirnya Navi memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa sukanya melalui balasan surat.
“Yahes tolong berikan pada Ira ya, bilang kepadanya jika nanti pulang sekolah aku akan kerumahnya,” kata Navi meyakinkan Yahes
Yahes pun mengangguk dan tersenyum. Kemudian langsung berlari kearah meja Ira
“Ira ira lihat ini kau dapat balasan dari Navi selamat ya, dia bilang nanti pulang sekolah mau kerumahmu kau disuruh menunggu jadi urusanku sudah selesainya semoga kalian bahagia,” kata Yahes
“Baik terimakasih,” jawab Ira dan kembali menunduk.
“Ira coba dibaca dulu suratnya setelah baca baru boleh sedih,” saran Alala
“Tidak aku udah tau isinya pasti hanya membalas terimakasihku,” jawab Ira
Pelajaran terakhir pun dimulai Ira pun merasa penasaran dengan isi surat dari Navi, ia pun membuka surat itu dan membacanya.
“Ira walaupun hubungan ini menurutmu adalah palsu, tapi tidak menurutku karena aku sungguh menyukaimu, terserah apa kata orang tetapi aku ingin menjalin hubungan denganmu yang sesungguhnya, dibalik sifatku yang sering membuatmu jengkel itu hanya karena aku ingin mendapatkan perhatianmu, aku tidak pernah membencimu Ra. Ayo saling mengenal lebih dekat dan terus bersama-sama denganku. I Love You Ira,” isi surat dari Navi
Ira pun yang terkejut dengan isi surat tersebut tidak dapat berkata-kata ia hanya diam dan memasukan surat itu kedalam tasnya karena jam pulang sekolah telah tiba. Ira berjalan keluar tanpa melihat kemana-mana sampai depan pintu kelas ia melihat kearah Navi dan Navi pun tersenyum Ira semakin salah tingkah kemudian berlari keparkiran dan pulang.
Sampai dirumah Ira kembali membuka surat itu dan dibaca beberapa kali, Ira pun senang dan melompat kegirangan. Orang tuanya yang melihatnya pun bertanya
“Apa yang kau lakukan Ra? Apakah dapat nilai bagus?” Tanya Mama Ira
“Tidak ma, tidak ada apa-apa,”jawab Ira
“Ira dicari temanmu tu didepan.” teriak Papa Ira
“Siapa pa?” Tanya Ira
“Jangan-jangan dia beneran kesini,” dalam hati Ira mengira-ira
Surat itu ia simpan disaku celananya dan saat ia melihat keluar ternyata benar jika Navi didepan rumah.
“Navi kau beneran datang kesini? Kenapa?” Tanya Ira
“Aku mau memastikan suratku sudah kau baca?” Tanya Navi
“Oh..suratnya sudah aku baca kok, bercandamu tidak lucu Navi,” jawab Ira yang mengira Navi hanya bermain-main saja.
“Kamu masih tidak percaya denganku Ra? Lalu bagaimana biar kamu percaya jika aku benar-benar ingin bersamamu?” Tanya Navi.
“Kalau begitu tangkap kupu-kupu berwarna kuning masukin kedalam toples lalu bawa ke aku, hehe,” jawab Ira dengan candaan
“Aku pulang dulu,” jawab Navi
Ira mengira Navi marah padanya tetapi ternyata tidak.
Dihari minggu pagi Navi pun datang kerumah Ira dengan membawa kupu-kupu itu.
“Navi kamu beneran cari ini kupu-kupu?” Tanya Ira terkejut
“Ya sekarang kau menerimaku kan?” Tanya Navi balik
“Tapi aku kemarin hanya bercanda saja lo Nav, walaupun kamu tidak cari ini kupu-kupu tetap saja aku juga menyukai kamu,” jawab Ira sepontan
Navi pun tidak banyak kata langsung memeluk Ira. Dan mereka pun resmi berpacaran di usia muda.
Hari-hari pun mereka lewati dengan indah. Tetapi hubungan mereka terhalang oleh restu dari nenek Ira. Nenek Ira tidak merestui hubungan mereka walaupun itu hanya hubungan masa kecil dan belum tentu juga berhasil.
