Sesampainya dirumah Ira pun diam di dalam kamar. Tak lama setelah itu Tidan datang.
“Ira aku masuk ke kamar ya.” Kata Tidan memanggil dan masuk ke kamar Ira
Ira hanya duduk di atas kasur.
“Tidan, apa memang hubunganku dan Navi tidak bisa dilanjutkan ya? Banyak orang yang menyukainya karena memang dia anak yang pintar tak pantas jika bersamaku.” Kata Ira yang tiba-tiba berkata seperti itu
“Sebenarnya memang seperti itu sih dari dulu kan aku sudah bilang hubungan kalian tidak akan awet karena masih terlalu kecil untuk pacaran.” Jawab Tidan tanpa berfikir
“Tidan kau memang benar-benar tidak ada hati.” Jawab Ira menagis
“Sudah-sudah baiklah tidak ceramah lagi, soal kamu dan Navi pikirkan saja sendiri tapi lebih baik kamu focus ke ujian kelulusan saja agar tetap bisa bersama dengan Navi.” Kata Tidan mencoba menenangkan Ira
“Belajar ataupun tidak aku tidak akan pernah bisa berjalan beriringan dengannya.” Kata Ira lirih
Mendengar Ira berbicara sepeti itu Tidak pun merasa kasihan.
“Sudahlah kamu istirahat dulu saja, aku tidak ganggu kamu lagi aku pulang dulu.” Kata Tidan dan meninggalkan Ira sendirian
Ira pun masih termenung dan melihat keluar jendela dengan tatapan kosong. Air mata mengalir dipipinya, ia tersadar akan cinta monyetnya yang dia pun tidak akan mampu bersanding dengannya dan berjalan beriringan dengannya.
Keesokan harinya Ira dan teman-teman dekatnya duduk bergerombol Ira tetap masih murung, tetapi Ira memutuskan untuk bertahan sedikit lagi.
Navi pun berjalan menuju ke arah Ira.
“Ira.” Navi memanggil dengan suara lembut
Ira dan teman-temannya un menoleh.
“Masih marah ya sama aku?” Tanya Navi
“Tidak.” Jawab Ira
“Maafkan aku ya Ira, dengerin penjelasanku dulu.” Kata Navi
“Iraaaaaaa selamat pagi, aku punya permen buat kamu, kamu mau tidak?” Sahut Irsab yang melihat Ira masih tidak ingin bicara dengan Navi.
Navi yang melihat Ira tersenyum dengan Irsab pun pergi kembali ke tempat duduknya.
“Buat kita juga kan?” Tanya Alala
“Tetu saja.” Jawab Irsab
“Terimakasih Irsab kamu memang yang terbaik.” Jawab Ira tersenyum
“Datang tepat waktu.” Lanjut Ira melihat kearah Navi yang juga murung.
“Ira aku sudah bilang kan aku akan selalu ada untuk kamu walaupun kita sekarang tidak sedekat dulu di sekolahan lama tetapi aku masih mengerti dan memahami kamu.” Jawab Irsab menepuk punggung Ira
Ira melihat Irsab dan menyadari bahwa Irsab memang lebih cocok menjadi sahabat yang peduli dengannya.
“Jangan menyukaiku Irsab, kau harus bahagia dan menemukan wanita yang lebih baik dari pada aku.” Kata Ira didalam hati sambil menatap Irsab
Guru pun datang mereka semua kembali ke tempat duduk masing-masing.
Navi terus melihat kearah Iradan menirukan semua tingkah laku Ira hingga membuat Ira tersenyum lucu melihat Navi menirukannya, Ira pun lalu menggodanya dengan tingkah laku Ira memegang hidung mulut mata hingga menjulurkan jari kelingking Ira, Navi pun melakukan hal yang dilakukan Ira. Hingga bel pun berbunyi Navi pun menghampiri Ira.
“Ira, tidak marah lagi kan?” Tanya Navi
“Bukankah dari tadi aku udah bilang tidak marah?” Jawab Ira tersenyum
“Wahhh udah baikan nihhh, kalian jangan bertengkar lagi ya.” Sahut Icus
“Jangan buat Ira kami murung Navi.” Sambung Alala
“Baik aku tidak membuatnya marah lagi, Ira nanti pulang aku antar ya?” Jawab Navi
Ira pun mengangguk. Ina yang dari tadi melihat kearah Navi pun merasa buruk karena ia menyukai Navi pada pandangan pertama. Setelah Ina tahu jika Navi suka dengan Ira, hari-hari Ira disekolahan tidak terlalu baik karena ia di kucilkan dengan teman perempuan di kelasnya, hanya karena banyak yang memihak Ina untuk bersama dengan Navi. Keadaan disekolah membuat Ira tidak tahan.
