Home / Romansa / Seruni Senja / Kisah Di Sekolah Dasar 4

Share

Kisah Di Sekolah Dasar 4

Hari sudah malam Ira bersiap untuk tidur karena takut jika besok kesiangan karena harus bangun pagi untuk naik gunung. Ira pun memasang Alarm dan segera tidur.

Keesokan harinya Ira pun bangun pukul 04.00 dan bersiap-siap, Handphone Ira pun berbunyi ternyata itu tlpon dari teman-temannya.

“Halo Ira kau sudah bangun?” Tanya Alala

“Belum.” Jawab Ira

“Kalau belum kenapa bisa angkat telpon aku?” Tanya Alala lagi

“Kamu gimana lo ya aku jelas sudah bangun to sudah angkat telpon kamu juga kok.” Jawab Ira

“Ya sudah aku mau ketempat Icus dulu.” Kata Alala

Alala pun mematikan telponnya. Ira pun segera menghubungi Navi, tetapi berkali-kali sudah dihubungi tidak juga diangkat.

“Baiklah Navi kamu membuatku malas naik gunung, kamu udah tau kalau kesiangan ngk asyik dong.” Gumam Ira sambil terus menelpon Navi.

“Halo, siapa ini?” Kata Navi mengangkat telpon dari Ira.

“Ira, kamu belum bangun?” Tanya Ira dengan nada sedikit marah

“Sudah, ini udah mau siap-siap kok aku tunggu di depan gang ya.” Jawab Navi terkejut dan langsung berdiri dari tempat tidur.

“Oke aku jalan sekarang.” Jawab Ira

Saat Ira keluar rumah Icus dan Alala pun sudah ada di depan rumah, dan sekarang mereka berjalan kerumah Tidan. Ternyata Tidan juga sudah ada di depan rumah menunggu mereka, kemudian mereka segera berjalan tempat Navi menunggu, Navi pun tiba saat mereka juga tiba, terakhir mereka menghampiri Guntur. Mereka sudah siap dan menuju kea rah gunung.

“Alangkah serunya jika Irsab, Dasra, dan Nasah ikut pasti rame.” Ujar Ira

“Iya rame, tapi rame dengan Navi karena kamu.” Jawab Tidan

“Maksudmu apa sih?” Tanya Ira

Tidan pun ingin menjawab pertanyaan Ira tetapi Navi memotong pembicaraan itu karena Navi sudah tau jika Tidan mengetahui jika Irsab memiliki rasa dengan Ira.

“Kalau memang seru mengapa kamu tidak mengajaknya?” Kata Navi memotong pembicaraannya dengan Tidan

“Tidak, dia selalu posesif aku tidak boleh ini itu jadi ya sudah lah biarkan dia istirahat.” Jawab Ira tanpa memikirkan hatinya Navi.

“Ohhhhhhh.” Jawab Navi kesal dan merasa cemburu.

“Navi kau marah?” Tanya Ira

“Kamu sangat peduli dengan Irsab? Menurutmu aku itu apa sih?” Tanya Navi pada Ira yang membuat yang lainnya terdiam dan tidak ingin ikut campur.

“Aduhhh Navi cemburu, ayo kita berjalan didepan biarkan mereka berbicara.” Kata Tidan mengajak yang lainnya berjalan didepan Ira.

“Bukan gitu Nav, Irsab itu teman ku dari masa kanak-kanak dia sudah menjaga aku dari kecil jadi wajar saja kan aku dan dia dekat, kalau kamu kan pacarku jadi beda.” Jawab Ira menjelaskan.

“Kalau begitu bolehkah aku minta kamu jangan terlalu deket dengan dia?” Tanya Navi

“Tidak Nav, sudah lah jangan di bahas lagi ya.” Jawab Ira tegas

“Baik, tapi memang kamu itu tidak pernah peka.” Jawab Navi

Mereka pun diam tanpa bersuara hingga sampai keatas gunung.

“Wahhhh bunganya bagus sekali.” Kata Ira

“Benar Ra, kecil-kecil imut sekali.” Lanjut Alala

“Ayo kita petik.” Ajak Icus.

Ira pun langsung mencoba meraih bunga itu tetapi sedikit jauh dari tangan Ira.

“Kamu gila ya Ira, kalau kamu jatuh nanti kita bagaimana?” Kata Navi menarik tanggan Ira yang hapir jatuh kejurang.

“Terimakasih Navi.” Jawab Ira syok

“Biarkan aku saja.” Kata Navi

“Hati-hati.” Jawab Ira khawatir

Navi pun berhasil mengambil bunganya.

“Ini buat kamu.” Kaa Navi dan memberikan bunga itu.

“Kita mana Nav?” Tanya Alala

“Ambil sendiri-sendiri tuhhh para pangeran kamu suruh ambilin.” Jawab Navi menggoda mereka

“Sudah lah tidak usah di ambil berbahaya.” Kata Icus

Ira pun tersenyum dan terus memandang Navi yang berani mengambilkan bunga itu untuknya.

