Florence tidak tahu betapa menggairahkannya seorang wanita mengenakan kemeja pria.Namun, Florence masih lapar. Tubuh wanita ini memang tidak tahan beraktivitas. Bila lapar, dia hanya akan makin tak bertenaga."Ayo, makan dulu."Alaric membawa Florence ke ruang makan.Dapur di rumah Alaric bahkan tidak memiliki peralatan masak paling dasar. Dekorasi dapur ini jelas hanya pajangan.Jordan mengantarkan makanan dari restoran bintang lima serta tas Florence.Florence memindahkan makanan ke piring, kemudian mereka duduk. Dia benar-benar lapar sehingga dia langsung makan tanpa sungkan.Alaric tidak begitu lapar, jadi dia hanya makan sedikit, kemudian membuka sebotol anggur merah. Dia menggoyangkan gelas anggur, menikmati anggur sambil menonton Florence makan.Alaric biasanya berinteraksi dengan wanita kelas atas. Dia baru pertama kali melihat wanita seperti Florence yang tidak menjaga citra makannya di depan Alaric.Akan tetapi, Florence sangat apa adanya, jauh lebih enak dilihat ketimbang w
Alaric berkata, "Aku akan pergi ke perusahaan. Kamu diliburkan satu hari, istirahat saja hari ini.""Nggak perlu, aku bisa kerja.""Kamu masih punya tenaga untuk kerja?"Tatapan Alaric tampak jenaka.Wajah Florence langsung terbakar. Bagian dalam pahanya sangat sakit. Tubuhnya juga sangat pegal dan lelah."Istirahatlah hari ini." Alaric memberikannya sebuah salep. "Untukmu.""Apa ini?"Tulisan pada salep itu adalah bahasa Inggris. Florence tidak melihatnya dengan saksama, dia langsung menerimanya."Tadi malam kamu terluka, jadi aku mengoleskan salep. Setelahnya kamu oleskan sendiri," ucap Alaric.Memangnya dia terluka?Florence tertegun sejenak sebelum mengerti maksud dalam kata-kata Alaric. Seketika Florence ingin melempar salep ini.Bisa-bisanya Alaric mengoleskan salep padanya.Begitu memikirkan pemandangan itu, Florence merasa malu sekali. "Kenapa kamu ...."Wajah Florence seperti pantat monyet. Dia begitu malu.Alaric yang melihatnya makin ingin menggodanya. "Kamu bengkak, aku ber
Florence pikir Bryan sudah pulang karena gagal menunggunya tadi malam, tak disangka pria itu masih belum pergi.Kulit Bryan menjadi sedikit lebih gelap dibanding sebelumnya. Wajar karena dia berbulan madu dengan istrinya ke pantai."Flo, kenapa tadi malam kamu nggak ada di rumah? Kamu pergi ke mana?"Bryan menunggu sepanjang malam, dia tampak lelah, nadanya terdengar menuduh.Florence tersadar lalu dia merasa lucu. "Dengan identitas apa kamu bertanya padaku, Bryan?"Ekspresi Bryan menjadi kaku. "Flo, aku menunggumu satu malam. Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu.""Aku nggak menikah atas kemauanku sendiri. Aku pulang benar-benar karena ibuku sakit. Aku memberitahunya tentang hubungan kita, tapi dia malah mengancamku untuk menikah dengan nyawanya. Aku menolak, kemudian dia menyuruh kakakku untuk mengurungku. Aku nggak bisa menghubungimu, jadi aku terpaksa menyetujui pernikahan itu."Mendengar kata-kata Bryan, Florence merasa konyol. Apakah Bryan yang menulis naskah itu?Dia
Florence tidak pernah melihat ibunya Bryan, hanya pernah mendengar Bryan menceritakannya. Ayahnya Bryan sudah lama meninggal, ibunya Bryan yang membesarkan Bryan dan kakaknya dengan susah payah. Demi mencari nafkah, ibunya melakukan banyak pekerjaan berat. Karena itu, tubuhnya sakit dan kondisinya memburuk selama beberapa tahun terakhir."Sebenarnya Florence tidak menyalahkan komprominya Bryan.Hanya saja setiap orang memiliki pilihan sendiri. Jika sudah memilih, maka dia harus bertanggung jawab atas pilihannya sendiri.Bryan pikir Florence akan mengerti dan memaafkannya setelah Bryan menjelaskan semuanya.Tak disangka hasilnya seperti ini.Flo, bagaimana kamu bisa meninggalkanku?'Bryan melihat punggung Florence dengan tidak terima. Dia hendak mengejar Florence, tiba-tiba sebuah mobil sport berwarna merah berhenti di sisinya.Pintu mobil terbuka, seorang wanita muda bertubuh seksi yang wajahnya dirias dengan indah dan mengenakan rok merah pun turun."Akhirnya aku menemukanmu, Kak Brya
