Share

5. Pulang Malam

Penulis: Ainulmardhiah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-15 07:04:23

Dania pulang dari rumah sakit dengan rasa sedikit kecewa.

Karena ia datang menjenguk mertuanya sekaligus ingin bertemu dengan suaminya.

Namun, ternyata Hadi tidak ada di sana.

Yang membuat Dania kepikiran ialah, kemana perginya Hadi?

Bahkan, sampai Resti juga tidak mengetahuinya.

Dania tiba di rumah sekitar pukul sembilan malam, karena perjalanan dari Gresik ke Surabaya cukup lumayan.

“Selamat datang Tuan Putri!” sambut mbok Darmi seraya membuka pintu lebar-lebar untuk majikannya.

“Terima kasih, Mbok. Oh iya, Mas Hadi belum datang ya? Kok mobilnya gak ada?” tanya Dania seraya menoleh ke arah garasi mobil.

Di sana hanya ada mobilnya yang baru saja ia parkiran.

“Belum, Non. Mungkin Tuan lagi sibuk,” jawab mbok Darmi dengan wajah menunduk.

Wanita paruh baya itu seolah tak ingin melihat wajah sendu Dania yang membuatnya ikut merasa pilu.

“Sibuk? Sibuk apa ya?” Dania berpikir sejenak.

Jika dibilang sibuk, lebih sibuk dirinya di rumah sakit, karena pekerjaan Hadi hanyalah mengontrol toko, itu juga dibantu

oleh beberapa karyawan.

“Barangkali sibuk sama wanita lain. Eh, maksudnya orang lain. Duh, maaf, Non. Bibir Mbok keseleo.” Mbok Darmi langsung menepuk bibirnya sendiri dengan wajah tegang.

“Mbok tahu sesuatu tentang Mas Hadi?” Dania menatap intens ke arah wanita paruh baya di hadapannya.

“Nggak, Non. Sumpah! Tadi saya cuma gak sengaja ngomong kayak gitu. Mungkin lagi ada setan lewat,” jawab mbok Darmi yang terlihat tegang.

“Ya sudah, saya mau ke kamar dulu. Nanti kalau Mas Hadi datang, tolong bukakan pintu ya!” Setelah itu, Dania masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya.

Wanita itu membersihkan diri dan berganti pakaian.

Ia menunggu suaminya pulang di dalam kamar.

Meskipun Dania merasa ngantuk, namun

wanita cantik itu berusaha menahannya.

Waktu semakin berjalan, jarum jam dinding sudah tertuju pada angka sebelas.

Namun, Hadi tak kunjung datang.

Jika Dania tidur terlebih dahulu, ia takut

Hadi pulang dan dirinya tidak tahu.

Karena Dania ingin melemparkan berbagai pertanyaan kepada suaminya.

Bahkan saat ini, bibirnya sudah gatal ingin segera mengeluarkan unek-unek di hatinya.

Pukul setengah dua belas malam, pintu kamar dibuka dari luar.

Dania langsung menoleh, seketika dirinya turun dari ranjang saat melihat Hadi masuk ke dalam kamar.

“Kamu habis dari mana, Mas? Kok pulangnya malam banget? Kamu bohong sama aku ‘kan, waktu jam empat kamu bilang ada di rumah sakit, tapi nyatanya kamu udah pergi dari rumah sakit sejak siang. Tadi sore aku ke rumah sakit loh, di sana cuma ada Ibu sama Resti,” cerocos Dania yang seolah menjadi kalimat penyambut bagi suaminya.

Karena ia sudah tak tahan lagi ingin segera mengeluarkan kalimat itu.

“Bisa gak, kalau suami datang itu disambut dengan baik? Jangan dilemparkan banyak pertanyaan seperti ini. Kamu itu berpendidikan, orang tuamu juga berpendidikan, tapi mereka gagal mendidik kamu sebagai manusia yang beradab!” Hadi mengatakan itu sambil menunjuk ke arah wajah Dania.

