Hari sudah malam Ira bersiap untuk tidur karena takut jika besok kesiangan karena harus bangun pagi untuk naik gunung. Ira pun memasang Alarm dan segera tidur.
Keesokan harinya Ira pun bangun pukul 04.00 dan bersiap-siap, Handphone Ira pun berbunyi ternyata itu tlpon dari teman-temannya.
“Halo Ira kau sudah bangun?” Tanya Alala
“Belum.” Jawab Ira
“Kalau belum kenapa bisa angkat telpon aku?” Tanya Alala lagi
“Kamu gimana lo ya aku jelas sudah bangun to sudah angkat telpon kamu juga kok.” Jawab Ira
“Ya sudah aku mau ketempat Icus dulu.” Kata Alala
Alala pun mematikan telponnya. Ira pun segera menghubungi Navi, tetapi berkali-kali sudah dihubungi tidak juga diangkat.
“Baiklah Navi kamu membuatku malas naik gunung, kamu udah tau kalau kesiangan ngk asyik dong.” Gumam Ira sambil terus menelpon Navi.
“Halo, siapa ini?” Kata Navi mengangkat telpon dari Ira.
“Ira, kamu belum bangun?” Tanya Ira dengan nada sedikit marah
“Sudah, ini udah mau siap-siap kok aku tunggu di depan gang ya.” Jawab Navi terkejut dan langsung berdiri dari tempat tidur.
“Oke aku jalan sekarang.” Jawab Ira
Saat Ira keluar rumah Icus dan Alala pun sudah ada di depan rumah, dan sekarang mereka berjalan kerumah Tidan. Ternyata Tidan juga sudah ada di depan rumah menunggu mereka, kemudian mereka segera berjalan tempat Navi menunggu, Navi pun tiba saat mereka juga tiba, terakhir mereka menghampiri Guntur. Mereka sudah siap dan menuju kea rah gunung.
“Alangkah serunya jika Irsab, Dasra, dan Nasah ikut pasti rame.” Ujar Ira
“Iya rame, tapi rame dengan Navi karena kamu.” Jawab Tidan
“Maksudmu apa sih?” Tanya Ira
Tidan pun ingin menjawab pertanyaan Ira tetapi Navi memotong pembicaraan itu karena Navi sudah tau jika Tidan mengetahui jika Irsab memiliki rasa dengan Ira.
“Kalau memang seru mengapa kamu tidak mengajaknya?” Kata Navi memotong pembicaraannya dengan Tidan
“Tidak, dia selalu posesif aku tidak boleh ini itu jadi ya sudah lah biarkan dia istirahat.” Jawab Ira tanpa memikirkan hatinya Navi.
“Ohhhhhhh.” Jawab Navi kesal dan merasa cemburu.
“Navi kau marah?” Tanya Ira
“Kamu sangat peduli dengan Irsab? Menurutmu aku itu apa sih?” Tanya Navi pada Ira yang membuat yang lainnya terdiam dan tidak ingin ikut campur.
“Aduhhh Navi cemburu, ayo kita berjalan didepan biarkan mereka berbicara.” Kata Tidan mengajak yang lainnya berjalan didepan Ira.
“Bukan gitu Nav, Irsab itu teman ku dari masa kanak-kanak dia sudah menjaga aku dari kecil jadi wajar saja kan aku dan dia dekat, kalau kamu kan pacarku jadi beda.” Jawab Ira menjelaskan.
“Kalau begitu bolehkah aku minta kamu jangan terlalu deket dengan dia?” Tanya Navi
“Tidak Nav, sudah lah jangan di bahas lagi ya.” Jawab Ira tegas
“Baik, tapi memang kamu itu tidak pernah peka.” Jawab Navi
Mereka pun diam tanpa bersuara hingga sampai keatas gunung.
“Wahhhh bunganya bagus sekali.” Kata Ira
“Benar Ra, kecil-kecil imut sekali.” Lanjut Alala
“Ayo kita petik.” Ajak Icus.
Ira pun langsung mencoba meraih bunga itu tetapi sedikit jauh dari tangan Ira.
“Kamu gila ya Ira, kalau kamu jatuh nanti kita bagaimana?” Kata Navi menarik tanggan Ira yang hapir jatuh kejurang.
“Terimakasih Navi.” Jawab Ira syok
“Biarkan aku saja.” Kata Navi
“Hati-hati.” Jawab Ira khawatir
Navi pun berhasil mengambil bunganya.
“Ini buat kamu.” Kaa Navi dan memberikan bunga itu.
