Tidan pun kembali ke kamar Ira dan mendapati Ira sedang menatap HP dengan wajah sedih. Pelan-pelan Tidan pun mendekati Ira.
“Jika kamu tidak tenang, lebih baik kamu hubungi dia saja,” kata Tidan.
“Apa boleh?” tanya Ira.
“Ikuti kata hatimu, aku yakin kamu ini orang yang tidak tegaan dengan orang lain,” kata Tidan.
“Tapi kenapa dia tega?” tanya Ira.
“Semua itu tergantung pada si laki-lakinya, jika dia menyayangimu dia tidak akan tega denganmu, mungkin Navi hanya sekedar gegabah?” kata Tidan.
Ira pun diam saja dan menghela nafas panjang.
“Ahhh sudahlah, kita makan dulu yuk! Aku sangat lapar, setelah ini kau hubungi Navi,” kata Tidan menarik tangan Ira.
“Aku tidak lapar,” jawab Ira.
“Kalau begitu temani aku makan, tidak mungkin aku makan sendirian bukan?” tanya Tidan.
“Baiklah ayo,” kata Ira.
Mereka pun k
“Memangnya aku bohong apa Ira?” tanya Navi.“Entah, hanya kamu yang tahu,” jawab Ira.“Jangan membuatku penasaran,” kata Navi.“Yang penting aku sudah tahu semuanya, aku akan menunggumu mengatakannya,” kata ra lirih.“Tahu apa memangnya?” tanya Navi.“Bukan apa-apa,” jawab Ira.“Apa aku boleh ke sana?” tanya Navi.“Untuk apa?” tanya Ira.“Aku merindukan kamu saja, aku ingin tahu keadaan kamu,” jawab Navi.“Aku baik-baik saja,” jawab Ira.“Apa aku tidak boleh ke sana? Apa aku tidak boleh menjenguk pacarku?” tanya Navi.“Boleh saja, tapi aku mungkin sedang tidak mood saja, jadi jka kamu ke sini aku tidak melayani dengan bak jangan salahkan aku ya,” kata Ira.“Baiklah aku akan ke sana nanti malam,” jawab Navi.“Emmm,” kata Ira.
“Minumlah,” kata Ira.Navi pun mengangguk dan meminum air di depannya, juga makan camilan yang ada di depannya.“Besok temanmu datang?” tanya Navi.“Sepertinya iya,” jawab Ira.“Siapa?” tanya Navi.“Rani,” jawab Ira.“Hanya Rani saja?” tanya Navi.“Mungkin Iya, karena yang menghubungiku hanya Rani saja yang mau ke sini,” jawab Ira.“Oke lah, aku besok tidak bisa ke sini, aku harus pergi daftar sekolah sama teman-temanku,” kata Navi.Ira pun senyum sinis.“Baik, aku baru tahu liburan kelulusan sudah mau mendaftar sekolah,” jawab Ira.“Iya, karena aku mau masuk dengan tes Ra, jadi harus lebih awal,” kata Navi.“Ahhh iya aku lupa jika kamu kan anak pintar yang apa-apa harus nomor satu, tapi ingatlah dari sebuah hubungan kamu tidak akan selalu menjadi nomor satu jika kamu melakuka
Sesampainya di rumah Navi pun segera mengirim pesan kepada Ira.[Ira, apa kau sudah tidur? Aku sudah sampai di rumah] kata Navi.[Aku belum tidur, tetapi aku sudah mau tidur] balas Ira.[Kalau begitu kamu tidurlah, mimpi yang indah ya] kata Navi.[Baiklah, kalau begitu kamu juga mimpi indah ya] balas Ira.Mereka berdua menghentikan percakapan mereka dan tidur hinga pagi datang. Ira pun bangun sebelum matahari terbit, dia bebersih ruang tamu dan selesai bebersh dia mandi dan makan pagi, setelah itu dia pun menyalakan musik agar kamarnya tidak merasa sepi.Dentingan pesan di HP Ira pun terdengar dengan nyaring bersamaan dengan alunan music yang Ira dengarkan.[Ira aku nanti jadi ke rumah kamu ya?] kata Rani.[Boleh, memang mau ngapain Ran?] balas Ira.[Mau main saja, kamu sudah sembuh bukan?] tanya Rani.[Sudah kok, kamu ke sini sama siapa?] tanya Ira.[Nanti kamu akan tahu jika aku sudah sampai] jawab Rani.