Nada bicara pria itu terdengar meninggi, sorot matanya tajam, dengan rahang mengeras, terlihat jelas bahwa amarahnya sedang memuncak.

Namun, di balik itu semua, ada sekeping hati yang tergores.

Dania terdiam dengan dada yang terasa sesak, mulutnya terbungkam, bibirnya bergetar, sekali saja ia mengeluarkan kalimat, maka air matanya akan ikut keluar.

Kenapa Hadi sampai membawa-bawa orang tuanya?

Padahal ini adalah masalah mereka berdua.

Dania juga tidak pernah membawa orang tua pria itu walau seberat apapun masalah yang sedang mereka hadapi.

“Apa? Kenapa diam? Gak terima? Mau marah? Nangis? Kenyataannya memang seperti itu. Orang tuamu yang bergelar dokter spesialis itu, tidak dapat mendidik dirimu menjadi perempuan yang baik, seorang istri yang memuliakan suaminya!”

Hadi seolah mencaci maki Dani yang membuat hati wanita itu semakin teriris.

Kenapa lagi-lagi Hadi membawa-bawa kedua orang tuanya?

Padahal, orang tua Dania tidak pernah ikut campur terhadap rumah tangga anaknya.

Dania benar-benar merasa sakit dan pedih, padahal ia yang membiayai pengobatan orang tua suaminya.

Tapi, bisa-bisanya Hadi menjelekkan orang tua Dania hanya karena hal sepele yang terjadi di antara mereka berdua.

Tanpa campur tangan kedua orang tua Dania.

***

Hati Dania semakin teriris, sampai air matanya tak terasa menetes begitu saja.

Mulut Hadi sangat tajam dan mengeluarkan bisa yang sangat menyakitkan untuk Dania.

Wanita itu terdiam, ia memilih untuk berhenti berdebat, karena semakin ia melawan, Hadi pasti akan semakin menjelekkan orang tuanya.

Dania tak ingin itu terjadi, ia lebih sakit hati jika orang tuanya yang tidak tahu apa-apa, dilibatkan bahkan dijelek-jelekkan oleh suaminya sendiri.

Kedua bibir Dania mengatup rapat, namun bibir ranum wanita itu bergetar hebat.

Ia sedang menahan isakkan agar tidak keluar.

Dania lebih memilih menangis dalam diam, meski dadanya terasa sesak.

Melihat Dania terdiam dan berderai air mata, Hadi berhenti berbicara.

Pria itu menarik nafas perlahan dan mengusap wajahnya secara kasar.

Ia maju satu langkah ke hadapan Dania yang sedang menunduk menyembunyikan air mata yang mengalir deras membasahi kedua pipi mulusnya.

“Sudah jangan nangis, aku minta maaf,” ucap Hadi yang mendadak berubah drastis.

Dania mengangkat wajahnya dengan perlahan, ia melihat ke arah Hadi yang mendadak melunak.

Pria itu semakin mendekat, Hadi memegang kedua bahu Dania yang masih bergetar.

“Aku minta maaf kalau ucapan aku tadi terlalu kasar. Tapi aku sama sekali gak ada niat buat nyakitin kamu. Aku tadi hanya terbawa emosi saja. Lain kali, kalau mau nanya atau ngoceh, jangan disaat aku capek ya. Tunggu aku santai dulu, baru kamu boleh ngomong apapun. Paham ya!” Hadi mengusap pipi Dania, pria itu menghapus air mata istrinya dengan lembut.

Namun, Dania masih belum berhenti menangis, buliran bening itu terus menetes.

Kalimat yang Hadi keluarkan, seolah terngiang-ngiang di telinganya.

“Udah, jangan nangis lagi, aku minta maaf, Sayang.” Hadi menarik kedua bahu Dania dan membawa wanita itu ke dalam dekapannya.

Dania masih terdiam, ia merasakan dekapan hangat dari suaminya.

“Aku minta maaf ya, kamu jangan marah sama aku,” ucap Hadi lagi, ini permintaan maaf untuk yang ketiga kalinya.

Dania menganggap jika sudah tiga kali minta maaf, itu artinya Hadi tidak main-main.

