Tubuh Florence tertegun. Dia mendongak dengan bingung, lalu melihat Alaric memegang selembar tisu, ingin menyeka darah dari dahinya.Mata Florence berkedip. Dia refleks memalingkan wajah, kemudian berkata, "Pak Alaric, aku bisa sendiri."Teman wanita Alaric masih melihat dari samping, Florence merasa sangat tidak nyaman. Dia menahan rasa sakit sambil bergeser ke samping.Jangan bergerak.Alaric menegur dengan alis bertaut tanpa melepaskan pinggang Florence. Dia menyeka luka Florence dengan raut muram. Karena lukanya terasa sakit, Florence pun mengernyit sambil mengerang.Sakit? tanya Alaric dengan alis bertaut.Hm.Florence terluka begitu parah, heran bila tidak sakit.Kamu pantas mendapatkannya....Apakah otakmu bermasalah sehingga kamu menyeberang jalan tanpa melihat-lihat? marah Alaric dengan nada sinis.Florence tak bisa berkata-kata.Awalnya dia ingin berterima kasih kepada Alaric, tetapi dia menelan kata-katanya.Nada Alaric sangat galak, padahal Florence masih sangat pusing. Di
Florence berpikir sekian lama, tetap tidak menemukan orangnya. Dia merasa pusing, lantas dia tidak berpikir lagi.Nona Florence, ini pakaian pasien. Gantilah agar kamu merasa lebih nyaman. Saat ini, perawat datang memberikan pakaian pasien yang besar sembari bertanya, "Perlu bantuan?"Florence menyadari bahwa orang-orang di rumah sakit ini agak menyanjung padanya. Mungkin karena Alaric.Nggak perlu, terima kasih. Aku bisa ganti sendiri. Florence tidak terbiasa dibantu mengganti pakaian, jadi dia menolak.Baiklah, panggil aku kalau kamu membutuhkan sesuatu.Oke....Setelah si perawat pergi, Florence istirahat sebentar di ranjang sebelum melepaskan kaosnya yang kotor untuk diganti dengan pakaian pasien yang bersih.Karena tubuhnya masih ada luka, gerakannya agak lambat. Dia mengeluarkan satu tangan dari lengan baju, lalu mengeluarkan tangan yang lain.Saat Alaric kembali ke bangsal, pemandangan itulah yang dia saksikan.Florence duduk di pinggir ranjang. Kaos yang terangkat memperlihatk
Apakah dia lelah?Berurusan dengan orang-orang itu, melihat wanita itu melancarkan godaan dengan maksud tertentu ....Alaric tidak merasa lelah, semua itu sudah biasa baginya.Akan tetapi, entah kenapa ketika dia melihat mata Florence yang jernih, dia tiba-tiba merasa sedikit lelah.Alaric memicingkan mata. Tiba-tiba dia menggenggam pergelangan tangan Florence, lalu menarik Florence ke dalam pelukannya. Dia menghindari bagian luka Florence, tidak menyakitinya.Tubuh tinggi Alaric berbaring di ranjang, lengannya memeluk pinggang Florence. "Memang sedikit lelah, temani aku tidur sebentar."Ranjang bangsal VIP adalah ranjang ganda sehingga cukup luas untuk mereka berdua.Florence berbaring di dalam pelukan Florence. Dia melihat dada bidang Alaric sambil mendengar detak jantung pria itu yang kuat. Tatapannya tampak rumit.Alaric kembali, bahkan memeluknya seperti ini. Apakah ini tandanya dia mau melakukan transaksi dengan Florence?Aku akan membantumu, Florence. Aku sudah memberimu kesempa
Florence merasa agak panas. Tubuhnya bergeser untuk membuat jarak antara mereka.Saat ini, lambungnya terasa tidak nyaman. Dia menutup mulutnya, kemudian menyibak selimut dengan tangan lain.Namun, pelukan Alaric terlalu erat sehingga gerakan Florence seolah sedang menggesek tubuh pria itu.Alaric digoda hingga perutnya terasa mengetat. Dia mengernyit, kemudian menatap Florence dengan tatapan berbahaya. "Bu Florence, apakah kamu benar-benar ingin dihancurkan?"Jika Florence bergerak lagi, Alaric tidak menjamin masih bisa menahan diri.Awalnya dia tidak berencana untuk menyentuh Florence malam ini, tetapi jika Florence bersikeras untuk melakukan sesuatu, Alaric tentu tidak keberatan untuk menuruti kemauannya.Florence merasa sangat tidak nyaman. Alisnya bertaut erat. "Pak Alaric, aku ingin ... muntah."...Di dalam toilet, Florence mencengkeram pinggiran kloset dengan erat. Dia muntah dengan hebat seolah ingin mengeluarkan semua isi perutnya.Setelah berhenti, dia duduk di samping klose