“Kau mau kemana Ra?” Tanya nenek Ira
“Main sama Navi nek,” jawab Ira
“Navi? Siapa?” Tanya nenek lagi
“Temen sekolah nek,” jawabnya
“bagus jika hanya temen, kamu masih kecil fokuslah belajar jangan main cinta,” kata nenek
“Tapi dia penyemangatku belajar nek,” jawab Ira
“Kamu tidak akan bisa bersama dengan dia, kalian ibarat kan cebol gayuh lintang, langit sama bumi. Kau anak orang tak punya sedangkan dia anak orang kaya, nenek tidak akan suka kamu dengan dia,” kata nenek dengan wajah sedikit marah
“Nenek lalu kenapa? Memangnya cinta memandang hal yang seperti itu?” Tanya Ira
“Tentu saja, pokoknya tidak akan pernah nenek menyetujui hubungan kamu maupun itu cinta monyet atau apalah itu nenek tidak suka,” kata nenek semakin melarangnya.
Ira pun pergi meninggalkan neneknya yang masih marah-marah itu.
“Ira rajin belajar hanya karena malu jika nilainya jelek, karena Navi selalu memiliki nilai yang baik, biarkan saja dia, anggap saja itu adalah semangatnya untuk belajar, sebentar lagi juga ujian kenaikan kelas 6, mereka juga tidak akan satu sekolah lagi jika sudah lulus SD,” kata mama memberi pengertian pada nenek.
“Terserah kamu saja,” jawab nenek
Ira terus memikirkan perkataan dari neneknya itu. Karena perkataan neneknya membuatnya semakin ragu hingga ia memberanikan diri bertanya kepada Navi melalui pesan.
“Navi aku ingin bicara denganmu,” tanya Ira
“Tanya apa?” Jawab Navi
“Sebenarnya apakah kamu benar-benar menyukaiku? Apa yang kamu suka dari ku?” Tanya Ira
“Kenapa kau Tanya begitu, jika aku bersamamu aku selalu merasa senang dan nyaman, apakah cinta memiliki alas an?” Jawab Navi
“Tidak hanya saja aku menyadari sesuatu, kau ini anak yang pintar dan juga punya segalanya, sedangkan aku orang yang sangat bodoh dan tidak punya apa-apa, apa tidak kamu pikir sekali lagi jika ingin bersamaku?” Kata Ira
“Sudahlah kita jalani dulu saja seperti ini jangan pikirkan hal yang lainnya, aku tidak pernah memandang dari hal seperti itu,” jawab Navi
Ira pun percaya dan tidak pernah membahasnya lagi. Hari-hari Ira pun terasa menyenangkan.
Ujian kenaikan kelas pun dimulai Ira pun mengerjakan tanpa ragu karena menurutnya ia sudah berusaha sebaik mungkin. Setelah mereka selesai ujian sekolah pun mengeluarkan surat edaran bahwa sekolah akan mengadakan penggabungan sekolah. Pada akhirnya sekolahan Ira saat ini akan digabungkan menjadi satu dengan sekolahan lain yang tak jauh dari sekolahan Ira. Sudah keputusan dari pemimpin didaerahnya untuk segera menggabungkan kedua sekolahan itu. Sekolah memutuskan untuk pindah setelah liburan kenaikan kelas.
Liburan sekolah pun tiba. Hari-hari Ira masih sama seperti biasanya Ira tidak pernah kehilangan satu haripun bersama Navi karena setiap harinya Navi selalu datang dan bermain dengan Ira. Setiap hari minggu mereka naik gunung dan menjadi kebiasaan mereka untuk menaiki gunung.
“Ira besok naik gunung lagi yuk?” Ajak Tidan yang tiba-tiba masuk kekamar Ira
“Ngapain kamu kesini?” Jawab Ira terkejut
“Dirumah bosen jadi kesini aja nemenin adikku ini,” jawab Tidan
“Dasar….. kakakmu belum pulang?” Tanya Ira
“Belum pulang nanti jam 5 katanya, Navi ngk kesini? Tumben,” jawab Tidan sampil tiduran membaca comik milik Ira.