“Ma aku ingin pindah sekolah.” Kata Ira pada mamanya
“Kenapa?” Tanya mama
“Ingin pindah saja, disekolahan tidak ada yang suka dengan Ira.” Jawab Ira
“Alala, Icus dan Atin juga tidak suka sama kamu kah? Kamu berbuat salah?” Tanya mama
“Tidak,,mereka selalu ada disisi Ira tetapi teman yang lain. Kalau buat salah ya memang bersalah udah menyukai Navi.” Jawab Ira
“Astaga hanya karena kamu menyukai Navi kamu jadi di kucilkan begitu?” Tanya mama lagi
Ira pun mengangguk.
“Sudahlah yang penting teman dekatmu tidak menjauhimu, kalau pindah sekolah sudah tidak bisa karena kamu sudah akan ujian Nasional kan? Tahanlah sebentar lagi.” Jawab Mama tidak menyetujui permintaan Ira
Ira pun kembali ke kamarnya dan mengirim pesan kepada Navi.
“Navi kita putus saja.” Tulis Ira dan mengirimnya
“Kenapa tiba-tiba kamu begitu?” Tanya Navi
“Banyak yang menyukaimu, aku jadi dibenci teman-teman dikelas, kamu bersama Ira saja yang penting aku tidak dibenci lagi aku mengalah saja, aku tidak apa-apa.” Kata Ira
“Jadi kamu ingin seperti itu?” Tanya Navi
“Ya, mau bagaimana pun kamu juga pasti bahagia dengan Ina, dia cantik dan juga pintar.” Kata Ira dalam pesannya
“Baik kalau ingin kamu seperti itu, kamu memang tidak pernah memikirkan perasaanku, yang kusuka hanya kamu tahu apa kamu tentang kebahagiaan aku? Bisa-bisanya kamu bilang aku akan bahagia dengan yang lain sedangkan aku bahagia bersama mu.” Kata Navi kecewa dengan Ira karena Ira mengambil keputusan dengan sangat egois.
“Kamu jangan marah Navi ini demi kamu.” Balas Ira
Navi pun tidak membalasnya karena marah dengan Ira.
Ira pun berfikir jika Ira sangat egois karena demi dirinya sendiri rela mengorbankan hal yang membuat dirinya kehilangan cintanya.
Di sekolahan Ira pun mendekati Navi dengan duduk di belakang Navi.
“Navi maafkan aku, bukan maksudku seperti itu, aku terlalu gegabah untuk mengatakan itu, kamu mau memaafkan aku?” Tanya Ira
“Kamu sudah sadar?” Jawab Navi
“Maafkan aku ya, kita baikan ya?” Kata Ira
“Jangan bilang ingin putus lagi ya?” Jawab Navi menggenggam tangan Ira
Ira pun mengangguk dan mereka baikan.
Setelah pulang sekolah Navi menunggu Ira di parkiran tetapi Ana datang untuk meminta Navi mengantarkannya pulang.
“Navi aku tidak dijemput dan perutku sakit sekali, apa bisa aku ikut kamu pulang jalan kita searah kamu melewati rumahku.” Kata Ana yang meminta Navi untuk mengantarnya pulang.
Navi yang melihat Ana sedang sakit pun tidak tega.
“Baik ayo aku antar.” Jawab Navi
Navi pun mengendarai sepedanya dengan memboncengkan Ana didepan dengan sangat dekat. Ira sedang berjalan menuju parkiran pun melihat itu hingga Ira merasa sesak dan menjatuhkan air mata, lalu ia berlari pergi pulang, Navi melihat Ira yang menangis sambil berlari.
“Navi, Ira salah paham dengan kita.” Kata Ana kepada Navi.
“Tidak papa, kamu kan sakit harusnya aku membatu kamu dulu, nanti biar aku jelaskan pada Ira.” Jawab Navi sambil memikirkan Ira yang marah padanya
Sesudah kejadian itu Ira selalu melontarkan kata putus tanpa memikirkan perasaan Navi, mereka pun menjadi sering putus nyambung di dalam hubungan mereka.
