Florence keluar dari bangsal, lalu dipanggil oleh seorang perawat yang menyodorkan tagihan rumah sakit.Tagihannya sebesar empat juta lebih. Florence tidak memiliki uang sebanyak itu, jadi Ella yang menyusulnya yang menalanginya."Ella, setelah aku punya uang, aku akan mengembalikannya."Sebelumnya demi mengumpulkan uang jaminan untuk membebaskan Phoebe, Florence sudah meminjam enam puluh juta lebih dari Ella.Ella tampak serius. "Jangan bahas soal uang dulu. Apakah kamu benar-benar akan menemani Pak Alaric, Flo? Apakah kamu nggak bisa melihat kalau wanita itu sedang berakting? Dia nggak benar-benar ingin mati! Dia hanya berakting untuk memaksamu!"Ada banyak cara bila seseorang benar-benar ingin mati. Silvia memotong urat nadinya, tetapi kebetulan ditemukan. Hal ini sungguh kebetulan.Florence mengatupkan bibirnya, kemudian dia berkata dengan pelan, "Mungkin dia memang berakting, tapi itu nggak penting. Aku tetap nggak bisa menolak, bukan?"Jika Florence tidak menolong Phoebe, Silvia
Florence membayangkan banyak kemungkinan buruk. Dia takut Bryan mengalami kecelakaan atau diculik ....Akan tetapi, dia sama sekali tidak kepikiran bahwa Bryan pulang untuk menikah.Istri Bryan adalah seorang wanita yang berasal dari kalangan sederajat dengan Bryan. Pembawa acara bahkan memuji betapa serasinya mereka, serta betapa pernikahan mereka membuat orang iri.Pikiran Florence kosong. Dia melihat pria yang ada di layar itu sejenak, kemudian dia berjalan ke luar rumah sakit.Mereka telah bersama selama dua tahun. Biasanya Bryan sangat hebat, dia juga bekerja sampingan di perpustakaan sehingga Florence selalu mengira Bryan berasal dari keluarga miskin.Pacarnya tiba-tiba menjadi anak orang kaya, bahkan menikah dengan orang lain. Florence sama sekali tidak menyangka bahwa hal sekonyol ini akan terjadi padanya.Dia merasa konyol dan miris. Selama dua tahun terakhir, semua yang dia ketahui tentang Bryan adalah kebohongan, kecuali nama Bryan itu sendiri.Selama dua bulan ini, Florence
Jordan memperlambat laju mobil ketika mengenali sosok Florence. Mendengar perintah dari Alaric, dia pun segera melajukan mobil ke jalur lain menuju arah Florence.Alaric tidak berkata untuk mempersilakan Florence masuk ke dalam mobil. Karena itu, Jordan hanya mengendarai Maybach tak jauh dari belakang Florence.Florence tidak menoleh sehingga dia sama sekali tidak tahu ada mobil yang membuntutinya. Pikirannya sangat kacau, sangat kosong. Dia tidak tahu harus pergi ke mana. Dia hanya terus berjalan ke depan."Bu Florence mau pergi ke mana ya?" tebak Jordan dengan penasaran.Alaric yang berada di dalam mobil terus memantau sosok ramping itu. Alisnya perlahan bertaut.Ada yang salah dengan Florence.Suara klakson yang memekakkan telinga terdengar pada saat ini."Tit!"Tiba-tiba cahaya putih yang menyilaukan mengarah ke arahnya.Florence menghentikan langkahnya, kemudian menoleh. Cahaya menyilaukan itu membuatnya memejamkan mata. Sebuah truk sedang melaju ke arahnya."Drit!""Bam!"Suara r
Kenapa dia?Bukan Bryan, tidak ada pahlawan juga. Orang yang menolong Florence adalah ....Alaric.Alaric mengerutkan keningnya. Tadi jaraknya jauh, tetapi ketika dia mendekat, dia menyadari bahwa Florence penuh luka. Dahi Florence masih berdarah, wajahnya begitu pucat.Tatapan pria itu menjadi sangat gelap, aura dingin yang membuat kulit kepala orang mati rasa tiba-tiba menjadi lebih intens. Aura membunuh yang berbahaya menguar dari tubuhnya.Florence tidak berbicara, jadi Alaric tidak yakin seberapa parah lukanya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia menggendong Florence, kemudian berjalan menuju Maybach yang diparkir di pinggir jalan.Si sopir pun bangkit, lalu meneriaki Alaric dengan ekspresi galak. "Beraninya kamu ikut campur dalam urusanku! Kamu sudah bosan hidup ya? Serahkan wanita itu kalau kamu bisa melihat situasi. Kalau nggak, aku akan membunuhmu!"Alaric bahkan tidak melirik sopir itu, seolah dia tidak mendengar apa yang sopir itu katakan. Wajah tampannya diselimuti aura
