Setelah pembicaraan mereka selesai, mereka memutuskan untuk pergi ke warung batagor yang selama ini menjadi langganan Ira.
“Apa kalian keburu?” tanya Ira.
“Tidak, kenapa Ra?” tanya Rani.
“Kalau begitu aku ingin menlaktir kalian ke tempat batagor yang selalu aku datangi, apa kalian setuju?” tanya Ira.
“Sepertinya aku yang harus menlaktir kalian deh,” sahut Mahli setelah melihat layar ponselnya.
“Kenapa?” tanya Ira.
“Apa ada kabar baik?” tanya Furkam.
“Ya, aku sudah keterima di sekolahan yang aku inginkan, jadi ayo kita berangkat ke warung batagor,” kata Mahli.
“Kamu lewat online?” tanya Ira.
“Ya, karena aku mungkin tidak suka berdesak-desakan,” jawab Mahli.
“Ya itulah kamu,” kata Ira.
Mahli pun tersenyum dan mereka pun berangkat ke warung batagor dengan berbonceng-boncengan. Tak lupa Ira me
Navi yang berfikir gelisah pun ingin segega pulang ke rumah dan menemui Ira. Dia tidak tahu mengapa saat bersama Dea dia malah selalu memikirkan Ira pada hari itu.“Navi sayang, habis ini kita mau kemana? Apa kamu mau pergi ke taman hiburan?” tanya Dea.Navi tidak merespon Dea, dia terus menatap teleponnya.“Sayang!” teriak Dea.Navi pun menoleh kearah suara yang memanggilnya itu.“Kenapa kamu berteriak aku kan jadi terkejut,” kata Navi merespon teriakan Dea.“Kamu berteriak balik denganku?” tanya Dea.“Maaf aku hanya terkejut saja,” jawab Navi.“Kenapa kamu hari ini tidak fokus kepadaku? Kenapa kamu selalu melihat layar HP dan juga melamun, aku kan sudah pernah bilang sama kamu, jika kita sedang pergi kamu jangan pernah mengabaikan aku, tapi hari ini dan baru kali ini kamu mengabaikan aku,” kata Dea.“Aku mengabaikan kamu? Kapan?” tanya Navi.“Kamu tidak menyadarinya? Apa yang ada di pikiran kamu sekarang?” tanya Dea.“Sudahlah kenapa kalian malah bertengkar?” tanya Nungki teman Dea.
Ira mencoba tidak menanyakan tentang parfum lagi pada Navi, Ira mencoba berpura-pura percaya padanya, karena pada dasarnya Ira sudah tahu jika Navi sudah menghianatinya.“Ira kamu terlihat sedikit pucat apa kamu sakit?” tanya Navi.“Tidak, hanya sedikit lelah saja,” jawab Ira.“Kalau berama aku kamu selalu lelah Ra, tapi kamu tadi bersama teman-temanmu sepertinya biasa aja,” kata Navi.“Kau mulai lagi Nav,” desah Ira yang kesal dengan perkataan Navi.“Tapi aku pikir memang begitu, kamu selalu lelah denganku,” jawab Navi semakin menjadi.“Emang beda kalau, sama temanku aku di sayangi, sedangkan bersamamu aku di hianati!” gumam Ira dalam hati.“Enggak Nav,” jawab Ira santai.“Udahlah aku tidak mau ribut sama kamu hari ini, karena aku hari ini rindu,” kata Navi.“Siapa juga yang pengen ribut sama kamu Nav, memang aneh ya kamu.”Navi pun terdiam sekejap.“Ya sudahhh ayo kita pergi keluar!” ajak Navi pergi dari rumah Ira.“Aku rasa badan ku tidak ingin pergi Nav, aku sedikit merasa lelah.”
Kakak Ira mengajak Ira main ke rumah seniornya yang rumahnya lumayan jauh dari rumah mereka. Sesampainya di rumah senior, mereka pun di sambut dengan sorakan yang menggelegar di telinga Ira, karena sebelum ini dia tidak pernah memiliki teman yang seramai ini.“Jangan kaget ya Ra, di sini memang seperti ini,” kata Kakak Ira.“Tenang saja, aku akan membiasakan diri, tapi itu semua senior mu kak?” tanya Ira.“Iya, kenapa?”“Kenapa yang itu tampan sekali?” kata Ira.“Sini aku kenalin ke dia nanti,” jawab Kakak Ira,Ira mengangguk.“Sini sini duduk dulu Ris,” kata teman kakak Ira.Ira pun duduk di samping kakaknya dan juga senior itu.“Kamu bawa siapa ini Ris kok cantik sekali?” tanya senior.“Ini adek aku, kenalin dulu ini Ira, dan Ira ini Alex senior kakak,” jawab Kakak Ira.“Halo kakak semua aku Ira adik nya kak Risti,” kata Ira.“Halo juga, senang bisa melihat adik Risti, kenapa beda sekali denganmu ris?” tanya Alex.“Ya bedalah, ak di bawah matahari terus dia di dalam kamar mulu,” jaw