Hari ujian Nasional pun tiba mereka mengerjakan ujian dengan tenang hubungan Ira dan Navi pun juga sudah tidak ada masalah apapun lagi.
“Hari ini adalah hari terakhir ujian nasional, rencana kalian mau sekolah dimana?” Tanya Atin
“Kalau aku yang deket dari sini saja.” Jawab Icus
“Yang terpenting aku tidak akan bersekolah didekat sini karena aku tidak mau satu sekolah lagi dengan Ina.” Jawab Ira yakin
“Lalu bagaimana dengan kita? Navi juga?” Tanya Alala
“Mungkin kali ini kita berpisah dan tidak akan satu sekolahan, kalian bersamalah biar aku saja yang berpisah dengan kalian, kalau soal Navi aku sudah memikirkannya, bagaimanapun aku dan dia akan berpisah dia anak pintar aku dan dia tidak akan satu sekolahan itu sudah pasti.” Jawab Ira
“Benar kamu memang sudah mempersiapkan diri odengan nilai yang akan kamu dapatkan, bagaimana pun bisa-bisanya kamu bilang berpisah dengan kita.” Kata Alala
“Tapi mungkin memang lebih baik seperti itu akan membuat hidup Ira semakin tenang, jika Ira sekolah bareng kita lagi otomatis kita akan bertemu dengan Ina dan pasti Ina menjadi profokator pembenci Ira.” Jawab Icus
“Kalau begitu walaupun Ira tidak akan satu sekolahan dengan kita tapi kita akan bertemu kan setiap minggunya?” Lanjut Atin
“Tentu saja.” Jawab Ira
“Jika itu keputusanmu kita hanya akan mendukungmu.” Lanjut Icus.
Setelah sampai dirumah Ira pun duduk di atas pohon yang tumbang didepan rumahnya sambil mendengarkan suara angin disore hari.Tidak diduga Navi pun datang dari arah barat memakai sepeda yang biasanya ia naiki. Ira pun tersenyum melihat Navi yang datang.“Apa kamu menungguku Ira?” Tanya Navi“Tidak, kamu kok ke-GRan sih?” Jawabnya sambil tersenyum“Ada apa? Kenapa kamu duduk melamun disini, nanti kamu sakit lo kena angin.” Lanjut Navi“Navi, apa kita akan tetap bersama walaupun jarak antara kita?” Tanya Ira ragu“Maksud kamu?” Jawab Navi yang tidak paham“Setelah lulus di SD aku berencana untuk pisah dengan kalian, aku tidak berencana untuk satu sekolahan lagi dengan teman kelas kita yang sekarang, aku sudah tidak ingin dikucilkan karena kamu.” Jelas Ira“Jika memang itu yang terbaik untukmu kenapa tidak? Aku pasti akan selalu mendukungmu kok.” J
Hari pertama masuk sekolah menengah pertama, Ira memasuki kelas menurut nama yang sudah ditempelkan di papan pengumuman, sayangnya Tidan tidak satu kelas dengan Ira. “Hai, namaku Anna, nama kamu siapa?” Tanya teman dibelakang mejanya. “Namaku Ira.” Jawab Ira “Ohh ya ini teman sebangku ku, Fitri mari berteman?” Lanjut Anna. “Baik, kalau begitu kita berteman ya.” Jawab Ira Mereka bertiga pun menjadi teman selama satu minggu, karena ada pengacakan kelas jadi mereka terpisah tidak jadi satu kelas lagi. Kelas di bagi menjadi 6 kelas. Ira masuk ke kelas G, Anna dan Fitri ke kelas C, sedangkan Tidak ada di kelas B. kelas diacak tidak menurut nilai melainkan hanya pengacakan biasa. Hanya kelas A yang menjadi pengecualian. “Hai, Namaku Rani.” Kata teman kelas di samping meja Ira “Ehh hai, aku Ira.” Jawab Ira “Mulai haru ini kita berteman ya.” Lanjut Rani Ira pun mengangguk dan tersenyum senang karena dimana pun Ira berad
