Pria dengan status tinggi selalu tahu cara mempermainkan hati dan memanfaatkan kelemahan orang.Bisa-bisanya Alaric mengancam Florence dengan Phoebe. Ekspresi Florence langsung berubah. "Kamu nggak boleh melakukan ini. Phoebe itu nggak sehat. Kalau kamu menjebloskannya kembali ke penjara, dia akan mati.""Kamu yang membunuhnya."Alaric menyerang Florence.Alaric sama sekali tidak peduli dengan hidup-matinya orang lain, dia hanya peduli pada kepentingannya sendiri. Selain itu, dia akan melakukan apa pun untuk mencapai tujuannya.Florence hampir menangis. Dia tidak menyangka dirinya akan berurusan dengan pria ini. "Kenapa aku?"Florence tidak mengerti. Dengan status Alaric, pria itu bisa mendapatkan wanita mana pun, kenapa Alaric harus mempersulitnya?Kenapa harus dirinya?Alaric menatap wajah Florence yang ada di dalam pelukannya. Florence memandangnya dengan mata berair. Matanya begitu murni, tak ternodai, begitu polos.Alaric ingin menghancurkannya.Mata Florence terlalu menarik bagi
Pria itu tertegun sejenak, lalu mengangkat alisnya. "Bagaimana kamu tahu kalau aku punya hubungan dengan Alaric?""Untuk orang sekelas kalian, aku hanya mengenal Alaric. Jadi aku menebak kalau kamu mencariku pasti karena dia, benar?"Pria itu memandang Florence, lalu tersenyum. "Kamu sangat pintar. Namaku Arnold Prescott, kakak kedua Alaric."Florence agak terkejut.Florence menduga bahwa pria ini adalah anggota Keluarga Prescott, tetapi dia tidak menyangka bahwa pria ini adalah tuan muda kedua dari Keluarga Prescott. Selain itu, ternyata tuan muda kedua dari Keluarga Prescott itu cacat.Ada apa dia mencari Florence?Florence berusaha tenang. Dia bertanya dengan ragu, "Ada apa kamu mencariku?"Arnold tidak bertele-tele dengan Florence. Dia mengeluarkan sebuah botol putih kecil, lalu meletakkannya di depan Florence. "Obat di dalamnya akan larut dalam air. Cari kesempatan untuk memasukkannya ke dalam air Alaric agar dia minum.""Ini ... untukmu."Kemudian Arnold menyerahkan selembar cek.
Jordan tahu bahwa Alaric sedang membicarakan Florence. Dia tampak terkejut.Bisa-bisanya Alaric menganggap Florence sebagai hewan peliharaannya. Dia jelas-jelas tahu bahwa Florence mungkin berbahaya baginya, tetapi dia masih ingin "memelihara" dan menjinakkan Florence.Kilat gelap melintas di mata Alaric. Dia melempar penanya, berdiri, kemudian mengambil jasnya, lalu melangkah keluar.Jordan mengikutinya. "Pak Alaric, mau ke mana?""Rumahnya."Alaric bahkan tidak menoleh, tetapi ekspresi Jordan berubah drastis. Dia bergegas menghentikan Alaric, kemudian berkata dengan nada serius. "Pak Alaric, Florence sangat berbahaya sekarang. Kamu nggak boleh mendekatinya.""Minggir," kata Alaric dengan datar."Pak Alaric!""Kenapa? Kamu nggak mau mendengarkan kata-kataku lagi?"Tatapan Alaric tiba-tiba menjadi sedikit berbahaya.Alaric telah memutuskan untuk pergi mencari Florence. Jordan tahu dia tidak bisa menghentikan bosnya itu, jadi dia tidak punya pilihan selain minggir.Wajah tampan Alaric t
Florence mengira Alaric ada masalah, jadi dia mendekat. Begitu dia tiba di sisi Alaric, pergelangan tangannya ditarik hingga dia jatuh ke pangkuan Alaric. Kemudian lengan pria itu memeluk pinggangnya.Ekspresi Florence berubah, dia hendak berdiri. "Pak Alaric, kamu bilang satu minggu ....""Tentang hal yang aku katakan kepadamu kemarin, bagaimana pertimbanganmu?"Alaric awalnya hanya ingin memeluk Florence, tetapi begitu dia menyentuh tubuh Florence yang harum dan lembut, dia menyesal telah berbaik hati memberi Florence waktu satu minggu.Namun, Alaric tidak bisa menarik kembali kata-katanya. Dia memainkan tangan Florence.Dia benar-benar datang untuk hal ini.Sebenarnya Florence sudah memikirkannya, tetapi hal yang dia pikirkan adalah cara kabur.Florence hendak berbicara, tetapi suara aktor tiba-tiba terdengar dari TV."Kenapa kamu menggangguku? Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Apakah kata-kataku masih kurang jelas? Aku nggak akan bersamamu! Lepaskan aku, kalau kamu berani menggang