Satu tahun pun berlalu, satu tahun pula Ira dekat dengan Alex. Tak terasa Ira sudah menginjak kelas dua sekolah menengah atas. Hari ini Ira ada rencana main bersama dengan teman-temannya ke sebuah mall dekat sekolahannya. Sesampainya di Mall mereka pun bermain dan berjalan-jalan masih menggunakan seragam sekolah.Setelah lelah bermain Ira dan teman-temannya pun duduk diam di depan time zone, saat sedang melihat ke kanan dan ke kiri Ira melihat seseorang yang sangat mirip dengan Navi sedang berjalan dengan seorang wanita, tadi nya Ira merasa bukan Navi, karena baru saja Navi bilang dia sedang di rumah dan ingin beristirahat, tetapi setelah di lihat dengan teliti lagi ternyata benar dia adalah Navi, Ira pun mengikuti mereka agar lebih memastikan lagi, teman Ira pun terhera melihat tingkah Ira yag tiba-tiba berjalan tanpa tujuan.“Ira, kau lagi ngapain sih?” tanya Rani.Ira tidak meresponnya dan terus melangkah kan kaki mengikuti satu titik mata melihat.“Kamu mau kemana sih Ra?” tanya R
Setiap orang pasti memiliki masa lalu, entah itu masa lalu yang indah ataupun masalalu yang kelam. Seorang yang memiliki masa lalu yang kelam berbeda dengan seseorang yang memiliki masa lalu yang indah. Masa lalu yang Indah akan terus dikenang dan diingat sedangkan masa lalu yang kelam akan selalu menghancurkan masa yang akan datang, karena masa lalu itu seperti warna jinga senja. Selalu indah untuk di kenang tapi gelap setelahnya karena kecewa.. Seperti seseorang yang selalu melamun dan tidak memiliki semangat untuk melanjutkan hidupnya. Adnid Inayra namanya, sering dipanggi Ira, seorang istri dan seorang ibu dimasa kini, menikah diumur 20 tahun yang terbilang muda, dengan seorang pria yang satu tahun lebih tua darinya, menikah karena hamil diluar nikah, dan harus bertanggung jawab menjadi seorang istri dan ibu di usianya, ya dialah orangnya wanita yang memiliki masa lalu yang begitu membuatnya terpuruk dan hancur, hingga ia selalu dihantui dengan rasa penyesalan juga rasa
Setelah selesai menggambar Irsab membuat sebuah topi dari kertas yang membuat Ira juga ingin membuatnya, setelah berusaha membuatnya Ira pun tetap tidak bisa dan mulai emosi merobek kertas yang ada ditangannya. “Aku juga pengen buat kayak gitu……,” teriak Ira yang membuat semua teman-temannya melihat kearahnya. Irapun malu dan menundukan kepalanya di meja. Navi pun segera membuatkan Ira topi kertas itu, tetapi lagi-lagi ia kalah cepat dengan Irsab. “Nih buat kamu saja, aku udah nggak mau,” melemparkan topi kertas itu “Wahhhhh kau memang selalu menjadi pahlawannya Ira Irsab,” ejek Alala “Tentu saja aku akan selalu menjadi sahabatnya Ira sampai Ira tua,” jawab Irsab dengan percaya diri. Navi pun lagi lagi merasa kecewa karena dirinya tidak bisa selalu ada untuk Ira. Navi pun merenung sejenak dan mengerti mengapa perasaannya gelisah dan sedih jika melihat Ira bersama dengan yang teman laki-lakinya. Navi pun tersadar dari lamunan. “
“Navi terimakasih kamu sudah mau membantuku, aku akan sangat perhutang budi karena nama baikmu, maafkan aku yang membuat mu menjadi pacar pura-puraku hingga mungkin membuat orang yang kamu suka jadi kecewa, sekali lagi maafkan aku dan terimakasih..,” isi surat dari Ira. Navi pun melihat kearah Ira dan tersenyum karena Yahes melihat Navi. Navi sedih karena hubungannya dengan Ira hanya kepalsuan, akhirnya Navi memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa sukanya melalui balasan surat. “Yahes tolong berikan pada Ira ya, bilang kepadanya jika nanti pulang sekolah aku akan kerumahnya,” kata Navi meyakinkan Yahes Yahes pun mengangguk dan tersenyum. Kemudian langsung berlari kearah meja Ira “Ira ira lihat ini kau dapat balasan dari Navi selamat ya, dia bilang nanti pulang sekolah mau kerumahmu kau disuruh menunggu jadi urusanku sudah selesainya semoga kalian bahagia,” kata Yahes “Baik terimakasih,” jawab Ira dan kembali menunduk. “Ira cob
Hari sudah malam Ira bersiap untuk tidur karena takut jika besok kesiangan karena harus bangun pagi untuk naik gunung. Ira pun memasang Alarm dan segera tidur.Keesokan harinya Ira pun bangun pukul 04.00 dan bersiap-siap, Handphone Ira pun berbunyi ternyata itu tlpon dari teman-temannya.“Halo Ira kau sudah bangun?” Tanya Alala“Belum.” Jawab Ira“Kalau belum kenapa bisa angkat telpon aku?” Tanya Alala lagi“Kamu gimana lo ya aku jelas sudah bangun to sudah angkat telpon kamu juga kok.” Jawab Ira“Ya sudah aku mau ketempat Icus dulu.” Kata AlalaAlala pun mematikan telponnya. Ira pun segera menghubungi Navi, tetapi berkali-kali sudah dihubungi tidak juga diangkat.“Baiklah Navi kamu membuatku malas naik gunung, kamu udah tau kalau kesiangan ngk asyik dong.” Gumam Ira sambil terus menelpon Navi.“Halo, siapa ini?” Kata Navi m