“Enggak besok juga kan ketemu,” kata Ira
“Jadi besok mau kan?” Tanya Tidan memastikan
“Siappp aku mau-mau aja,” jawab Ira
“Yang lain kamu yang ajak ya, jangan lupa Alala di ajak juga,” jawab Tidan
“Baik,,baik nanti aku ajak mereka, ada niat terselubung nihhh,” kata Ira
“Ya sedikit sih,, hehe. Ngomong-ngomong kamu dirumah hanya membaca kayak ginian?” Tanya Tidan
“Iya lah mau ngapain lagi, kalau mau ceramah disini tidak diterima lebih baik kau pulang saja,” jawab Ira sebelum mendapat ceramah dari kakak sepupunya yang sok dewasa itu.
“Itu kan demi kebaikan kamu juga, dari pada membaca ini kan lebih baik kamu belajar matematika, kamu kan tak bisa matematika.” ejeknya
“Kau,,,,, jadi kamu bisa matematika kan? Sekarang coba kamu kerjakan dan ajari aku biar adikmu ini pintar kayak kamu,” jawab Ira yang kesal dan mengejek nya
“Jika sudah begini aku pulang sajalah sudah jam 16.30 kakakku juga sebentar lagi pulang bye Ira,” jawab Tidan berlari
“Dasar kau,,sama-sama tidak bisa juga cerewet sekali,” gumam Ira kesal
“Kalian kenapa sih, kalau bersama berantem mulu tidak bisakah kalian akur,” kata Mama Ira yang melihat mereka selalu berantem.
“Tanya Tidan sendiri, seperti sudah tua aja tukang ceramah,” jawab Ira
“Ya memang dia lebih tua dari kamu kan? Sedikit,” jawab Mamanya
Ira diam dan melanjutkan membaca. Tak lama setelah itu Handphone Ira pun berbunyi ternyata pesan dari Navi.
“Kamu sedang apa Ira?” Tanya Navi
“Baca komic Nav,” balasnya
“Ohhh ya Nav tadi Tidan kerumahku ngajakin besok naik gunung lagi, apa kamu mau?” Lanjut Ira bertanya
“Tentu saja mau, besok kalau aku belum bangun telpon ya Ra,” jawab Navi
“Baiklah. Ya sudah aku mau mandi dulu,” kata Ira
“Oke selamat mandi,” jawab Navi.
Hari sudah malam Ira bersiap untuk tidur karena takut jika besok kesiangan karena harus bangun pagi untuk naik gunung. Ira pun memasang Alarm dan segera tidur.Keesokan harinya Ira pun bangun pukul 04.00 dan bersiap-siap, Handphone Ira pun berbunyi ternyata itu tlpon dari teman-temannya.“Halo Ira kau sudah bangun?” Tanya Alala“Belum.” Jawab Ira“Kalau belum kenapa bisa angkat telpon aku?” Tanya Alala lagi“Kamu gimana lo ya aku jelas sudah bangun to sudah angkat telpon kamu juga kok.” Jawab Ira“Ya sudah aku mau ketempat Icus dulu.” Kata AlalaAlala pun mematikan telponnya. Ira pun segera menghubungi Navi, tetapi berkali-kali sudah dihubungi tidak juga diangkat.“Baiklah Navi kamu membuatku malas naik gunung, kamu udah tau kalau kesiangan ngk asyik dong.” Gumam Ira sambil terus menelpon Navi.“Halo, siapa ini?” Kata Navi m
Setelah sampai di rumah Ira pun bebersih diri, setelah bebersih Ira pun teringat akan kejadian tadi yang penuh dengan rintangan dan bagaima usaha mereka untuk tetap bertahan.Kejadian hari itu membuat Ira dan teman-teman yang lainnya merasa tidak akan pernah lupa dan akan selalu mengingatnya sampai tua, momen dimana mereka semua saling membatu dan mengetahui betapa pentingnya seorang sahabat disamping kita.Hari masuk kesekolah baru pun tiba. Bukan hanya sekolahan saja yang baru tetapi teman juga baru dan bertambah banyak. Dimasa kelas enam ini Ira mengalami banyak masalah, banyak teman yang tidak menyukainya di kelasnya tetapi Ira tetap selalu bersyukur karena masih memiliki teman setia di hidupnya.Saat setelah semuanya berkenalan dan memiliki teman baru Ira tidak lagi duduk sendirian ia duduk dengan teman barunya.“Wah Ira kau sekarang tidak duduk sendirian?” Tanya Irsab“Bagaimana lagi tempat duduknya kan s