“Iya,” jawabnya singkat sambil mengangguk.

“Beneran?” Hadi melepaskan pelukannya sebentar, pria itu memegang kedua pipi Dania dan kembali menghapus jejak air mata dari pipi mulus sang istri.

“Iya, Mas,” jawab Dania dengan suara yang masih terdengar bergetar.

“Terima kasih, udah jangan nangis lagi ya!” Hadi kembali mendekap tubuh Dania.

Ia memberikan pelukan hangat yang membuat hati Dania seketika luluh.

Hadi mengusap punggung istrinya dengan lembut sampai membuat tangis Dania benar-benar reda.

Wanita itu menyandarkan kepala pada dada bidang suaminya, ia merasa nyaman berada di dalam dekapan Hadi.

Namun, tiba-tiba saja Dania seperti mencium aroma yang berbeda dari tubuh Hadi.

Ia menempelkan hidungnya pada baju yang dikenakan pria itu.

Dania mengerutkan kening, semakin ia cium, aroma itu semakin terasa.

Dania yakin itu bukanlah aroma parfum suaminya. Karena selama ini Hadi selalu memakai parfum dengan aroma maskulin, sementara aroma yang saat ini ia cium dari tubuh Hadi, itu seperti aroma parfum perempuan.

Dania ingin menanyakan hal itu, ia mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Hadi.

“Jangan nangis lagi ya, cantik. Aku sayang kamu.” Hadi mendekatkan wajahnya, pria itu memberikan ciuman lembut pada kening sang istri.

“Sekarang kamu istirahat ya, kamu pasti capek seharian bekerja. Aku mau mandi dulu.” Hadi melepaskan pelukannya, pria itu langsung menuju kamar mandi.

Sementara Dania masih mematung, bibirnya sudah gatal ingin menanyakan perihal aroma parfum tadi.

Namun, sepertinya ini bukanlah momen yang tepat, Dania tak ingin menghancurkan suasana.

Sikap Hadi telah berubah manis, Dania tak ingin membuat pria itu kembali berubah menjadi singa ganas seperti sebelumnya.

Bab terkait

  • Sepupuku Ternyata Maduku    6. Aroma Parfum Wanita di Baju Hadi

    Dania tak bisa tidur, sudah beberapa kali ia mencoba untuk terlelap, namun entah kenapa hatinya malah terasa gundah yang membuat ia tak bisa lelap ke alam mimpi. Dania membuka kedua mata, ia merubah posisi dari terlentang menjadi menghadap ke arah Hadi. Wanita itu memperhatikan wajah suaminya yang sedang tidur lelap. Wajah Hadi terlihat tenang seolah tak ada masalah apapun. Namun, entah kenapa hati Dania merasa seperti ada sesuatu yang tidak ia ketahui dari pria itu. Terlebih lagi, ucapan Hadi tadi sore, kembali terngiang di telinganya. Dania masih merasa heran, kenapa Hadi bisa sampai melontarkan kata-kata kasar padanya, bahkan sampai membawa-bawa kedua orang tuanya. Meski pria itu sudah meminta maaf, namun Dania tetap teringat dan terngiang kalimat kasar dari suaminya. “Kamu belum tidur?” Suara itu cukup mengejutkan Dania. Padahal ia sedang memperhatikan pria itu, tapi Dania hampir tak menyadari kalau Hadi telah membuka kedua matanya. “Eh, Mas ….” “Kenapa belum tidur?” Ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Sepupuku Ternyata Maduku    7. Hadi Meminta Uang