“Kita mana Nav?” Tanya Alala
“Ambil sendiri-sendiri tuhhh para pangeran kamu suruh ambilin.” Jawab Navi menggoda mereka
“Sudah lah tidak usah di ambil berbahaya.” Kata Icus
Ira pun tersenyum dan terus memandang Navi yang berani mengambilkan bunga itu untuknya.
“Bagaimana kalau kita naik sedikit lagi yuk, jangan hanya sampai sini aku penasaran nih diatas sana ada apa.” Ajak Guntus untu naik melebihi biasanya.
Mereka pun setuju dengan ajakan Guntur dan memutuskan untuk lebih naik ke gunung paling atas. Waktu pun sudah pukul 08.00 mereka sudah sampai atas gunung.
“Kita turun yuk sudah jam delapan nih.” Ajak Ira
“Bagaimana kalau kita turun tappi tidak melewati jalan tadi, kayaknya lebih cepat jika kita turun lewat sawah-sawah ini deh.” Kata Guntur
“Ayo kita coba saja, kalau lewat jalan naik tadi memang sangat jauh.” Jawab Navi.
Mereka pun memotong jalan dan melewati sesawahan yang ada di gunung itu. Tak lama setelah itu mereka merasa jika mereka tersesat. Tetapi mereka tetap berjalan menelusuri jalanan.
“Aaaaaaaa tolong aku.” Tiba-tiba Icus berteriak
Guntur yang melihatnya pun langsung berlari dan memegangi tangan Icus.
“Tidak papa ada aku, ayo naik pelan-pelan.” Kata Guntur
“Terimakasih Guntur.” Kata Icus sambil menangis
“Sudah-sudah jangan menangis kamu sudah tidak papa, ayo gandeng tanganku saja.” Kata Guntur menenangkan Icus
Ternyata Icus terpeleset dan terjatuh Icus hanya memegangi pohon setinggi 5 cm jika tidak segera di tolong Icus pasti jatuh ke bawah jurang. Disisi lain ternyata Ira juga terpeleset dan hanya berpegangan tanah yang sedikit lagi ia terjatuh kedalam jurang.
“Ahhhhhh.” Teriak Ira
Navi yang berada di sampingnya itu langsung memegang tangan Ira yang sedang berusahan naik dengan memegang tanah.
“Ira pegang tanganku.” Kata Navi
Ira pun memegang tangan Navi dengan kuat, Navi pun berhasil menarik Ira naik ke atas. Navi kemudian langsung memeluk Ira.
“Kamu tidak papa? Apakah ada yang sakit?” Tanya Navi yang sangat khawatir.
“Tidak papa hanya lecet saja, Navi terimakasih jika tadi kamu tidak menarikku aku pasti sudah jatuh ke jurang.” Jawab Ira
“Lebih baik kalian jagain para wanita di sampingnya gandeng mereka, jalanan disini sangat berbahaya jangan sampai ada yang jatuh lagi.” Kata Navi mengarahkan agar Tidan dan Guntur menjaga Alala dan Icus.
Mereka pun melanjutkan perjalanan yang banyak rintangannya. Disaat berjalan mereka menemukan jalan yang sangat licin dan menurun, Tidan pun mengawali berjalan kebawah dan Alala mengikutinya tetapi Alala terpeleset hingga jatuh kepelukan Tidan. Mereka yang melihat kemesraan itupun tersenyum.
“Ira pegang tanganku, jangan sampai lepas ya nanti jatuh kayak Alala.” Kata Navi memperingatkan Ira
Gunturpun juga memegangi Icus yang masih terlihat takut. Setelah melewati jalanan itu mereka memutuskan untuk beristirahat.
“Kita duduk disini dulu, istirahat sebentar.” Kata Navi
“Navi kamu tidak papa kan?” Tanya Ira
“Aku kelelahan Ira kita berhenti sebentar ya.” Jawab Navi dengan nafas terengah-engah
Wajah Navi terlihat sangat pucat air yang mereka bawa juga sudah habis. Mereka semua kelelahan.
Setelah beristirahat 15 menit mereka melanjutkan perjalanan. Saat perjalanan mereka harus melompat agar bisa dapat jalan menuju jalan raya, satu persatu pun melompat, hingga Navi menjadi pelompat terakhir tetapi Navi terjatuh.
“Naviii…” Teriak Ira yang sudah jalan didepan Navi
“Navi kamu tidak papa?” Tanya Ira
“Tidak tapi, kakiku sedikit sakit karena berjalan terlalu lama.” Jawab Navi.
“Kamu masih bisa kan melanjutkan berjalan? Sebentar lagi kita sampai jalan raya.
“Ayo, aku akan memapah Navi.” Jawab Ira
Merekapun berjalan dengan hati-hati, setelah berjalan sedikit jauh mereka pun sampai di jalan raya.