Setelah pembicaraan mereka selesai, mereka memutuskan untuk pergi ke warung batagor yang selama ini menjadi langganan Ira.“Apa kalian keburu?” tanya Ira.“Tidak, kenapa Ra?” tanya Rani.“Kalau begitu aku ingin menlaktir kalian ke tempat batagor yang selalu aku datangi, apa kalian setuju?” tanya Ira.“Sepertinya aku yang harus menlaktir kalian deh,” sahut Mahli setelah melihat layar ponselnya.“Kenapa?” tanya Ira.“Apa ada kabar baik?” tanya Furkam.“Ya, aku sudah keterima di sekolahan yang aku inginkan, jadi ayo kita berangkat ke warung batagor,” kata Mahli.“Kamu lewat online?” tanya Ira.“Ya, karena aku mungkin tidak suka berdesak-desakan,” jawab Mahli.“Ya itulah kamu,” kata Ira.Mahli pun tersenyum dan mereka pun berangkat ke warung batagor dengan berbonceng-boncengan. Tak lupa Ira me
Navi yang berfikir gelisah pun ingin segega pulang ke rumah dan menemui Ira. Dia tidak tahu mengapa saat bersama Dea dia malah selalu memikirkan Ira pada hari itu.“Navi sayang, habis ini kita mau kemana? Apa kamu mau pergi ke taman hiburan?” tanya Dea.Navi tidak merespon Dea, dia terus menatap teleponnya.“Sayang!” teriak Dea.Navi pun menoleh kearah suara yang memanggilnya itu.“Kenapa kamu berteriak aku kan jadi terkejut,” kata Navi merespon teriakan Dea.“Kamu berteriak balik denganku?” tanya Dea.“Maaf aku hanya terkejut saja,” jawab Navi.“Kenapa kamu hari ini tidak fokus kepadaku? Kenapa kamu selalu melihat layar HP dan juga melamun, aku kan sudah pernah bilang sama kamu, jika kita sedang pergi kamu jangan pernah mengabaikan aku, tapi hari ini dan baru kali ini kamu mengabaikan aku,” kata Dea.“Aku mengabaikan kamu? Kapan?” tanya Navi.“Kamu tidak menyadarinya? Apa yang ada di pikiran kamu sekarang?” tanya Dea.“Sudahlah kenapa kalian malah bertengkar?” tanya Nungki teman Dea.
Ira mencoba tidak menanyakan tentang parfum lagi pada Navi, Ira mencoba berpura-pura percaya padanya, karena pada dasarnya Ira sudah tahu jika Navi sudah menghianatinya.“Ira kamu terlihat sedikit pucat apa kamu sakit?” tanya Navi.“Tidak, hanya sedikit lelah saja,” jawab Ira.“Kalau berama aku kamu selalu lelah Ra, tapi kamu tadi bersama teman-temanmu sepertinya biasa aja,” kata Navi.“Kau mulai lagi Nav,” desah Ira yang kesal dengan perkataan Navi.“Tapi aku pikir memang begitu, kamu selalu lelah denganku,” jawab Navi semakin menjadi.“Emang beda kalau, sama temanku aku di sayangi, sedangkan bersamamu aku di hianati!” gumam Ira dalam hati.“Enggak Nav,” jawab Ira santai.“Udahlah aku tidak mau ribut sama kamu hari ini, karena aku hari ini rindu,” kata Navi.“Siapa juga yang pengen ribut sama kamu Nav, memang aneh ya kamu.”Navi pun terdiam sekejap.“Ya sudahhh ayo kita pergi keluar!” ajak Navi pergi dari rumah Ira.“Aku rasa badan ku tidak ingin pergi Nav, aku sedikit merasa lelah.”
Kakak Ira mengajak Ira main ke rumah seniornya yang rumahnya lumayan jauh dari rumah mereka. Sesampainya di rumah senior, mereka pun di sambut dengan sorakan yang menggelegar di telinga Ira, karena sebelum ini dia tidak pernah memiliki teman yang seramai ini.“Jangan kaget ya Ra, di sini memang seperti ini,” kata Kakak Ira.“Tenang saja, aku akan membiasakan diri, tapi itu semua senior mu kak?” tanya Ira.“Iya, kenapa?”“Kenapa yang itu tampan sekali?” kata Ira.“Sini aku kenalin ke dia nanti,” jawab Kakak Ira,Ira mengangguk.“Sini sini duduk dulu Ris,” kata teman kakak Ira.Ira pun duduk di samping kakaknya dan juga senior itu.“Kamu bawa siapa ini Ris kok cantik sekali?” tanya senior.“Ini adek aku, kenalin dulu ini Ira, dan Ira ini Alex senior kakak,” jawab Kakak Ira.“Halo kakak semua aku Ira adik nya kak Risti,” kata Ira.“Halo juga, senang bisa melihat adik Risti, kenapa beda sekali denganmu ris?” tanya Alex.“Ya bedalah, ak di bawah matahari terus dia di dalam kamar mulu,” jaw
Satu tahun pun berlalu, satu tahun pula Ira dekat dengan Alex. Tak terasa Ira sudah menginjak kelas dua sekolah menengah atas. Hari ini Ira ada rencana main bersama dengan teman-temannya ke sebuah mall dekat sekolahannya. Sesampainya di Mall mereka pun bermain dan berjalan-jalan masih menggunakan seragam sekolah.Setelah lelah bermain Ira dan teman-temannya pun duduk diam di depan time zone, saat sedang melihat ke kanan dan ke kiri Ira melihat seseorang yang sangat mirip dengan Navi sedang berjalan dengan seorang wanita, tadi nya Ira merasa bukan Navi, karena baru saja Navi bilang dia sedang di rumah dan ingin beristirahat, tetapi setelah di lihat dengan teliti lagi ternyata benar dia adalah Navi, Ira pun mengikuti mereka agar lebih memastikan lagi, teman Ira pun terhera melihat tingkah Ira yag tiba-tiba berjalan tanpa tujuan.“Ira, kau lagi ngapain sih?” tanya Rani.Ira tidak meresponnya dan terus melangkah kan kaki mengikuti satu titik mata melihat.“Kamu mau kemana sih Ra?” tanya R