    Sejak tadi pagi, Dania terus kepikiran soal aroma parfum wanita yang menempel pada kemeja suaminya. Namun, wanita itu harus memaksakan diri untuk tetap fokus ketika mengobati pasien. Terlebih lagi saat ini sedang musim DBD dan banyak kalangan anak-anak yang terkena penyakit tersebut. Bahkan, delapan puluh persen pengidap DBD di rumah sakit tempat Dania bekerja adalah dari kalangan anak-anak. Saat jam makan siang, Dania menghubungi seseorang yang ia butuhkan saat ini. Dania merasa ia tak bisa lagi menahan semuanya sendiri, Dania membutuhkan seseorang yang bisa mendengarkan ceritanya. “Aku ke sana sekarang ya, Tante,” ucapnya pada seseorang di seberang telepon. Dania tak memiliki banyak waktu, oleh karena itu ia harus buru-buru. Wanita itu membuka jas dokternya dan membawa mobil dengan cepat. Dania datang ke sebuah cafe, di sana sudah ada seorang wanita yang menunggunya. “Mami …” panggilnya seraya berjalan mendekat ke arah wanita tersebut. Itu adalah tante Pradita, seorang wa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Sepupuku Ternyata Maduku    8. Mencari Bukti

    “Aku tau kamu punya uang, Dania. Dua juta bukanlah nominal yang banyak buat kamu. Kenapa kamu sulit sekali untuk memberikan kepada suamimu sendiri?” Hadi terdengar ngotot dan memaksa. “Tapi buat apa dulu, Mas?” Dania masih ingin mengetahui alasan suaminya meminta uang sebanyak itu. “Aku mau renovasi toko. Kamu jangan banyak tanya lagi, kirim uangnya sekarang, karena aku mau beli alat-alat untuk renovasi,” jelas Hadi yang membuat Dania terdiam sejenak. “Beneran, Mas buat renovasi toko?” Dania menatap serius ke arah suaminya. “Sejak kapan aku bohong sama kamu dan sejak kapan kamu tidak percaya sama aku? Dania, bukankah dari sejak pertama kali menikah, kita sudah komitmen untuk saling percaya? Apa kamu lupa itu?” tutur Hadi lagi panjang lebar yang membuat Dania seolah tak dapat lagi membantah. “Iya, Mas.” Akhirnya wanita itu menunduk patuh. “Ya sudah, sekarang kamu kirim uang dua juta ke rekening aku. Kamu tenang saja, semua yang aku lakukan juga untuk keluarga kita dan semua yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Sepupuku Ternyata Maduku    9. Kemana Perginya Hadi?

    Dania membuka WhatsApp di hp Hadi, fokusnya langsung kepada pesan teratas dari kontak yang bernama Imron. “Imron siapa ya?” gumam Dania dengan wajah bingung. Namun, jari jempolnya segera mengklik pesan dari kontak tersebut. (Makasih ya, Mas transferannya)Dania mengerutkan kening, ia tidak bisa membaca pesan teratas karena telah dihapus. Ia juga mengecek foto profil kontak tersebut. Itu hanya foto pemandangan saja, tidak ada gambar orang atau apapun. Dania berusaha menebak, ia rasa tidak ada teman Hadi yang bernama Imron. Terus kenapa orang itu bilang terima kasih atas transferan. Berarti Hadi telah melakukan transaksi untuk orang tersebut. Dania kembali dipukul banyak pertanyaan, transaksi untuk apa dan nominalnya berapa? Padahal, tadi sore pria itu meminta uang dua juta untuk renovasi toko, lalu uang apa yang Hadi kirim untuk orang bernama Imron itu? Dania terdiam cukup lama, sampai ia teringat sesuatu. Di hp itu juga ada m-banking, Dania berniat untuk mengeceknya. Ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Sepupuku Ternyata Maduku    10. Menemui Hadi

    Dania menjalankan mobilnya dengan cepat, ia ingin mengetahui keberadaan Hadi. Kemana perginya Hadi dari semalam? Tidak mungkin pria itu pergi tanpa tujuan. Jika tujuannya baik, kenapa juga Hadi sampai tidak izin padanya. Saat ini, Dania tak tahu dimana keberadaan suaminya. Karena Hadi juga tak dapat ia hubungi. Wanita itu sengaja berangkat lebih pagi, karena ia akan datang ke sebuah tempat sebelum ia ke rumah sakit. Dania datang ke toko terlebih dahulu. Meskipun jaraknya cukup jauh, tapi ia tetap pergi ke tempat itu untuk mencari keberadaan Hadi. Setelah tiba di toko, Dania segera turun dari mobil dan berjalan dengan cepat. Toko oleh-oleh khas Surabaya miliknya itu baru buka sebagian. Dania yakin yang berada di sana baru sebagian karyawan saja. “Selamat pagi, Bu!” sapa seorang karyawan wanita yang menyambut kedatangannya di depan pintu. Mereka tahu itu adalah pemilik toko tersebut. Oleh karenanya mereka memberikan sambutan hangat. “Pagi, apa Bapak ada di sini?” tanya Dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Sepupuku Ternyata Maduku    11. Bukti Transfer