Sesampainya dirumah Ira pun diam di dalam kamar. Tak lama setelah itu Tidan datang.“Ira aku masuk ke kamar ya.” Kata Tidan memanggil dan masuk ke kamar IraIra hanya duduk di atas kasur.“Tidan, apa memang hubunganku dan Navi tidak bisa dilanjutkan ya? Banyak orang yang menyukainya karena memang dia anak yang pintar tak pantas jika bersamaku.” Kata Ira yang tiba-tiba berkata seperti itu“Sebenarnya memang seperti itu sih dari dulu kan aku sudah bilang hubungan kalian tidak akan awet karena masih terlalu kecil untuk pacaran.” Jawab Tidan tanpa berfikir“Tidan kau memang benar-benar tidak ada hati.” Jawab Ira menagis“Sudah-sudah baiklah tidak ceramah lagi, soal kamu dan Navi pikirkan saja sendiri tapi lebih baik kamu focus ke ujian kelulusan saja agar tetap bisa bersama dengan Navi.” Kata Tidan mencoba menenangkan Ira“Belajar ataupun tidak aku tidak akan pernah bisa be
Setelah sampai dirumah Ira pun duduk di atas pohon yang tumbang didepan rumahnya sambil mendengarkan suara angin disore hari.Tidak diduga Navi pun datang dari arah barat memakai sepeda yang biasanya ia naiki. Ira pun tersenyum melihat Navi yang datang.“Apa kamu menungguku Ira?” Tanya Navi“Tidak, kamu kok ke-GRan sih?” Jawabnya sambil tersenyum“Ada apa? Kenapa kamu duduk melamun disini, nanti kamu sakit lo kena angin.” Lanjut Navi“Navi, apa kita akan tetap bersama walaupun jarak antara kita?” Tanya Ira ragu“Maksud kamu?” Jawab Navi yang tidak paham“Setelah lulus di SD aku berencana untuk pisah dengan kalian, aku tidak berencana untuk satu sekolahan lagi dengan teman kelas kita yang sekarang, aku sudah tidak ingin dikucilkan karena kamu.” Jelas Ira“Jika memang itu yang terbaik untukmu kenapa tidak? Aku pasti akan selalu mendukungmu kok.” J
Hari pertama masuk sekolah menengah pertama, Ira memasuki kelas menurut nama yang sudah ditempelkan di papan pengumuman, sayangnya Tidan tidak satu kelas dengan Ira. “Hai, namaku Anna, nama kamu siapa?” Tanya teman dibelakang mejanya. “Namaku Ira.” Jawab Ira “Ohh ya ini teman sebangku ku, Fitri mari berteman?” Lanjut Anna. “Baik, kalau begitu kita berteman ya.” Jawab Ira Mereka bertiga pun menjadi teman selama satu minggu, karena ada pengacakan kelas jadi mereka terpisah tidak jadi satu kelas lagi. Kelas di bagi menjadi 6 kelas. Ira masuk ke kelas G, Anna dan Fitri ke kelas C, sedangkan Tidak ada di kelas B. kelas diacak tidak menurut nilai melainkan hanya pengacakan biasa. Hanya kelas A yang menjadi pengecualian. “Hai, Namaku Rani.” Kata teman kelas di samping meja Ira “Ehh hai, aku Ira.” Jawab Ira “Mulai haru ini kita berteman ya.” Lanjut Rani Ira pun mengangguk dan tersenyum senang karena dimana pun Ira berad
Tettt….tet……. Bel istirahat kedua pun berbunyi. Ira langsung mengambil HPnya dan menelpon Navi.“Maaf Nomor yang anda tuju tidak menjawab, silahkan tinggalkan pesan setelah nada berikut…” (Suara operator HP)“Nav kenapa tidak diangkat aku mau jelasin ke kamu, tolong jangan salah paham dulu, angkat teleponnya.” Gumam IraFurkam yang melihat kegelisahan Ira pun merasa bersalah.Ira pun menulis pesan.“Nav, tadi itu adalah teman ku yang usil kamu jangan salah paham aku tidak pernah menghianati kamu, dia juga sudah minta maaf Nav, kalau perlu dia yang jelaskan ke kamu gimana?” Kirim IraNavi pun tidk membalas pesan Ira.“Navi, mari bicara lagi sebentar, jangan diem gini kamu tahu kan kalau aku itu mencintai kamu dan hanya kamu saja, jadi tidak mungkin aku punya kekasih lain.” Kirim Ira lagiNavi juga tidak membalasnya. Ira terus menerus menelepon Navi tetap