Florence duduk di sebelah Alaric. "Pak Alaric, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepadamu.""Hm."Florence membuka telapak tangannya, memperlihatkan sebuah botol putih kecil serta sebuah cek. "Kakak keduamu mencariku hari ini. Dia memintaku untuk meracunimu. Ini adalah obat dan cek yang dia berikan kepadaku."Pupil mata Alaric tiba-tiba mengecil, dia menatap Florence dengan cermat.Alaric tidak berbicara, tatapannya agak aneh. Florence bertanya dengan bingung. "Kamu nggak percaya? Ini benar-benar racun, aku nggak berbohong."Tentu saja Alaric tahu itu racun. Pria itu menyipitkan matanya, mengambil botol racun itu dari tangan Florence sambil bertanya, "Kenapa kamu nggak mendengarkan dia?"Mata Florence berkedip, lalu dia menjawab dengan datar, "Kamu pernah membantuku, aku nggak akan mencelakaimu."Hari ini, Florence terpaksa berbohong kepada Arnold demi melarikan diri.Florence tidak bodoh. Arnold pasti akan menghabisi Florence setelah memanfaatkannya. Jika Florence benar-benar merac
Florence, "..."Florence pikir dia bisa menukar kejujuran dengan kebebasan pribadi, tapi tak disangka Alaric tidak bertindak sesuai keinginan FlorenceFlorence sangat marah hingga dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Dia mengerutkan kening, tampak tidak mau menyerah.Alaric yang melihatnya pun tertantang untuk menaklukkan Florence. Dia mencubit dagu Florence, kemudian menciumnya dengan kuat."Le ... um!"Florence melawan, dia meletakkan tangan kecilnya pada dada pria itu, mencoba mendorongnya.Bibirnya yang lembut seperti permen manis, membuat Alaric tak bisa puas ketika menyentuhnya. Alaric tidak menyukai yang manis-manis, tetapi dia sangat menyukai bibir Florence.Alaric tidak mengizinkan Florence melarikan diri.Tangan besar pria itu memegang bagian belakang kepala Florence dengan dominan, tubuhnya yang tinggi menekan Florence ke atas sofa, lidahnya dengan paksa membuka gigi Florence untuk memperdalam ciuman.Kedua orang itu berciuman dengan penuh gairah, orang-orang di luar
Mata Alaric acuh tak acuh ketika dia bergumam.Mata Florence berkedip. Jadi, malam ini Alaric sedang berakting dengannya."Kami semua mengetahuinya. Kamu nggak akan berdalih kalau kamu nggak pergi menemui Tuan Muda Arnold, 'kan?"Jordan tidak lagi menunjukkan rasa sopannya terhadap Florence, dia tampak dingin.Florence tetap diam, tidak berbicara.Alaric melingkarkan satu tangannya pada pinggang Florence, kemudian dia mengambil botol obat kecil yang di atas meja kopi dengan tangan lain, lalu melemparkannya ke Jordan.Jordan refleks mengulurkan tangan untuk menangkapnya. Dia sedikit bingung. "Pak Alaric, ini ....""Racun yang diberikan oleh Arnold," kata Alaric dingin."Apa?"Racunnya jelas ada di tangan Florence, jadi Florence-lah yang menyerahkan racun itu.Perkembangan masalah ini benar-benar berbeda dari imajinasi Jordan. Dia memandang Florence dengan heran.Bagaimanapun, Arnold begitu kejam dan membayar mahal. Florence begitu miskin, tetapi dia tidak goyah."Apa yang sedang kamu pi
Alaric duduk di sofa, melepas dasinya, mengeluarkan ponsel, kemudian menelepon seseorang.Telepon berdering lama sekali sebelum diangkat. Setelah itu, terdengar suara seorang pria. "Sudah begitu malam, ada apa kamu menelepon, Alaric?""Ada seorang ilmuwan bernama Charlie King, apakah Kak Arnold pernah mendengar tentangnya?" Suara Alaric tidak ada emosi."Hm? Astronom terkenal itu, apakah kamu ingin merekrutnya?" Nada Arnold terdengar santai seolah dia tidak pernah ingin meracuni adiknya itu.Alaric berkata tanpa tergesa-gesa. "Dengar-dengar, dia menderita ALS, nggak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya, tapi dia masih hidup. Hidup dalam kondisi seperti itu adalah satu-satunya keajaiban di bidang medis. Kak Arnold, kamu hanya cacat kaki, jauh lebih beruntung dari dia. Apakah kamu ingin menjadi keajaiban kedua?""..."Suara Alaric tiba-tiba menjadi tegas. "Arnold, kalau kamu menyentuh orangku lagi, kamu akan menjadi Charlie King yang kedua."Dibandingkan dengan kemunafikan Arnold, Alaric t