Tettt….tet……. Bel istirahat kedua pun berbunyi. Ira langsung mengambil HPnya dan menelpon Navi.“Maaf Nomor yang anda tuju tidak menjawab, silahkan tinggalkan pesan setelah nada berikut…” (Suara operator HP)“Nav kenapa tidak diangkat aku mau jelasin ke kamu, tolong jangan salah paham dulu, angkat teleponnya.” Gumam IraFurkam yang melihat kegelisahan Ira pun merasa bersalah.Ira pun menulis pesan.“Nav, tadi itu adalah teman ku yang usil kamu jangan salah paham aku tidak pernah menghianati kamu, dia juga sudah minta maaf Nav, kalau perlu dia yang jelaskan ke kamu gimana?” Kirim IraNavi pun tidk membalas pesan Ira.“Navi, mari bicara lagi sebentar, jangan diem gini kamu tahu kan kalau aku itu mencintai kamu dan hanya kamu saja, jadi tidak mungkin aku punya kekasih lain.” Kirim Ira lagiNavi juga tidak membalasnya. Ira terus menerus menelepon Navi tetap
Ira menghubungi Alala.“Halo, Alala kamu dimana sekarang?” Tanya Ira“Tempat penjual batagor nih deket SD lama, kamu mau kesini kah Ra? Apa sudah selesai masalahnya?” Tanya Alala“Aku dan Navi nyusul kesana ya, ada siapa saja disana?” Tanya Ira lagi“Biasa, aku, Icus, Tidan, Guntur.” Jawab Alala“Wah kalian niatnya memang mau doble date ya?” Kata Ira menggoda Alala“Biasalah heheh.” Jawab Alala tertawaIra pun kemudian pergi ketempat yang sudah diberi tahu oleh Alala. Sesampainya disana Ira pun disambut dengan senang hati oleh penjualnya, yang sudah mengetahui hubungan Ira dan Navi sejak masih sekolah dasar.“Wahhh pasangan lama datang nih, mau minum apa biar aku buatin?” Kata penjual batagor.“Apa saja boleh yang penting rasa permen karet ya mb.” Jawab Ira“Baiklah, Navi mau apa?” Tanya penjual batagor
Keesokan harinya Ira berangkat lebih awal karena ada jadwal piket.“Wah kenapa hari ini aku rajin sekali, dimana yang piket? Apakah aku piket sendiri?” Gumam Ira lirih sambil berjalan kearah jadwal piket.“Pagi Ira, kamu piket denganku hari ini?” Sapa Furkam yang menghentikan langkah Ira.“Ohhh.” Jawab Ira cuek“Wahhh singkat sekali.” Kata Furkam“Hanya kita berdua?” Tanya Ira“Tidak, aku rasa ada empat orang.” Jawab Furkam“Kenapa mereka belum datang?” Tanya Ira lagi“Entah, aku juga tidak tahu, mungkin kesiangan.” Jawab Furkam“Ya sudah mereka nanti biar piket pulang sekolah saja, kita lakukan berdua pagi ini.” Kata Ira yang membuat Furkam terkejut.“Tunggu,,kamu dari tadi ngajakin aku ngobrol? Ngajak piket berdua? Udah tidak marah lagi dengan ku?” Tanya Furkam heran.“Kalau masih
Setelah mereka selesai makan Ira pun bergegas untuk kembali ke kelas lebih awal karena ingin bertelepon dengan Navi.“Aku duluan ke kelas ya, aku mau telpon Navi dulu.” Kata Ira“Oke kalau gitu, bye.” Jawab Rani yang sudah terbiasa dengan sikap Ira.Sesampainya Ira di dalam kelas, Ira langsung mengambil handphone dan segera menelepon Navi.“Kenapa tidak diangkat ya, apakah masih makan?” Tanya Ira dalam hati“Haloo, siapa ya?” Tanya seorang wanita yang mengangkat telepon Navi.“Siapa yang telpon De, sini kasih handphonenya ke aku?” Tanya Navi pada wanita yang mengangkatnya itu.“Tidak tahu, dia tidak bicara, nomornya tidak ada namanya, mungkin salah sambung sebaiknya di matiin saja jangan di ladenin.” Kata wanita itu“Okelah ya sudah kalau memang salah sambung, matiin saja, ayo kita ke kelas saja.” Kata NaviTelepon pun dimatikan oleh si w