Ira menghubungi Alala.“Halo, Alala kamu dimana sekarang?” Tanya Ira“Tempat penjual batagor nih deket SD lama, kamu mau kesini kah Ra? Apa sudah selesai masalahnya?” Tanya Alala“Aku dan Navi nyusul kesana ya, ada siapa saja disana?” Tanya Ira lagi“Biasa, aku, Icus, Tidan, Guntur.” Jawab Alala“Wah kalian niatnya memang mau doble date ya?” Kata Ira menggoda Alala“Biasalah heheh.” Jawab Alala tertawaIra pun kemudian pergi ketempat yang sudah diberi tahu oleh Alala. Sesampainya disana Ira pun disambut dengan senang hati oleh penjualnya, yang sudah mengetahui hubungan Ira dan Navi sejak masih sekolah dasar.“Wahhh pasangan lama datang nih, mau minum apa biar aku buatin?” Kata penjual batagor.“Apa saja boleh yang penting rasa permen karet ya mb.” Jawab Ira“Baiklah, Navi mau apa?” Tanya penjual batagor
Keesokan harinya Ira berangkat lebih awal karena ada jadwal piket.“Wah kenapa hari ini aku rajin sekali, dimana yang piket? Apakah aku piket sendiri?” Gumam Ira lirih sambil berjalan kearah jadwal piket.“Pagi Ira, kamu piket denganku hari ini?” Sapa Furkam yang menghentikan langkah Ira.“Ohhh.” Jawab Ira cuek“Wahhh singkat sekali.” Kata Furkam“Hanya kita berdua?” Tanya Ira“Tidak, aku rasa ada empat orang.” Jawab Furkam“Kenapa mereka belum datang?” Tanya Ira lagi“Entah, aku juga tidak tahu, mungkin kesiangan.” Jawab Furkam“Ya sudah mereka nanti biar piket pulang sekolah saja, kita lakukan berdua pagi ini.” Kata Ira yang membuat Furkam terkejut.“Tunggu,,kamu dari tadi ngajakin aku ngobrol? Ngajak piket berdua? Udah tidak marah lagi dengan ku?” Tanya Furkam heran.“Kalau masih
Satu tahun pun berlalu, satu tahun pula Ira dekat dengan Alex. Tak terasa Ira sudah menginjak kelas dua sekolah menengah atas. Hari ini Ira ada rencana main bersama dengan teman-temannya ke sebuah mall dekat sekolahannya. Sesampainya di Mall mereka pun bermain dan berjalan-jalan masih menggunakan seragam sekolah.Setelah lelah bermain Ira dan teman-temannya pun duduk diam di depan time zone, saat sedang melihat ke kanan dan ke kiri Ira melihat seseorang yang sangat mirip dengan Navi sedang berjalan dengan seorang wanita, tadi nya Ira merasa bukan Navi, karena baru saja Navi bilang dia sedang di rumah dan ingin beristirahat, tetapi setelah di lihat dengan teliti lagi ternyata benar dia adalah Navi, Ira pun mengikuti mereka agar lebih memastikan lagi, teman Ira pun terhera melihat tingkah Ira yag tiba-tiba berjalan tanpa tujuan.“Ira, kau lagi ngapain sih?” tanya Rani.Ira tidak meresponnya dan terus melangkah kan kaki mengikuti satu titik mata melihat.“Kamu mau kemana sih Ra?” tanya R
Kakak Ira mengajak Ira main ke rumah seniornya yang rumahnya lumayan jauh dari rumah mereka. Sesampainya di rumah senior, mereka pun di sambut dengan sorakan yang menggelegar di telinga Ira, karena sebelum ini dia tidak pernah memiliki teman yang seramai ini.“Jangan kaget ya Ra, di sini memang seperti ini,” kata Kakak Ira.“Tenang saja, aku akan membiasakan diri, tapi itu semua senior mu kak?” tanya Ira.“Iya, kenapa?”“Kenapa yang itu tampan sekali?” kata Ira.“Sini aku kenalin ke dia nanti,” jawab Kakak Ira,Ira mengangguk.“Sini sini duduk dulu Ris,” kata teman kakak Ira.Ira pun duduk di samping kakaknya dan juga senior itu.“Kamu bawa siapa ini Ris kok cantik sekali?” tanya senior.“Ini adek aku, kenalin dulu ini Ira, dan Ira ini Alex senior kakak,” jawab Kakak Ira.“Halo kakak semua aku Ira adik nya kak Risti,” kata Ira.“Halo juga, senang bisa melihat adik Risti, kenapa beda sekali denganmu ris?” tanya Alex.“Ya bedalah, ak di bawah matahari terus dia di dalam kamar mulu,” jaw