“Sebentar kamu tunggu disini dulu Nav.” Kata Ira
Ira pun berlari menuju sebuah toko dan membelikan air putih untuk Navi. Setelah merasa lebih baik mereka melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah masing-masing.
“Kamu hati-hati ya Nav sampai ketemu disekolahan baru besok.” Pamit Ira
Navi pun mengangguk dan mereka berpisah tepat pukul 10.00 mereka sampai dirumah masing-masing.
Setelah sampai di rumah Ira pun bebersih diri, setelah bebersih Ira pun teringat akan kejadian tadi yang penuh dengan rintangan dan bagaima usaha mereka untuk tetap bertahan.Kejadian hari itu membuat Ira dan teman-teman yang lainnya merasa tidak akan pernah lupa dan akan selalu mengingatnya sampai tua, momen dimana mereka semua saling membatu dan mengetahui betapa pentingnya seorang sahabat disamping kita.Hari masuk kesekolah baru pun tiba. Bukan hanya sekolahan saja yang baru tetapi teman juga baru dan bertambah banyak. Dimasa kelas enam ini Ira mengalami banyak masalah, banyak teman yang tidak menyukainya di kelasnya tetapi Ira tetap selalu bersyukur karena masih memiliki teman setia di hidupnya.Saat setelah semuanya berkenalan dan memiliki teman baru Ira tidak lagi duduk sendirian ia duduk dengan teman barunya.“Wah Ira kau sekarang tidak duduk sendirian?” Tanya Irsab“Bagaimana lagi tempat duduknya kan s
Sesampainya dirumah Ira pun diam di dalam kamar. Tak lama setelah itu Tidan datang.“Ira aku masuk ke kamar ya.” Kata Tidan memanggil dan masuk ke kamar IraIra hanya duduk di atas kasur.“Tidan, apa memang hubunganku dan Navi tidak bisa dilanjutkan ya? Banyak orang yang menyukainya karena memang dia anak yang pintar tak pantas jika bersamaku.” Kata Ira yang tiba-tiba berkata seperti itu“Sebenarnya memang seperti itu sih dari dulu kan aku sudah bilang hubungan kalian tidak akan awet karena masih terlalu kecil untuk pacaran.” Jawab Tidan tanpa berfikir“Tidan kau memang benar-benar tidak ada hati.” Jawab Ira menagis“Sudah-sudah baiklah tidak ceramah lagi, soal kamu dan Navi pikirkan saja sendiri tapi lebih baik kamu focus ke ujian kelulusan saja agar tetap bisa bersama dengan Navi.” Kata Tidan mencoba menenangkan Ira“Belajar ataupun tidak aku tidak akan pernah bisa be
Setelah sampai dirumah Ira pun duduk di atas pohon yang tumbang didepan rumahnya sambil mendengarkan suara angin disore hari.Tidak diduga Navi pun datang dari arah barat memakai sepeda yang biasanya ia naiki. Ira pun tersenyum melihat Navi yang datang.“Apa kamu menungguku Ira?” Tanya Navi“Tidak, kamu kok ke-GRan sih?” Jawabnya sambil tersenyum“Ada apa? Kenapa kamu duduk melamun disini, nanti kamu sakit lo kena angin.” Lanjut Navi“Navi, apa kita akan tetap bersama walaupun jarak antara kita?” Tanya Ira ragu“Maksud kamu?” Jawab Navi yang tidak paham“Setelah lulus di SD aku berencana untuk pisah dengan kalian, aku tidak berencana untuk satu sekolahan lagi dengan teman kelas kita yang sekarang, aku sudah tidak ingin dikucilkan karena kamu.” Jelas Ira“Jika memang itu yang terbaik untukmu kenapa tidak? Aku pasti akan selalu mendukungmu kok.” J
Hari pertama masuk sekolah menengah pertama, Ira memasuki kelas menurut nama yang sudah ditempelkan di papan pengumuman, sayangnya Tidan tidak satu kelas dengan Ira. “Hai, namaku Anna, nama kamu siapa?” Tanya teman dibelakang mejanya. “Namaku Ira.” Jawab Ira “Ohh ya ini teman sebangku ku, Fitri mari berteman?” Lanjut Anna. “Baik, kalau begitu kita berteman ya.” Jawab Ira Mereka bertiga pun menjadi teman selama satu minggu, karena ada pengacakan kelas jadi mereka terpisah tidak jadi satu kelas lagi. Kelas di bagi menjadi 6 kelas. Ira masuk ke kelas G, Anna dan Fitri ke kelas C, sedangkan Tidak ada di kelas B. kelas diacak tidak menurut nilai melainkan hanya pengacakan biasa. Hanya kelas A yang menjadi pengecualian. “Hai, Namaku Rani.” Kata teman kelas di samping meja Ira “Ehh hai, aku Ira.” Jawab Ira “Mulai haru ini kita berteman ya.” Lanjut Rani Ira pun mengangguk dan tersenyum senang karena dimana pun Ira berad