"Pak Alaric ...."Suara menawan wanita itu terdengar sangat jelas pada malam yang hening.Florence berbalik dengan terkejut, kemudian dia melihat seorang wanita muda cantik berpakaian merah keluar dari mobil, lalu berjalan ke arah mereka dengan senyuman.Florence tercengang.Dia tidak menyangka Alaric datang bersama orang lain.Memikirkan kata-katanya tadi, wajah Florence terasa panas.Florence mengira wanita ini adalah istri Alaric, tetapi melihat jari manisnya tidak ada cincin, Florence pun sadar bahwa wanita ini hanya salah satu teman kencan Alaric."Pak Alaric, jadi ini Bu Florence? Sepertinya dia terluka parah. Mari kita antar ke rumah sakit."Wanita itu berjalan ke sisi Alaric. Dia menatap Florence sambil tersenyum dan tampak perhatian, tetapi tatapannya tampak waspada.Tadi ketika berada di dalam mobil, dia tidak bisa melihat wajah Florence. Dia hanya melihat bahwa gadis muda ini memiliki tubuh yang indah. Wanita itu merasa bahwa ini bukan apa-apa. Bagaimanapun, dirinya juga mud
Tubuh Florence tertegun. Dia mendongak dengan bingung, lalu melihat Alaric memegang selembar tisu, ingin menyeka darah dari dahinya.Mata Florence berkedip. Dia refleks memalingkan wajah, kemudian berkata, "Pak Alaric, aku bisa sendiri."Teman wanita Alaric masih melihat dari samping, Florence merasa sangat tidak nyaman. Dia menahan rasa sakit sambil bergeser ke samping.Jangan bergerak.Alaric menegur dengan alis bertaut tanpa melepaskan pinggang Florence. Dia menyeka luka Florence dengan raut muram. Karena lukanya terasa sakit, Florence pun mengernyit sambil mengerang.Sakit? tanya Alaric dengan alis bertaut.Hm.Florence terluka begitu parah, heran bila tidak sakit.Kamu pantas mendapatkannya....Apakah otakmu bermasalah sehingga kamu menyeberang jalan tanpa melihat-lihat? marah Alaric dengan nada sinis.Florence tak bisa berkata-kata.Awalnya dia ingin berterima kasih kepada Alaric, tetapi dia menelan kata-katanya.Nada Alaric sangat galak, padahal Florence masih sangat pusing. Di
Florence berpikir sekian lama, tetap tidak menemukan orangnya. Dia merasa pusing, lantas dia tidak berpikir lagi.Nona Florence, ini pakaian pasien. Gantilah agar kamu merasa lebih nyaman. Saat ini, perawat datang memberikan pakaian pasien yang besar sembari bertanya, "Perlu bantuan?"Florence menyadari bahwa orang-orang di rumah sakit ini agak menyanjung padanya. Mungkin karena Alaric.Nggak perlu, terima kasih. Aku bisa ganti sendiri. Florence tidak terbiasa dibantu mengganti pakaian, jadi dia menolak.Baiklah, panggil aku kalau kamu membutuhkan sesuatu.Oke....Setelah si perawat pergi, Florence istirahat sebentar di ranjang sebelum melepaskan kaosnya yang kotor untuk diganti dengan pakaian pasien yang bersih.Karena tubuhnya masih ada luka, gerakannya agak lambat. Dia mengeluarkan satu tangan dari lengan baju, lalu mengeluarkan tangan yang lain.Saat Alaric kembali ke bangsal, pemandangan itulah yang dia saksikan.Florence duduk di pinggir ranjang. Kaos yang terangkat memperlihatk
Apakah dia lelah?Berurusan dengan orang-orang itu, melihat wanita itu melancarkan godaan dengan maksud tertentu ....Alaric tidak merasa lelah, semua itu sudah biasa baginya.Akan tetapi, entah kenapa ketika dia melihat mata Florence yang jernih, dia tiba-tiba merasa sedikit lelah.Alaric memicingkan mata. Tiba-tiba dia menggenggam pergelangan tangan Florence, lalu menarik Florence ke dalam pelukannya. Dia menghindari bagian luka Florence, tidak menyakitinya.Tubuh tinggi Alaric berbaring di ranjang, lengannya memeluk pinggang Florence. "Memang sedikit lelah, temani aku tidur sebentar."Ranjang bangsal VIP adalah ranjang ganda sehingga cukup luas untuk mereka berdua.Florence berbaring di dalam pelukan Florence. Dia melihat dada bidang Alaric sambil mendengar detak jantung pria itu yang kuat. Tatapannya tampak rumit.Alaric kembali, bahkan memeluknya seperti ini. Apakah ini tandanya dia mau melakukan transaksi dengan Florence?Aku akan membantumu, Florence. Aku sudah memberimu kesempa