Beberapa hari telah berlalu Ira masih tetap terlihat murung, Ira tidak pernah menjawab atau pun mendapatkan penjelasan dari Navi, yang membuat Ira berfikir untuk mengakhiri hubungannya dengan Navi, Ira merasa dirinya sudah tidak bisa melakukan hubungan jarak jauh lagi, karena selalu merasa curiga dan ragu, Ira telah kehilangan kepercayaannya kepada Navi. Sudah beberapa hari Ira tidak pernah menghubungi Navi, Navi pun hanya satu dua kali menghubungi Ira.Saat di sekolahan Ira berpikir akan mengakhiri hubungannya dengan Navi saat pulang nanti.“Ira kamu melamunkan apa beberapa hari ini kamu terlihat diam tidak banyak bicara, padahal kamu selalu mengajakku cerita kapan pun itu sampai saat pelajaran pun kamu ngajakin aku main dan ngobrol, kali ini kenapa?” Tanya Mahli yang sudah memendam keheranannya itu.“Ira sejak kamu nangis terakhir kali, kamu jadi diem begini kita jadi bingung mau nyikapin kamu bagai mana?” Lanjut Rani“Tida
Setelah sampai rumah, Ira buru-buru untuk bertemu dengan Alala. Tanpa makan siang Ira pun langsung pergi lagi ke tempat yang sudah di tentukan oleh Alala yaitu di warung batagor. Sesampainya di warung batagor Ira tidak melihat Alala. “Hai mb, Alala belum datang kah?” Tanya Ira “Belum, bukankah kamu kesini bukan janjian dengan Alala?” kata mb batagor “Aku sudah janjian mb sama Alala, tadi di sekolahan dia menghubungiku katanya mau cerita-cerita sama aku, tau gitu aku ngak buru-buru tadi.” Kata Ira “Coba kamu hubungi dulu, soalnya yang kesini bukan Alala.” Kata mb batagor. “Lalu siapa mb? Ehh bentar mb sudah di angkat sama Alala.” Kata Ira “Halo Alala, kamu masih lama? Jadi kan kita ketemu?” Tanya Ira “Maafkan aku Ira, kamu harus menyelesaikan masalahmu sendiri, aku tidak akan mengganggu kamu, selamat mengobrol.” Jawab Alala Tiba-tiba dari belakang Ira di kejutkan dengan suara Navi. “Ira…” panggi
Satu tahun pun berlalu, satu tahun pula Ira dekat dengan Alex. Tak terasa Ira sudah menginjak kelas dua sekolah menengah atas. Hari ini Ira ada rencana main bersama dengan teman-temannya ke sebuah mall dekat sekolahannya. Sesampainya di Mall mereka pun bermain dan berjalan-jalan masih menggunakan seragam sekolah.Setelah lelah bermain Ira dan teman-temannya pun duduk diam di depan time zone, saat sedang melihat ke kanan dan ke kiri Ira melihat seseorang yang sangat mirip dengan Navi sedang berjalan dengan seorang wanita, tadi nya Ira merasa bukan Navi, karena baru saja Navi bilang dia sedang di rumah dan ingin beristirahat, tetapi setelah di lihat dengan teliti lagi ternyata benar dia adalah Navi, Ira pun mengikuti mereka agar lebih memastikan lagi, teman Ira pun terhera melihat tingkah Ira yag tiba-tiba berjalan tanpa tujuan.“Ira, kau lagi ngapain sih?” tanya Rani.Ira tidak meresponnya dan terus melangkah kan kaki mengikuti satu titik mata melihat.“Kamu mau kemana sih Ra?” tanya R