Tettt….tet……. Bel istirahat kedua pun berbunyi. Ira langsung mengambil HPnya dan menelpon Navi.“Maaf Nomor yang anda tuju tidak menjawab, silahkan tinggalkan pesan setelah nada berikut…” (Suara operator HP)“Nav kenapa tidak diangkat aku mau jelasin ke kamu, tolong jangan salah paham dulu, angkat teleponnya.” Gumam IraFurkam yang melihat kegelisahan Ira pun merasa bersalah.Ira pun menulis pesan.“Nav, tadi itu adalah teman ku yang usil kamu jangan salah paham aku tidak pernah menghianati kamu, dia juga sudah minta maaf Nav, kalau perlu dia yang jelaskan ke kamu gimana?” Kirim IraNavi pun tidk membalas pesan Ira.“Navi, mari bicara lagi sebentar, jangan diem gini kamu tahu kan kalau aku itu mencintai kamu dan hanya kamu saja, jadi tidak mungkin aku punya kekasih lain.” Kirim Ira lagiNavi juga tidak membalasnya. Ira terus menerus menelepon Navi tetap
Ira menghubungi Alala.“Halo, Alala kamu dimana sekarang?” Tanya Ira“Tempat penjual batagor nih deket SD lama, kamu mau kesini kah Ra? Apa sudah selesai masalahnya?” Tanya Alala“Aku dan Navi nyusul kesana ya, ada siapa saja disana?” Tanya Ira lagi“Biasa, aku, Icus, Tidan, Guntur.” Jawab Alala“Wah kalian niatnya memang mau doble date ya?” Kata Ira menggoda Alala“Biasalah heheh.” Jawab Alala tertawaIra pun kemudian pergi ketempat yang sudah diberi tahu oleh Alala. Sesampainya disana Ira pun disambut dengan senang hati oleh penjualnya, yang sudah mengetahui hubungan Ira dan Navi sejak masih sekolah dasar.“Wahhh pasangan lama datang nih, mau minum apa biar aku buatin?” Kata penjual batagor.“Apa saja boleh yang penting rasa permen karet ya mb.” Jawab Ira“Baiklah, Navi mau apa?” Tanya penjual batagor
Keesokan harinya Ira berangkat lebih awal karena ada jadwal piket.“Wah kenapa hari ini aku rajin sekali, dimana yang piket? Apakah aku piket sendiri?” Gumam Ira lirih sambil berjalan kearah jadwal piket.“Pagi Ira, kamu piket denganku hari ini?” Sapa Furkam yang menghentikan langkah Ira.“Ohhh.” Jawab Ira cuek“Wahhh singkat sekali.” Kata Furkam“Hanya kita berdua?” Tanya Ira“Tidak, aku rasa ada empat orang.” Jawab Furkam“Kenapa mereka belum datang?” Tanya Ira lagi“Entah, aku juga tidak tahu, mungkin kesiangan.” Jawab Furkam“Ya sudah mereka nanti biar piket pulang sekolah saja, kita lakukan berdua pagi ini.” Kata Ira yang membuat Furkam terkejut.“Tunggu,,kamu dari tadi ngajakin aku ngobrol? Ngajak piket berdua? Udah tidak marah lagi dengan ku?” Tanya Furkam heran.“Kalau masih
Setelah mereka selesai makan Ira pun bergegas untuk kembali ke kelas lebih awal karena ingin bertelepon dengan Navi.“Aku duluan ke kelas ya, aku mau telpon Navi dulu.” Kata Ira“Oke kalau gitu, bye.” Jawab Rani yang sudah terbiasa dengan sikap Ira.Sesampainya Ira di dalam kelas, Ira langsung mengambil handphone dan segera menelepon Navi.“Kenapa tidak diangkat ya, apakah masih makan?” Tanya Ira dalam hati“Haloo, siapa ya?” Tanya seorang wanita yang mengangkat telepon Navi.“Siapa yang telpon De, sini kasih handphonenya ke aku?” Tanya Navi pada wanita yang mengangkatnya itu.“Tidak tahu, dia tidak bicara, nomornya tidak ada namanya, mungkin salah sambung sebaiknya di matiin saja jangan di ladenin.” Kata wanita itu“Okelah ya sudah kalau memang salah sambung, matiin saja, ayo kita ke kelas saja.” Kata NaviTelepon pun dimatikan oleh si w