"Bu Silvia."Florence, apakah kamu sudah mencari Pak Alaric? Apakah kamu menemaninya? tanya Silvia dengan nada mendesak.Florence tertegun.Diamnya Florence membuat Silvia mengira Florence berubah pikiran. Dia langsung berteriak, "Florence, bukankah kamu sudah berjanji padaku kemarin?! Bukankah kita sudah sepakat?! Kenapa kamu membohongiku?! Kami sudah membantumu selama bertahun-tahun, apakah kamu harus melihat kami mati?! Apakah kamu nggak merasa bersalah pada kami?!"Florence sudah sering mendengar kata-kata itu. Dia menarik napas dalam-dalam. "Bu Silvia, aku sudah membuat kesepakatan dengan Alaric. Dia akan membantu."Benarkah? Kamu nggak berbohong, 'kan? Nada Silvia terdengar curiga.Benar.Kalau begitu apakah aku sudah bisa melihat Phoebe hari ini? ucap Silvia dengan tidak sabar.Florence mengatupkan bibirnya. "Aku akan berusaha memintanya untuk mengeluarkan Nona Phoebe hari ini. Aku akan memberitahumu kalau ada kabar baik."Florence, kamu harus menyuruh Pak Alaric membebaskan Pho
Sesaat kemudian, Alaric selesai mandi dan keluar.Dia mengancing semua kancing kemejanya. Meskipun kemejanya masih lecek, dia menimbulkan kesan yang lebih serius dan berjarak dari sebelumnya.Alaric duduk di seberang Florence, menyapu makanan yang ada di atas meja dengan tatapan datar, kemudian dia mengambil mangkok berisi pangsit dari depan Florence tanpa sungkan.Florence tertegun. "Itu makananku." Dia berencana untuk makan pangsit setelah menghabiskan puding telur.Alaric mengangkat tatapannya. "Aku yang bayar."Suara dingin pria itu terdengar mengintimidasi. Dia seolah sedang berkata, "Coba saja kalau kamu berani merebut."...Florence hanya bisa diam sambil melihat pangsit itu dengan tidak rela.Florence tidak sanggup membayar biaya rawat inap di bangsal VIP. Mengingat Alaric-lah yang membayar, Florence akan membiarkannya makan.Sebenarnya Alaric tidak begitu menyukai pangsit, tetapi melihat Florence sangat ingin memakannya, Alaric pun bersikap iseng. Dia ingin menindas Florence d
Suasana hati Alaric cukup bagus. Dia mengangkat alisnya sambil memeluk pinggang Florence. Alaric mengeluarkan ponsel untuk menelepon Jordan, menyuruhnya membawa perwira ke rumah sakit.Gerakan Jordan sangat cepat. Setengah jam kemudian, dia sudah membawa perwira itu ke rumah sakit.Ketika Jordan datang, Alaric sedang menonton berita keuangan sambil memangku Florence. Sedangkan Florence menonton drama di ponselnya untuk menghabiskan waktu.Florence tidak suka dipeluk seperti itu. Dia sudah menolak, tetapi penolakannya tak berhasil.Saat mendengar suara ketuk pintu, Florence hendak turun dari pangkuan Alaric, tetapi lengan Alaric mempererat pelukannya pada pinggang Florence. Alaric menatapnya sambil bertanya, "Kenapa?"Pak Alaric, cepat lepaskan aku. Ada yang datang, jawab Florence dengan malu.Memangnya kenapa? Duduk yang benar.Tidak ada ekspresi pada wajah Alaric. Nadanya sangat dominan.Florence, "..."Dia merasa tidak baik dilihat oleh orang lain dalam posisi seperti ini. Akan tetap
"Kenapa" Florence mengernyit.Theo menatap Florence dan Alaric bergantian. "Pak Alaric, masalah Keluarga Etta sangat rumit. Sebaiknya Bapak jangan ikut campur dalam masalah ini."Ucapan Theo jelas mengandung makna tersirat. Jika Alaric ingin membantu, dia mungkin akan terlibat masalah.Siapakah orang itu sehingga Theo merasa bahwa Alaric saja tidak bisa menyinggungnya? Florence bertanya dengan penasaran, "Pak Theo, sebenarnya siapa yang telah Keluarga Etta singgung?"Theo memandang Florence, lalu Alaric. Ekspresinya agak serius. "Nggak banyak juga yang saya tahu, tapi ini adalah pesan dari yang di atas. Masalah Keluarga Etta agak serius. Sebaiknya kalian jangan ikut campur."Pupil Florence mengecil. Dia tidak mengetahui masalah Keluarga Etta, tetapi dilihat dari sikap Theo, seharusnya masalah ini tidak bercanda.Yang di atas yang Theo maksud adalah atasannya. Artinya, masalah Keluarga Etta melibatkan kekuatan politik.Jika status orang itu tak sebanding dengan Alaric, Theo pasti akan m