Kakak Ira mengajak Ira main ke rumah seniornya yang rumahnya lumayan jauh dari rumah mereka. Sesampainya di rumah senior, mereka pun di sambut dengan sorakan yang menggelegar di telinga Ira, karena sebelum ini dia tidak pernah memiliki teman yang seramai ini.“Jangan kaget ya Ra, di sini memang seperti ini,” kata Kakak Ira.“Tenang saja, aku akan membiasakan diri, tapi itu semua senior mu kak?” tanya Ira.“Iya, kenapa?”“Kenapa yang itu tampan sekali?” kata Ira.“Sini aku kenalin ke dia nanti,” jawab Kakak Ira,Ira mengangguk.“Sini sini duduk dulu Ris,” kata teman kakak Ira.Ira pun duduk di samping kakaknya dan juga senior itu.“Kamu bawa siapa ini Ris kok cantik sekali?” tanya senior.“Ini adek aku, kenalin dulu ini Ira, dan Ira ini Alex senior kakak,” jawab Kakak Ira.“Halo kakak semua aku Ira adik nya kak Risti,” kata Ira.“Halo juga, senang bisa melihat adik Risti, kenapa beda sekali denganmu ris?” tanya Alex.“Ya bedalah, ak di bawah matahari terus dia di dalam kamar mulu,” jaw
Ira mencoba tidak menanyakan tentang parfum lagi pada Navi, Ira mencoba berpura-pura percaya padanya, karena pada dasarnya Ira sudah tahu jika Navi sudah menghianatinya.“Ira kamu terlihat sedikit pucat apa kamu sakit?” tanya Navi.“Tidak, hanya sedikit lelah saja,” jawab Ira.“Kalau berama aku kamu selalu lelah Ra, tapi kamu tadi bersama teman-temanmu sepertinya biasa aja,” kata Navi.“Kau mulai lagi Nav,” desah Ira yang kesal dengan perkataan Navi.“Tapi aku pikir memang begitu, kamu selalu lelah denganku,” jawab Navi semakin menjadi.“Emang beda kalau, sama temanku aku di sayangi, sedangkan bersamamu aku di hianati!” gumam Ira dalam hati.“Enggak Nav,” jawab Ira santai.“Udahlah aku tidak mau ribut sama kamu hari ini, karena aku hari ini rindu,” kata Navi.“Siapa juga yang pengen ribut sama kamu Nav, memang aneh ya kamu.”Navi pun terdiam sekejap.“Ya sudahhh ayo kita pergi keluar!” ajak Navi pergi dari rumah Ira.“Aku rasa badan ku tidak ingin pergi Nav, aku sedikit merasa lelah.”
Navi yang berfikir gelisah pun ingin segega pulang ke rumah dan menemui Ira. Dia tidak tahu mengapa saat bersama Dea dia malah selalu memikirkan Ira pada hari itu.“Navi sayang, habis ini kita mau kemana? Apa kamu mau pergi ke taman hiburan?” tanya Dea.Navi tidak merespon Dea, dia terus menatap teleponnya.“Sayang!” teriak Dea.Navi pun menoleh kearah suara yang memanggilnya itu.“Kenapa kamu berteriak aku kan jadi terkejut,” kata Navi merespon teriakan Dea.“Kamu berteriak balik denganku?” tanya Dea.“Maaf aku hanya terkejut saja,” jawab Navi.“Kenapa kamu hari ini tidak fokus kepadaku? Kenapa kamu selalu melihat layar HP dan juga melamun, aku kan sudah pernah bilang sama kamu, jika kita sedang pergi kamu jangan pernah mengabaikan aku, tapi hari ini dan baru kali ini kamu mengabaikan aku,” kata Dea.“Aku mengabaikan kamu? Kapan?” tanya Navi.“Kamu tidak menyadarinya? Apa yang ada di pikiran kamu sekarang?” tanya Dea.“Sudahlah kenapa kalian malah bertengkar?” tanya Nungki teman Dea.