    Dania memutuskan untuk pulang ke rumah, karena ia juga merasa lelah setelah seharian bekerja di rumah sakit. Terlebih lagi, hari ini ada beberapa pasien kritis yang ditanganinya. Termasuk anak yang bernama Disa. Sepertinya anak itu akan menginap beberapa hari di rumah sakit, karena kondisinya yang memungkinkan harus tetap rawat inap. Dania tiba di rumah sebelum adzan maghrib berkumandang. Wanita itu segera membersihkan diri dan mengambil wudhu. Ia menunaikan sholat Maghrib seorang diri. Karena sekalipun Hadi ada di sana, pria itu tidak pernah mau diajak sholat berjamaah oleh Dania. Ia juga tidak terlalu mempermasalahkan itu, Dania tak ingin terlalu mengatur suaminya, karena Hadi juga bukan anak kecil. Pria itu sudah bisa berpikir sendiri. Hanya saja, mungkin Hadi belum mendapat hidayah sehingga pria itu jarang mendekatkan diri kepada sang kuasa. Sekitar pukul delapan malam, Hadi baru tiba di rumah. Dania segera menyambut kedatangan suaminya seperti biasa. Ia juga menawari Ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Sepupuku Ternyata Maduku    12. Jawaban Disa

    Tangan Dania bergetar hebat, bahkan ponsel Hadi yang berada di dalam genggamannya hampir terjatuh. Dadanya terasa sesak, ia takut ada kenyataan besar yang menghantamnya setelah ini. Dania takut ada sesuatu diantara Hadi dan juga Lila. Dania akan sangat hancur jika Hadi berani menduakan Dania dengan sepupunya sendiri. Seorang sepupu perempuan yang dulu pernah ia berikan tumpangan hidup di rumahnya itu. Ya, Lila adalah sepupu perempuan Dania, wanita itu juga pernah tinggal di rumahnya beberapa bulan ketika Lila baru lulus sekolah dan bekerja menjadi seorang SPG di daerah Surabaya. Dania meremas ponsel yang digenggamnya. Tak lama kemudian terdengar suara gumaman dari arah ranjang yang membuatnya langsung menoleh. Hadi menggeliat dan berganti posisi. Dania mengambil ponselnya, dengan cepat ia memfoto layar ponsel Hadi yang masih menampilkan bukti transfer ke ATM atas nama Lila. Setelah itu, ia segera mengembalikan ponsel Hadi ke dalam tas, karena takut pemiliknya bangun.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Sepupuku Ternyata Maduku    13. Orang Tua Disa

    Dania ingin memberikan banyak pertanyaan untuk Disa, namun sepertinya anak itu terlihat ngantuk karena telah minum obat juga. Dania tak ingin mengganggu pasiennya dengan pertanyaan yang mungkin tidak penting. Akhirnya, Dania membiarkan Disa beristirahat karena ia juga harus memeriksa pasien yang lain. Anehnya, dari kemarin Dania tidak bertemu dengan orang tua Disa. Entah mungkin karena kedua orang tua anak itu sedang sibuk atau bagaimana. “Disa istirahat saja ya,” ucap Dania sebelum keluar dari ruangan itu. “Dokter cantik mau kemana?” tanya Disa yang masih menatap ke arah Dania. “Dokter mau memeriksa pasien yang lain,” jawab Dania yang diiringi dengan senyum manis. “Pasien dokter banyak ya?” tanya anak itu yang terdengar lebih ceria. “Iya, pasien dokter kebanyakan anak-anak seperti Disa.” Lagi-lagi Dania menjawab diiringi dengan senyuman. “Wah, asik dong aku kalau keluar pasti banyak teman. Aku bosen disini terus, Dok. Aku mau keluar,” ucap anak itu dengan wajah yang berubah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30

