Share

Sepupuku Ternyata Maduku
Sepupuku Ternyata Maduku
Penulis: Ainulmardhiah

1. Tidak Puas

Suasana dingin malam ini, seolah tak terasa saat kedua insan saling menukar kehangatan di tengah kegiatan malam.

Dania Regita, seorang wanita berusia dua puluh delapan tahun merasa bahagia karena menikah dengan seorang pria yang menjadi kekasihnya semenjak mereka masih berkuliah.

Ya, Dania dan Hadi Prayoga memutuskan untuk menikah walaupun mereka masih duduk di bangku kuliah.

Pernikahan yang penuh cinta itu kini telah berjalan tujuh tahun.

Namun, diantara keduanya masih belum dikarunia anak.

Dania yang berprofesi sebagai dokter spesialis anak, lebih sering menghabiskan waktunya di rumah sakit.

Tapi, meski begitu wanita yang memiliki rambut sebahu dengan kulit putih bersih itu tetap berusaha menjadi istri yang baik bagi suaminya.

Selain cantik, Dania juga memiliki hati yang baik.

Ia tidak pernah berburuk sangka kepada siapapun, jika tidak ada bukti yang akurat.

Dania juga merasa bersyukur, di tujuh tahun pernikahan mereka, ia dan Hadi masih sama-sama saling mencintai meski belum ada buah hati di antara mereka.

Seperti malam ini, Dania sedang menjalankan kodratnya sebagai seorang istri.

Ia melayani Hadi dengan sepenuh hati, meski tubuhnya merasa lelah karena seharian bekerja di rumah sakit.

“Ck … kenapa kamu gitu-gitu aja?” celetuk Hadi di tengah-tengah kegiatan mereka.

Pria itu melepaskan penyatuan dan bangkit dari atas tubuh sang istri meski belum mencapai klimaks.

“Maksudnya gimana, Mas?” Dania menatap wajah Hadi yang terlihat kesal.

“Berhubungan sama kamu tuh monoton banget, gak kayak sama ….” Hadi menghentikan ucapannya, kedua bibir pria itu seketika mengatup.

Sementara Dania yang masih berada di atas ranjang, bangkit dengan perlahan.

Wanita itu menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut tebal.

“Kayak sama siapa, Mas?” Dania menatap ke arah suaminya yang kini tengah berpakaian.

“Lupakan saja!” balas Hadi singkat.

Setelah itu, ia berjalan ke arah balkon kamar sambil membawa sebatang rokok beserta korek.

“Apa maksudnya?” gumam Dania, wanita itu terdiam dengan pikiran yang mulai diserang banyak pertanyaan.

Apa maksud dari ucapan Hadi barusan?

Dania terus kepikiran hal itu, sementara Hadi dengan santainya menghisap sebatang rokok di balkon kamar.

Raut wajah pria itu seolah tanpa dosa, sedangkan Dania terdiam dengan beribu pertanyaan.

Ia menatap curiga ke arah suaminya, namun wanita yang selalu bersikap lemah lembut itu tak lagi melempar pertanyaan.

Dania merasa bersalah, karena malam ini ia tidak bisa memuaskan suaminya.

Mungkin Hadi berbicara seperti itu, karena ia tidak mencapai kenikmatan.

Dania mengakui kalau malam ini ia kurang bergairah, mungkin karena tubuhnya yang terasa lelah sehingga membuatnya terlihat pasrah.

***

Keesokan paginya, seperti biasa Dania selalu bangun saat adzan subuh berkumandang.

Ia menyiapkan pakaian untuk sang suami walaupun sebenarnya ia sendiri sangat sibuk.

Namun, ia tetap ingin menjadi istri terbaik untuk suaminya.

Walaupun Hadi hanya akan berangkat ke tempat usaha mereka, Dania tetap menyiapkan pakaian yang rapi untuk suaminya.

Setelah menikah, Dania dan Hadi membangun sebuah usaha, yaitu toko oleh-oleh khas Surabaya, sesuai tempat tinggal mereka saat ini.