Setelah pembicaraan mereka selesai, mereka memutuskan untuk pergi ke warung batagor yang selama ini menjadi langganan Ira.“Apa kalian keburu?” tanya Ira.“Tidak, kenapa Ra?” tanya Rani.“Kalau begitu aku ingin menlaktir kalian ke tempat batagor yang selalu aku datangi, apa kalian setuju?” tanya Ira.“Sepertinya aku yang harus menlaktir kalian deh,” sahut Mahli setelah melihat layar ponselnya.“Kenapa?” tanya Ira.“Apa ada kabar baik?” tanya Furkam.“Ya, aku sudah keterima di sekolahan yang aku inginkan, jadi ayo kita berangkat ke warung batagor,” kata Mahli.“Kamu lewat online?” tanya Ira.“Ya, karena aku mungkin tidak suka berdesak-desakan,” jawab Mahli.“Ya itulah kamu,” kata Ira.Mahli pun tersenyum dan mereka pun berangkat ke warung batagor dengan berbonceng-boncengan. Tak lupa Ira me
Sesampainya di rumah Navi pun segera mengirim pesan kepada Ira.[Ira, apa kau sudah tidur? Aku sudah sampai di rumah] kata Navi.[Aku belum tidur, tetapi aku sudah mau tidur] balas Ira.[Kalau begitu kamu tidurlah, mimpi yang indah ya] kata Navi.[Baiklah, kalau begitu kamu juga mimpi indah ya] balas Ira.Mereka berdua menghentikan percakapan mereka dan tidur hinga pagi datang. Ira pun bangun sebelum matahari terbit, dia bebersih ruang tamu dan selesai bebersh dia mandi dan makan pagi, setelah itu dia pun menyalakan musik agar kamarnya tidak merasa sepi.Dentingan pesan di HP Ira pun terdengar dengan nyaring bersamaan dengan alunan music yang Ira dengarkan.[Ira aku nanti jadi ke rumah kamu ya?] kata Rani.[Boleh, memang mau ngapain Ran?] balas Ira.[Mau main saja, kamu sudah sembuh bukan?] tanya Rani.[Sudah kok, kamu ke sini sama siapa?] tanya Ira.[Nanti kamu akan tahu jika aku sudah sampai] jawab Rani.
“Minumlah,” kata Ira.Navi pun mengangguk dan meminum air di depannya, juga makan camilan yang ada di depannya.“Besok temanmu datang?” tanya Navi.“Sepertinya iya,” jawab Ira.“Siapa?” tanya Navi.“Rani,” jawab Ira.“Hanya Rani saja?” tanya Navi.“Mungkin Iya, karena yang menghubungiku hanya Rani saja yang mau ke sini,” jawab Ira.“Oke lah, aku besok tidak bisa ke sini, aku harus pergi daftar sekolah sama teman-temanku,” kata Navi.Ira pun senyum sinis.“Baik, aku baru tahu liburan kelulusan sudah mau mendaftar sekolah,” jawab Ira.“Iya, karena aku mau masuk dengan tes Ra, jadi harus lebih awal,” kata Navi.“Ahhh iya aku lupa jika kamu kan anak pintar yang apa-apa harus nomor satu, tapi ingatlah dari sebuah hubungan kamu tidak akan selalu menjadi nomor satu jika kamu melakuka
“Memangnya aku bohong apa Ira?” tanya Navi.“Entah, hanya kamu yang tahu,” jawab Ira.“Jangan membuatku penasaran,” kata Navi.“Yang penting aku sudah tahu semuanya, aku akan menunggumu mengatakannya,” kata ra lirih.“Tahu apa memangnya?” tanya Navi.“Bukan apa-apa,” jawab Ira.“Apa aku boleh ke sana?” tanya Navi.“Untuk apa?” tanya Ira.“Aku merindukan kamu saja, aku ingin tahu keadaan kamu,” jawab Navi.“Aku baik-baik saja,” jawab Ira.“Apa aku tidak boleh ke sana? Apa aku tidak boleh menjenguk pacarku?” tanya Navi.“Boleh saja, tapi aku mungkin sedang tidak mood saja, jadi jka kamu ke sini aku tidak melayani dengan bak jangan salahkan aku ya,” kata Ira.“Baiklah aku akan ke sana nanti malam,” jawab Navi.“Emmm,” kata Ira.
Tidan pun kembali ke kamar Ira dan mendapati Ira sedang menatap HP dengan wajah sedih. Pelan-pelan Tidan pun mendekati Ira.“Jika kamu tidak tenang, lebih baik kamu hubungi dia saja,” kata Tidan.“Apa boleh?” tanya Ira.“Ikuti kata hatimu, aku yakin kamu ini orang yang tidak tegaan dengan orang lain,” kata Tidan.“Tapi kenapa dia tega?” tanya Ira.“Semua itu tergantung pada si laki-lakinya, jika dia menyayangimu dia tidak akan tega denganmu, mungkin Navi hanya sekedar gegabah?” kata Tidan.Ira pun diam saja dan menghela nafas panjang.“Ahhh sudahlah, kita makan dulu yuk! Aku sangat lapar, setelah ini kau hubungi Navi,” kata Tidan menarik tangan Ira.“Aku tidak lapar,” jawab Ira.“Kalau begitu temani aku makan, tidak mungkin aku makan sendirian bukan?” tanya Tidan.“Baiklah ayo,” kata Ira.Mereka pun k