Bab terbaru

  • Sepupuku Ternyata Maduku    13. Orang Tua Disa

    Dania ingin memberikan banyak pertanyaan untuk Disa, namun sepertinya anak itu terlihat ngantuk karena telah minum obat juga. Dania tak ingin mengganggu pasiennya dengan pertanyaan yang mungkin tidak penting. Akhirnya, Dania membiarkan Disa beristirahat karena ia juga harus memeriksa pasien yang lain. Anehnya, dari kemarin Dania tidak bertemu dengan orang tua Disa. Entah mungkin karena kedua orang tua anak itu sedang sibuk atau bagaimana. “Disa istirahat saja ya,” ucap Dania sebelum keluar dari ruangan itu. “Dokter cantik mau kemana?” tanya Disa yang masih menatap ke arah Dania. “Dokter mau memeriksa pasien yang lain,” jawab Dania yang diiringi dengan senyum manis. “Pasien dokter banyak ya?” tanya anak itu yang terdengar lebih ceria. “Iya, pasien dokter kebanyakan anak-anak seperti Disa.” Lagi-lagi Dania menjawab diiringi dengan senyuman. “Wah, asik dong aku kalau keluar pasti banyak teman. Aku bosen disini terus, Dok. Aku mau keluar,” ucap anak itu dengan wajah yang berubah

  • Sepupuku Ternyata Maduku    12. Jawaban Disa

    Tangan Dania bergetar hebat, bahkan ponsel Hadi yang berada di dalam genggamannya hampir terjatuh. Dadanya terasa sesak, ia takut ada kenyataan besar yang menghantamnya setelah ini. Dania takut ada sesuatu diantara Hadi dan juga Lila. Dania akan sangat hancur jika Hadi berani menduakan Dania dengan sepupunya sendiri. Seorang sepupu perempuan yang dulu pernah ia berikan tumpangan hidup di rumahnya itu. Ya, Lila adalah sepupu perempuan Dania, wanita itu juga pernah tinggal di rumahnya beberapa bulan ketika Lila baru lulus sekolah dan bekerja menjadi seorang SPG di daerah Surabaya. Dania meremas ponsel yang digenggamnya. Tak lama kemudian terdengar suara gumaman dari arah ranjang yang membuatnya langsung menoleh. Hadi menggeliat dan berganti posisi. Dania mengambil ponselnya, dengan cepat ia memfoto layar ponsel Hadi yang masih menampilkan bukti transfer ke ATM atas nama Lila. Setelah itu, ia segera mengembalikan ponsel Hadi ke dalam tas, karena takut pemiliknya bangun.

  • Sepupuku Ternyata Maduku    11. Bukti Transfer

    Dania memutuskan untuk pulang ke rumah, karena ia juga merasa lelah setelah seharian bekerja di rumah sakit. Terlebih lagi, hari ini ada beberapa pasien kritis yang ditanganinya. Termasuk anak yang bernama Disa. Sepertinya anak itu akan menginap beberapa hari di rumah sakit, karena kondisinya yang memungkinkan harus tetap rawat inap. Dania tiba di rumah sebelum adzan maghrib berkumandang. Wanita itu segera membersihkan diri dan mengambil wudhu. Ia menunaikan sholat Maghrib seorang diri. Karena sekalipun Hadi ada di sana, pria itu tidak pernah mau diajak sholat berjamaah oleh Dania. Ia juga tidak terlalu mempermasalahkan itu, Dania tak ingin terlalu mengatur suaminya, karena Hadi juga bukan anak kecil. Pria itu sudah bisa berpikir sendiri. Hanya saja, mungkin Hadi belum mendapat hidayah sehingga pria itu jarang mendekatkan diri kepada sang kuasa. Sekitar pukul delapan malam, Hadi baru tiba di rumah. Dania segera menyambut kedatangan suaminya seperti biasa. Ia juga menawari Ha