“Bagaimana kalau kita naik sedikit lagi yuk, jangan hanya sampai sini aku penasaran nih diatas sana ada apa.” Ajak Guntus untu naik melebihi biasanya.

Mereka pun setuju dengan ajakan Guntur dan memutuskan untuk lebih naik ke gunung paling atas. Waktu pun sudah pukul 08.00 mereka sudah sampai atas gunung.

“Kita turun yuk sudah jam delapan nih.” Ajak Ira

“Bagaimana kalau kita turun tappi tidak melewati jalan tadi, kayaknya lebih cepat jika kita turun lewat sawah-sawah ini deh.” Kata Guntur

“Ayo kita coba saja, kalau lewat jalan naik tadi memang sangat jauh.” Jawab Navi.

Mereka pun memotong jalan dan melewati sesawahan yang ada di gunung itu. Tak lama setelah itu mereka merasa jika mereka tersesat. Tetapi mereka tetap berjalan menelusuri jalanan.

“Aaaaaaaa tolong aku.” Tiba-tiba Icus berteriak

Guntur yang melihatnya pun langsung berlari dan memegangi tangan Icus.

“Tidak papa ada aku, ayo naik pelan-pelan.” Kata Guntur

“Terimakasih Guntur.” Kata Icus sambil menangis

“Sudah-sudah jangan menangis kamu sudah tidak papa, ayo gandeng tanganku saja.” Kata Guntur menenangkan Icus

Ternyata Icus terpeleset dan terjatuh Icus hanya memegangi pohon setinggi 5 cm jika tidak segera di tolong Icus pasti jatuh ke bawah jurang. Disisi lain ternyata Ira juga terpeleset dan hanya berpegangan tanah yang sedikit lagi ia terjatuh kedalam jurang.

“Ahhhhhh.” Teriak Ira

Navi yang berada di sampingnya itu langsung memegang tangan Ira yang sedang berusahan naik dengan memegang tanah.

“Ira pegang tanganku.” Kata Navi

Ira pun memegang tangan Navi dengan kuat, Navi pun berhasil menarik Ira naik ke atas. Navi kemudian langsung memeluk Ira.

“Kamu tidak papa? Apakah ada yang sakit?” Tanya Navi yang sangat khawatir.

“Tidak papa hanya lecet saja, Navi terimakasih jika tadi kamu tidak menarikku aku pasti sudah jatuh ke jurang.” Jawab Ira

“Lebih baik kalian jagain para wanita di sampingnya gandeng mereka, jalanan disini sangat berbahaya jangan sampai ada yang jatuh lagi.” Kata Navi mengarahkan agar Tidan dan Guntur menjaga Alala dan Icus.

Mereka pun melanjutkan perjalanan yang banyak rintangannya. Disaat berjalan mereka menemukan jalan yang sangat licin dan menurun, Tidan pun mengawali berjalan kebawah dan Alala mengikutinya tetapi Alala terpeleset hingga jatuh kepelukan Tidan. Mereka yang melihat kemesraan itupun tersenyum.

“Ira pegang tanganku, jangan sampai lepas ya nanti jatuh kayak Alala.” Kata Navi memperingatkan Ira

Gunturpun juga memegangi Icus yang masih terlihat takut. Setelah melewati jalanan itu mereka memutuskan untuk beristirahat.

“Kita duduk disini dulu, istirahat sebentar.” Kata Navi

“Navi kamu tidak papa kan?” Tanya Ira

“Aku kelelahan Ira kita berhenti sebentar ya.” Jawab Navi dengan nafas terengah-engah

Wajah Navi terlihat sangat pucat air yang mereka bawa juga sudah habis. Mereka semua kelelahan.

Setelah beristirahat 15 menit mereka melanjutkan perjalanan. Saat perjalanan mereka harus melompat agar bisa dapat jalan menuju jalan raya, satu persatu pun melompat, hingga Navi menjadi pelompat terakhir tetapi Navi terjatuh.

“Naviii…” Teriak Ira yang sudah jalan didepan Navi

“Navi kamu tidak papa?” Tanya Ira

“Tidak tapi, kakiku sedikit sakit karena berjalan terlalu lama.” Jawab Navi.

“Kamu masih bisa kan melanjutkan berjalan? Sebentar lagi kita sampai jalan raya.

“Ayo, aku akan memapah Navi.” Jawab Ira

Merekapun berjalan dengan hati-hati, setelah berjalan sedikit jauh mereka pun sampai di jalan raya.

“Sebentar kamu tunggu disini dulu Nav.” Kata Ira

Ira pun berlari menuju sebuah toko dan membelikan air putih untuk Navi. Setelah merasa lebih baik mereka melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah masing-masing.

“Kamu hati-hati ya Nav sampai ketemu disekolahan baru besok.” Pamit Ira

Navi pun mengangguk dan mereka berpisah tepat pukul 10.00 mereka sampai dirumah masing-masing.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status