Apa yang kau inginkan, Annanda.Jika pertanyaan itu diucapkan padanya ketika ia masih kecil, Annanda akan memiliki banyak sekali jawaban. Banyak sekali hal di yang ia inginkan di dunia ini.Namun Annada yang sekarang bukan lagi anak kecil naif yang masih menatap dunia di sekitarnya dengan mata berbinar-binar penuh harap dan kebahagiaan. Banyak sekali hal yang telah disaksikan oleh kedua pasang mata itu, dan hal-hal tersebut telah membuat Annada berubah jauh dari ia yang dulu.Annanda menatap anak lelaki yang berdiri demikian dekat darinya. Wajah mereka demikian dekat hingga ia bisa mencium aroma mint napas Arga. Sepasang mata kelam yang tajam itu tampak seperti danau gelap tanpa dasar. Annanda ingin tenggelam di dalamnya, namun juga takut.Apa yang ia inginkan?Tidak ada banyak hal di dunia ini yang masih bisa ia sebut sebagai miliknya. Annanda yang sekarang tidak memiliki keberanian untuk untuk mengakui apakah ia diijinkan untuk meng-klaim sesuatu yang berharga seperti Arga sebagai m
Arion berusia tujuh tahun ketika adiknya terlahir ke dunia. Seorang bayi berpipi merah, dan jari jemari mungil. Putri kecil keluarga Adiputra Siang itu, Arion baru pulang dari sekolah. Ia bergegas mengganti pakaian, dan juga sepatunya dengan sendal rumahan. Saking tergesa-gesanya ia, Arion hampir jatuh tersandung kakinya sendiri. Ia berlari dari kamarnya menuju kamar tidur utama, tempat ibunya beristirahat setelah diijinkan untuk pulang dari rumah sakit. Jantung Arion berdegup gugup sekaligusexcited.Suara rengekan bayi terdengar pelan. Arion mengendap dari celah pintu kamar, berusaha agar langkah kakinya tidak mengusik sang adik. Ibunya duduk bersandar di kepala ranjang sambil menimang sebuah buntalan kain. "Arion," sapa sang ibu sambil tersenyum. Ia mengalihkan pandangan pada buntalan k
Alyasha memulas lipstik berwarna natural di bibir sebagaifinishing make-up. Wajahnya terlihat lebih segar pagi ini. Setelah mengantar Annanda ke Taman Kanak-Kanak, hari ini adalah hari pertama Alyasha kembali bekerja setelah vakum sekian tahun lamanya.Alyasha telah berhenti bekerja sebagai seorang model yang melenggang di atascatwalksetelah pernikahannya dengan Aryadi. Kini, Annanda telah tumbuh menjadi seorang anak yang ceria, dan Arion telah bisa diandalkan untuk menjaga sang adik. Tidak ada alasan bagi Alyasha untuk tidak bekerja kembali.Alyasha bosan jika harus tetap berada di rumah sendirian. Ia sudah membicarakannya dengan Mas Arya, dan diijinkan untuk kembali bekerja. Dengan syarat, Alyasha tidak boleh terlalu memaksakan diri.Alyasha tersenyum mengingat pesan Mas Arya. Suaminya sang
Arion sangat mengidolakan ayahnya.Aryadi Adiputra, adalah contoh sosok ayah teladan. Ia bijak, berkharisma, dan penyayang. Meski pekerjaannya sebagai pebisnis menyita sebagian besar waktu yang ia miliki, Arya selalu meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga setidaknya ketika weekend tiba.Di saat-saat seperti itu, Arya akan mengajak Arion mengobrol. Menanyakan tentang sekolahnya, ekskul, apa Arion memiliki hobi baru, atau apakah punya permintaan yang ingin ia sampaikan pada sang ayah. Arion selalu menunggu saat-saat di mana ia bisa mengobrol berdua bersama ayahnya seperti ini. Arion bebas mengeluarkan uneg-uneg maupun ide yang ada dalam pikirannya sepanjang minggu.Arya juga adalah sosok ayah yang tegas. Ia akan menghukum Arion jika itu memang diperlukan. Namun, ia juga akan memuji dengan wajah bangga ketika Arion menyampaikan prestasi apapun yang berhasil ia raih.Di umur semuda itupun A