  • Sepupuku Ternyata Maduku    10. Menemui Hadi

    Dania menjalankan mobilnya dengan cepat, ia ingin mengetahui keberadaan Hadi. Kemana perginya Hadi dari semalam? Tidak mungkin pria itu pergi tanpa tujuan. Jika tujuannya baik, kenapa juga Hadi sampai tidak izin padanya. Saat ini, Dania tak tahu dimana keberadaan suaminya. Karena Hadi juga tak dapat ia hubungi. Wanita itu sengaja berangkat lebih pagi, karena ia akan datang ke sebuah tempat sebelum ia ke rumah sakit. Dania datang ke toko terlebih dahulu. Meskipun jaraknya cukup jauh, tapi ia tetap pergi ke tempat itu untuk mencari keberadaan Hadi. Setelah tiba di toko, Dania segera turun dari mobil dan berjalan dengan cepat. Toko oleh-oleh khas Surabaya miliknya itu baru buka sebagian. Dania yakin yang berada di sana baru sebagian karyawan saja. “Selamat pagi, Bu!” sapa seorang karyawan wanita yang menyambut kedatangannya di depan pintu. Mereka tahu itu adalah pemilik toko tersebut. Oleh karenanya mereka memberikan sambutan hangat. “Pagi, apa Bapak ada di sini?” tanya Dan

  • Sepupuku Ternyata Maduku    9. Kemana Perginya Hadi?

    Dania membuka WhatsApp di hp Hadi, fokusnya langsung kepada pesan teratas dari kontak yang bernama Imron. “Imron siapa ya?” gumam Dania dengan wajah bingung. Namun, jari jempolnya segera mengklik pesan dari kontak tersebut. (Makasih ya, Mas transferannya)Dania mengerutkan kening, ia tidak bisa membaca pesan teratas karena telah dihapus. Ia juga mengecek foto profil kontak tersebut. Itu hanya foto pemandangan saja, tidak ada gambar orang atau apapun. Dania berusaha menebak, ia rasa tidak ada teman Hadi yang bernama Imron. Terus kenapa orang itu bilang terima kasih atas transferan. Berarti Hadi telah melakukan transaksi untuk orang tersebut. Dania kembali dipukul banyak pertanyaan, transaksi untuk apa dan nominalnya berapa? Padahal, tadi sore pria itu meminta uang dua juta untuk renovasi toko, lalu uang apa yang Hadi kirim untuk orang bernama Imron itu? Dania terdiam cukup lama, sampai ia teringat sesuatu. Di hp itu juga ada m-banking, Dania berniat untuk mengeceknya. Ia

  • Sepupuku Ternyata Maduku    8. Mencari Bukti

    “Aku tau kamu punya uang, Dania. Dua juta bukanlah nominal yang banyak buat kamu. Kenapa kamu sulit sekali untuk memberikan kepada suamimu sendiri?” Hadi terdengar ngotot dan memaksa. “Tapi buat apa dulu, Mas?” Dania masih ingin mengetahui alasan suaminya meminta uang sebanyak itu. “Aku mau renovasi toko. Kamu jangan banyak tanya lagi, kirim uangnya sekarang, karena aku mau beli alat-alat untuk renovasi,” jelas Hadi yang membuat Dania terdiam sejenak. “Beneran, Mas buat renovasi toko?” Dania menatap serius ke arah suaminya. “Sejak kapan aku bohong sama kamu dan sejak kapan kamu tidak percaya sama aku? Dania, bukankah dari sejak pertama kali menikah, kita sudah komitmen untuk saling percaya? Apa kamu lupa itu?” tutur Hadi lagi panjang lebar yang membuat Dania seolah tak dapat lagi membantah. “Iya, Mas.” Akhirnya wanita itu menunduk patuh. “Ya sudah, sekarang kamu kirim uang dua juta ke rekening aku. Kamu tenang saja, semua yang aku lakukan juga untuk keluarga kita dan semua yang