Dania yang subik di rumah sakit, mempercayai Hadi untuk memegang usaha mereka.

Ia tidak pernah tahu soal toko tersebut, karena Dania juga tak ingin mencampuri pekerjaan suaminya.

“Sarapan dulu yuk, Mas!” ajaknya dengan bibir tersenyum. Ia ingin memberikan senyuman semanis mungkin untuk suaminya.

Karena semalam Hadi merasa tidak puas disaat mereka berhubungan, mungkin dengan senyum manis pada wajahnya, bisa mengurangi rasa kecewa yang suaminya dapatkan semalam.

“Iya, hari ini kamu pulang jam berapa?” tanya pria itu seraya duduk di kursi yang menghadap langsung pada meja makan.

Di sana sudah tersedia berbagai hidangan, bukan Dania yang masak, melainkan mbok Darmi. Wanita berusia lima puluh tahun yang sudah bekerja di rumah itu semenjak Dania dan Hardi memutuskan untuk tinggal bersama.

Awalnya, mbok Darmi bekerja di rumah orang tua Dania, karena anak majikannya pindah rumah, wanita yang tak lagi muda itu diutus oleh kedua orang tua Dania untuk bekerja di sana.

Oleh karena itu, Dania juga cukup dekat dengan mbok Darmi.

“Aku pulang sekitar jam lima sore, Mas,” Dania menjawab pertanyaan suaminya.

“Oh, ya sudah,” balas Hadi singkat.

Entah kenapa, pagi ini pria itu berbicara singkat, apa mungkin karena efek semalam ia tak mendapatkan kepuasan dari sang istri.

“Kalau kamu, pulang seperti biasa ‘kan, Mas?” Dania menatap ke arah wajah tampan suaminya.

Hadi memang memiliki wajah tampan, kulitnya putih bersih, tubuhnya tinggi dan berisi. Sangat perfek di mata Dania. Hal tersebut pula yang membuat Dania selalu jatuh cinta kepada suaminya.

“Kurang tahu. Soalnya kerjaan di toko juga lumayan banyak. Hari ini ada beberapa barang yang datang. Emmm … aku pake uang kamu dulu ya,” tutur Hadi.

“Buat apa, Mas?” Dania mengerutkan keningnya.

Mereka memang memiliki satu rekening yang berisi tabungan bersama.

Namun, di dalam rekening itu lebih banyak uang milik Dania, karena wanita itu sering memasukkan uang gajinya ke sana.

“Untuk bayar beberapa barang. Kemarin ada yang ngambil barang dari toko, tapi belum dibayar. Nanti kalau udah dibayar, aku ganti,” tutur pria itu dengan wajah meyakinkan.

“Ya udah, pake aja, Mas. Itu juga ‘kan uang kita bersama.” Dania lagi-lagi tersenyum manis.

“Oke, makasih ya.”

“Gak usah makasih juga, Mas. Tapi emmm … gimana kalau nanti sore kita ….”

Tak lama kemudian ponsel Hadi berdering menandakan ada panggilan masuk.

Pria itu segera membuka ponselnya, namun sedikit menjauhkan benda tersebut dari Dania.

“Sebentar, aku angkat telpon dulu!” Hadi bangkit dari duduknya, pria itu berjalan ke belakang sambil menempelkan benda canggih tersebut pada telinganya.

Dania memperhatikan punggung suaminya yang semakin menjauh.

“Sejak kapan Mas Hadi nerima telpon sampe menjauh begini?” gumam Dania yang hanya terdengar oleh mbok Darmi yang sedang menuangkan air minum ke dalam gelas di atas meja makan.

“Coba Non ikuti kalau penasaran,” celetuk mbok Darmi yang mendengar ucapan majikannya tadi.

“Ah, nggak, Mbok. Paling itu telepon dari rekan Mas Hadi atau dari pelanggan toko.” Dania membalas dengan wajah yang berusaha tetap terlihat tenang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status