Ira mencoba tidak menanyakan tentang parfum lagi pada Navi, Ira mencoba berpura-pura percaya padanya, karena pada dasarnya Ira sudah tahu jika Navi sudah menghianatinya.“Ira kamu terlihat sedikit pucat apa kamu sakit?” tanya Navi.“Tidak, hanya sedikit lelah saja,” jawab Ira.“Kalau berama aku kamu selalu lelah Ra, tapi kamu tadi bersama teman-temanmu sepertinya biasa aja,” kata Navi.“Kau mulai lagi Nav,” desah Ira yang kesal dengan perkataan Navi.“Tapi aku pikir memang begitu, kamu selalu lelah denganku,” jawab Navi semakin menjadi.“Emang beda kalau, sama temanku aku di sayangi, sedangkan bersamamu aku di hianati!” gumam Ira dalam hati.“Enggak Nav,” jawab Ira santai.“Udahlah aku tidak mau ribut sama kamu hari ini, karena aku hari ini rindu,” kata Navi.“Siapa juga yang pengen ribut sama kamu Nav, memang aneh ya kamu.”Navi pun terdiam sekejap.“Ya sudahhh ayo kita pergi keluar!” ajak Navi pergi dari rumah Ira.“Aku rasa badan ku tidak ingin pergi Nav, aku sedikit merasa lelah.”
Navi yang berfikir gelisah pun ingin segega pulang ke rumah dan menemui Ira. Dia tidak tahu mengapa saat bersama Dea dia malah selalu memikirkan Ira pada hari itu.“Navi sayang, habis ini kita mau kemana? Apa kamu mau pergi ke taman hiburan?” tanya Dea.Navi tidak merespon Dea, dia terus menatap teleponnya.“Sayang!” teriak Dea.Navi pun menoleh kearah suara yang memanggilnya itu.“Kenapa kamu berteriak aku kan jadi terkejut,” kata Navi merespon teriakan Dea.“Kamu berteriak balik denganku?” tanya Dea.“Maaf aku hanya terkejut saja,” jawab Navi.“Kenapa kamu hari ini tidak fokus kepadaku? Kenapa kamu selalu melihat layar HP dan juga melamun, aku kan sudah pernah bilang sama kamu, jika kita sedang pergi kamu jangan pernah mengabaikan aku, tapi hari ini dan baru kali ini kamu mengabaikan aku,” kata Dea.“Aku mengabaikan kamu? Kapan?” tanya Navi.“Kamu tidak menyadarinya? Apa yang ada di pikiran kamu sekarang?” tanya Dea.“Sudahlah kenapa kalian malah bertengkar?” tanya Nungki teman Dea.
Setelah pembicaraan mereka selesai, mereka memutuskan untuk pergi ke warung batagor yang selama ini menjadi langganan Ira.“Apa kalian keburu?” tanya Ira.“Tidak, kenapa Ra?” tanya Rani.“Kalau begitu aku ingin menlaktir kalian ke tempat batagor yang selalu aku datangi, apa kalian setuju?” tanya Ira.“Sepertinya aku yang harus menlaktir kalian deh,” sahut Mahli setelah melihat layar ponselnya.“Kenapa?” tanya Ira.“Apa ada kabar baik?” tanya Furkam.“Ya, aku sudah keterima di sekolahan yang aku inginkan, jadi ayo kita berangkat ke warung batagor,” kata Mahli.“Kamu lewat online?” tanya Ira.“Ya, karena aku mungkin tidak suka berdesak-desakan,” jawab Mahli.“Ya itulah kamu,” kata Ira.Mahli pun tersenyum dan mereka pun berangkat ke warung batagor dengan berbonceng-boncengan. Tak lupa Ira me
Sesampainya di rumah Navi pun segera mengirim pesan kepada Ira.[Ira, apa kau sudah tidur? Aku sudah sampai di rumah] kata Navi.[Aku belum tidur, tetapi aku sudah mau tidur] balas Ira.[Kalau begitu kamu tidurlah, mimpi yang indah ya] kata Navi.[Baiklah, kalau begitu kamu juga mimpi indah ya] balas Ira.Mereka berdua menghentikan percakapan mereka dan tidur hinga pagi datang. Ira pun bangun sebelum matahari terbit, dia bebersih ruang tamu dan selesai bebersh dia mandi dan makan pagi, setelah itu dia pun menyalakan musik agar kamarnya tidak merasa sepi.Dentingan pesan di HP Ira pun terdengar dengan nyaring bersamaan dengan alunan music yang Ira dengarkan.[Ira aku nanti jadi ke rumah kamu ya?] kata Rani.[Boleh, memang mau ngapain Ran?] balas Ira.[Mau main saja, kamu sudah sembuh bukan?] tanya Rani.[Sudah kok, kamu ke sini sama siapa?] tanya Ira.[Nanti kamu akan tahu jika aku sudah sampai] jawab Rani.