  • Sepupuku Ternyata Maduku    7. Hadi Meminta Uang

    Sejak tadi pagi, Dania terus kepikiran soal aroma parfum wanita yang menempel pada kemeja suaminya. Namun, wanita itu harus memaksakan diri untuk tetap fokus ketika mengobati pasien. Terlebih lagi saat ini sedang musim DBD dan banyak kalangan anak-anak yang terkena penyakit tersebut. Bahkan, delapan puluh persen pengidap DBD di rumah sakit tempat Dania bekerja adalah dari kalangan anak-anak. Saat jam makan siang, Dania menghubungi seseorang yang ia butuhkan saat ini. Dania merasa ia tak bisa lagi menahan semuanya sendiri, Dania membutuhkan seseorang yang bisa mendengarkan ceritanya. “Aku ke sana sekarang ya, Tante,” ucapnya pada seseorang di seberang telepon. Dania tak memiliki banyak waktu, oleh karena itu ia harus buru-buru. Wanita itu membuka jas dokternya dan membawa mobil dengan cepat. Dania datang ke sebuah cafe, di sana sudah ada seorang wanita yang menunggunya. “Mami …” panggilnya seraya berjalan mendekat ke arah wanita tersebut. Itu adalah tante Pradita, seorang wa

  • Sepupuku Ternyata Maduku    6. Aroma Parfum Wanita di Baju Hadi

    Dania tak bisa tidur, sudah beberapa kali ia mencoba untuk terlelap, namun entah kenapa hatinya malah terasa gundah yang membuat ia tak bisa lelap ke alam mimpi. Dania membuka kedua mata, ia merubah posisi dari terlentang menjadi menghadap ke arah Hadi. Wanita itu memperhatikan wajah suaminya yang sedang tidur lelap. Wajah Hadi terlihat tenang seolah tak ada masalah apapun. Namun, entah kenapa hati Dania merasa seperti ada sesuatu yang tidak ia ketahui dari pria itu. Terlebih lagi, ucapan Hadi tadi sore, kembali terngiang di telinganya. Dania masih merasa heran, kenapa Hadi bisa sampai melontarkan kata-kata kasar padanya, bahkan sampai membawa-bawa kedua orang tuanya. Meski pria itu sudah meminta maaf, namun Dania tetap teringat dan terngiang kalimat kasar dari suaminya. “Kamu belum tidur?” Suara itu cukup mengejutkan Dania. Padahal ia sedang memperhatikan pria itu, tapi Dania hampir tak menyadari kalau Hadi telah membuka kedua matanya. “Eh, Mas ….” “Kenapa belum tidur?” Ha

  • Sepupuku Ternyata Maduku    5. Pulang Malam

    Dania pulang dari rumah sakit dengan rasa sedikit kecewa. Karena ia datang menjenguk mertuanya sekaligus ingin bertemu dengan suaminya. Namun, ternyata Hadi tidak ada di sana. Yang membuat Dania kepikiran ialah, kemana perginya Hadi? Bahkan, sampai Resti juga tidak mengetahuinya. Dania tiba di rumah sekitar pukul sembilan malam, karena perjalanan dari Gresik ke Surabaya cukup lumayan. “Selamat datang Tuan Putri!” sambut mbok Darmi seraya membuka pintu lebar-lebar untuk majikannya. “Terima kasih, Mbok. Oh iya, Mas Hadi belum datang ya? Kok mobilnya gak ada?” tanya Dania seraya menoleh ke arah garasi mobil. Di sana hanya ada mobilnya yang baru saja ia parkiran. “Belum, Non. Mungkin Tuan lagi sibuk,” jawab mbok Darmi dengan wajah menunduk. Wanita paruh baya itu seolah tak ingin melihat wajah sendu Dania yang membuatnya ikut merasa pilu. “Sibuk? Sibuk apa ya?” Dania berpikir sejenak. Jika dibilang sibuk, lebih sibuk dirinya di rumah sakit, karena pekerjaan Hadi han

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status