Sejak menikah dengan Mas Arya, Alyasha tidak penah sekalipun mencampuri urusan bisnis suaminya. Menurutnya, mereka memiliki keahlian di bidang masing-masing. Mas Arya dengan perusahaannya, Alyasha dengan kariernya di bidang modelling. Dengantidak saling mencampuri pekerjaan masing-masing, mereka berarti saling menghormati satu sama lain.Sesekali, Alyasha akan mampir di kantor untuk sekedar menemui Mas Arya, atau terkadang sambil membawakan bekal yang dibuatnya dengan mencobai menu baru yang ia tonton di Yutube yang menurutnya menarik.Mereka berdua telah berpacaran sekian tahun lamanya sebelum memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Semua karyawan perusahaan mengenal Alyasha. Demikian juga Alyasha, ia mengenal hampir semua orang yang bekerja di Royal Garmen Company. Bahkan, ia juga sampai hapal nama sekuriti maupun cleaning service yang sering membersihkan kantor suaminya.A
"Mau ke mana, Alya?" tanya Aryadi ketika melihat Alyasha sudah berdandan cantik siap keluar rumah."Ah, aku lupa bilang, Mas. Hari ini ada gathering sama teman-teman di Agency. Perayaan karena kemarin Agency berhasil dapet penghargaan untuk kategori Best Model Achievements Award."Selama beberapa saat, Aryadi menatap Alyasha tanpa mengatakan sepatah kata pun. Akhir-akhir ini Alyasha sering sekali pergi keluar. Bahkan, di saat weekend di mana mereka sekeluarga harusnya menghabiskan waktu bersama, Alyasha harus berangkat ke kantor. Annanda memang hanya akan bertanya sekali. Begitu tahu ibunya pergi bekerja, gadis kecil itu tidak akan menanyakan apa-apa lagi. Namun, ayahnya tahu bahwa Annanda rindu untuk menghabiskan waktu dengan sang ibu."Akhir-akhir ini kamu sibuk banget," komentar Aryadi."Iya, Mas. Soalnya, mau menjelang musim Summer Fashion," Alyasha
Pagi itu Alyasha menggeliat perlahan. Kepalanya terasa berat dan berdenyut-denyut nyeri. Kenapa ia bisa sakit kepala? Alyasha tidak ingat.Tempat tidur yang ia tempati terasa aneh di bawah tubuh. Tidak terasa seperti ranjangnya yang biasa. Tangan halusnya meraba di atas kasur, mencari tubuh hangat Mas Arya yang biasa selalu menemani tidurnya.Tangannya tidak menemukan apapun. Apa Mas Arya bangun lebih dulu? Perlahan, ia membuka mata, mengamati sekeliling ruangan.Ini bukan kamar tidurnya.Mata Alyasha membelalak seketika. Terperanjat, ia cepat-cepat turun dari kasur. Hampir jatuh terjungkal karena selimut yang membelit kaki.Alyasha meneliti ruangan dengan panik. Tidak ada siapapun di sana kecuali dirinya. Dengan sebelah tangan, ia memijat pelipis untuk mengurangi rasa pening. Bagaimana ia bisa sampai ke mari?Alyasha berusaha mengingat apa yang telah terjadi di malam sebelumnya. Ia ingat ia pergi untuk menghadirigathering&nbs
"Mas," panggil Alyasha dengan kepala tertunduk.Ia berdiri kikuk di ambang pintu kamar cadangan yang telah dihuni Mas Arya selama seminggu lebih. Awalnya, Alyasha mendiamkannya. Merasa mungkin Mas Arya butuh ruang, atau ini mungkin semacam hukuman baginya. Namun, kian hari, rasa bersalah Alyasha semakin menjadi-jadi hingga tak tertahankan. Akhirnya, hari ini ia memberanikan diri untuk berbicara dengan suaminya."Mas, boleh aku masuk?"Mas Arya sedang berbaring di kasur memunggunginya. Namun, Alyasha tahu ia hanya sedang berpura-pura tidur. Alyasha memasuki kamar dengan langkah pelan-pelan da duduk di tepi ranjang, di belakang punggung suaminya."Mas," panggilnya lagi. Kali ini memberanikan diri menyentuh pundak sang suami. Ia bisa mer