"Pak David adalah seorang investor. Dia nggak berbohong tadi malam. Benar-benar ada sebuah film, tapi dia sering menggunakan kesempatan ini untuk melecehkan aktris. Belakangan, sutradara mendengar Alaric membantu kita, juga melihat aku bersama Anthony, jadi dia memberikannya naskahnya kepadaku. Aku diminta untuk memerankan protagonis wanita."Tatapan Ella menjadi suram, dia tersenyum masam. "Ini adalah pertama kalinya aku diminta oleh sutradara dan produser untuk mengambil peran. Uang dan kekuasaan memang bagus."Ella sering mengatakan bahwa dia akan menggunakan kemampuan aktingnya untuk membuktikan dirinya, serta membiarkan sutradara melihat keberadaannya. Meskipun itu hanya peran kecil, dia bekerja keras untuk memainkannya. Namun, ketika dia akhirnya terlihat, itu tidak ada kaitannya dengan kemampuan aktingnya.Entah kenapa, Florence merasa ada yang tidak beres dengan Ella. "Ella, apakah kamu akan menerima drama ini?"Ella tersadar lalu mengangguk. "Ya, aku sudah lama menunggu naskah
Begitu pertanyaan Alaric terlontar, tatapan para elite di sekitar pun tiba-tiba menjadi bingung.Jika percakapan antara Alaric dan Florence tadi terbilang normal, maka pertanyaan Alaric mengundang banyak tanda tanya dalam benak mereka.Selain itu ... obat apa yang dimaksud Alaric?Bagaimana Alaric mengetahui bahwa Florence terluka?Jelas ada cerita di balik ini.Selain itu, meskipun nada Alaric terdengar dingin, kata-katanya terdengar begitu perhatian terhadap Florence.Pasalnya, Alaric selalu menunjukkan citra dingin nan tegas sejak dia menjabat. Tidak ada yang pernah melihatnya begitu peduli terhadap bawahannya.Ada rumor tentang Alaric dan Florence di perusahaan sebelumnya. Jangan-jangan itu bukan sekadar rumor?"Apa ...?"Florence tidak mengerti pada awalnya, dia sedikit bingung. Melihat tatapan gelap Alaric, Florence baru tiba-tiba tersadar. Dia seketika merasa canggung.Obat yang Alaric bicarakan adalah obat itu!Meski tatapan Alaric tenang, hanya Florence yang tahu betapa jahatn
Dasar jahat!Di hadapan banyak orang, Florence hanya bisa berkata, "Terima kasih, Pak Alaric. Masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan, jadi aku nggak mengganggu kalian lagi, Pak Alaric."Setelah mengatakan itu, tanpa menunggu Alaric merespons, Florence segera memungut dokumen dari lantai, kemudian kabur.Melihat Florence lari terbirit-birit, tatapan geli pun terbit di mata Alaric.Sialan, bisa-bisanya Alaric menanyakan pertanyaan seperti itu padanya.Florence berhenti di depan pintu tangga darurat untuk menepuk-nepuk wajah merahnya. Dia memaki Alaric dalam hati sembari merapikan dokumennya."Bip, bip."Tiba-tiba ponselnya berbunyi.Florence mengeluarkannya, lalu melihat pesan dari Alaric."Setengah jam kemudian, antar anggaran departemen periklanan untuk kuartal berikutnya ke kantor."Florence mengerutkan kening melihat isi pesan tersebut. Intuisinya mengatakan bahwa perintah itu tidak sesederhana kelihatannya.Jika Alaric menginginkan dokumen, dia dapat meminta Jordan atau dua s
Raut Florence tampak tenang dan tidak emosi. Dia mengeluarkan sebuah dokumen lalu berjalan mendekat. "Bu Anna, ini adalah dokumen yang Pak Alaric inginkan. Tolong antar kepadanya."Anna tertegun sejenak sambil mengerutkan kening. "Apa maksudmu?""Aku masih punya banyak pekerjaan, nggak punya waktu untuk mengantar dokumen, jadi mohon bantuannya."Anna menyipitkan matanya lalu mencibir, "Kamu ingin menjebakku, 'kan? Kamu pasti sudah mengubah dokumen ini. Kamu pikir aku akan tertipu?"Menurut Anna, Florence tidak mungkin bersedia memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan Alaric kepadanya.Florence sedikit tidak berdaya. "Aku nggak melakukannya. Memangnya kamu nggak bisa memeriksa dokumen sendiri?"Florence terdiam sejenak sebelum lanjut berkata, "Pak Alaric menyukaimu, kenapa aku masih harus mengantarkan dokumen untuknya?"Florence sengaja berpura-pura cemburu.Anna merasa sedikit bangga ketika mendengar kalimat itu. Dia berpikir, seandainya Florence melakukan sesuatu pada dokumen,