“Minumlah,” kata Ira.Navi pun mengangguk dan meminum air di depannya, juga makan camilan yang ada di depannya.“Besok temanmu datang?” tanya Navi.“Sepertinya iya,” jawab Ira.“Siapa?” tanya Navi.“Rani,” jawab Ira.“Hanya Rani saja?” tanya Navi.“Mungkin Iya, karena yang menghubungiku hanya Rani saja yang mau ke sini,” jawab Ira.“Oke lah, aku besok tidak bisa ke sini, aku harus pergi daftar sekolah sama teman-temanku,” kata Navi.Ira pun senyum sinis.“Baik, aku baru tahu liburan kelulusan sudah mau mendaftar sekolah,” jawab Ira.“Iya, karena aku mau masuk dengan tes Ra, jadi harus lebih awal,” kata Navi.“Ahhh iya aku lupa jika kamu kan anak pintar yang apa-apa harus nomor satu, tapi ingatlah dari sebuah hubungan kamu tidak akan selalu menjadi nomor satu jika kamu melakuka
“Memangnya aku bohong apa Ira?” tanya Navi.“Entah, hanya kamu yang tahu,” jawab Ira.“Jangan membuatku penasaran,” kata Navi.“Yang penting aku sudah tahu semuanya, aku akan menunggumu mengatakannya,” kata ra lirih.“Tahu apa memangnya?” tanya Navi.“Bukan apa-apa,” jawab Ira.“Apa aku boleh ke sana?” tanya Navi.“Untuk apa?” tanya Ira.“Aku merindukan kamu saja, aku ingin tahu keadaan kamu,” jawab Navi.“Aku baik-baik saja,” jawab Ira.“Apa aku tidak boleh ke sana? Apa aku tidak boleh menjenguk pacarku?” tanya Navi.“Boleh saja, tapi aku mungkin sedang tidak mood saja, jadi jka kamu ke sini aku tidak melayani dengan bak jangan salahkan aku ya,” kata Ira.“Baiklah aku akan ke sana nanti malam,” jawab Navi.“Emmm,” kata Ira.
Tidan pun kembali ke kamar Ira dan mendapati Ira sedang menatap HP dengan wajah sedih. Pelan-pelan Tidan pun mendekati Ira.“Jika kamu tidak tenang, lebih baik kamu hubungi dia saja,” kata Tidan.“Apa boleh?” tanya Ira.“Ikuti kata hatimu, aku yakin kamu ini orang yang tidak tegaan dengan orang lain,” kata Tidan.“Tapi kenapa dia tega?” tanya Ira.“Semua itu tergantung pada si laki-lakinya, jika dia menyayangimu dia tidak akan tega denganmu, mungkin Navi hanya sekedar gegabah?” kata Tidan.Ira pun diam saja dan menghela nafas panjang.“Ahhh sudahlah, kita makan dulu yuk! Aku sangat lapar, setelah ini kau hubungi Navi,” kata Tidan menarik tangan Ira.“Aku tidak lapar,” jawab Ira.“Kalau begitu temani aku makan, tidak mungkin aku makan sendirian bukan?” tanya Tidan.“Baiklah ayo,” kata Ira.Mereka pun k