Chapter: BreakdownApa yang kau inginkan, Annanda.Jika pertanyaan itu diucapkan padanya ketika ia masih kecil, Annanda akan memiliki banyak sekali jawaban. Banyak sekali hal di yang ia inginkan di dunia ini.Namun Annada yang sekarang bukan lagi anak kecil naif yang masih menatap dunia di sekitarnya dengan mata berbinar-binar penuh harap dan kebahagiaan. Banyak sekali hal yang telah disaksikan oleh kedua pasang mata itu, dan hal-hal tersebut telah membuat Annada berubah jauh dari ia yang dulu.Annanda menatap anak lelaki yang berdiri demikian dekat darinya. Wajah mereka demikian dekat hingga ia bisa mencium aroma mint napas Arga. Sepasang mata kelam yang tajam itu tampak seperti danau gelap tanpa dasar. Annanda ingin tenggelam di dalamnya, namun juga takut.Apa yang ia inginkan?Tidak ada banyak hal di dunia ini yang masih bisa ia sebut sebagai miliknya. Annanda yang sekarang tidak memiliki keberanian untuk untuk mengakui apakah ia diijinkan untuk meng-klaim sesuatu yang berharga seperti Arga sebagai m
Terakhir Diperbarui: 2022-12-25
Chapter: Perasaan yang Tidak MenentuAnnanda menciumnya.Ulangi.Annanda menciumnya.Roger that!Arga sampai sama sekali tidak bergerak saking kagetnya ia. Ia hanya berdiri mematung di sana seperti orang bodoh, dengan bibir sedikit membuka karena syok. Jangan salah paham. Ini tentu saja bukan kali pertama ia ciuman, oke?! Walaupun bersetubuh lebih sering ia lakukan daripada berciuman, tetap saja ia bukannya orang yang sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam hal ini!Reaksinya yang hanya terpaku diam semata-mata dikarenakan syok! Sama sekali bukan karena ia tidak tahu harus melakukan apa dengan tangan, bibir, dan anggota tubuhnya yang lain. Otaknya benar-benar blank. Seperti kartu memori yang tidak sengaja ter-format dan kini kosong melompong. Ia tidak bisa memikirkan apapun selain tubuh Annanda yang lebih pendek darinya berjinjit untuk meraih Arga yang tidak kepikiran untuk menunduk. Harumnya yang manis dan terkecap sampai ke belakang tenggorokan Arga. Hangat bibirnya...Annanda mengeluarkan suara pelan yang teredam
Terakhir Diperbarui: 2022-12-24
Chapter: Susah Dijelaskan, Mending CiumanHari sudah sore. Matahari sudah sangat condong di ufuk barat, hampir sepenuhnya tenggelam. Waktu berlalu dengan cepat ketika kau mendongkol sepanjang hari.Arga bermaksud untuk pulang. Sungguh. Ia bahkan telah mengambil jalan memutar untuk keluar lewat gerbang belakang karena Mahesa memberitahu bahwa Anna menunggunya di gerbang depan. Ia tidak ingin melihat wajah anak itu untuk sementara ini.Ia tidak ingin...."...."Anna mendongak ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekatinya. Mata cokelat hangat itu bertemu dengan obsidian gelap milik Arga. Anak lelaki itu menahan keinginannya untuk segera berpaling dan lari. Atau berjalan mendekat untuk menghampiri gadis itu. Tidak, tidak. Coret kalimat yang terakhir. Arga tidak ingin menghampiri Annanda. Sama sekali tidak.Sepertinya ada sesuatu yang tercermin dalam ekspresi Arga, karena setelah beberapa saat berdiri diam dan memandangnya tanpa ekspresi, Annanda akhirnya memalingkan pandangan sedikit, sebelum membuka mulut untuk bicara.
Terakhir Diperbarui: 2022-12-18
Chapter: Friends with BenefitRen sesungguhnya tidak benar-benar serius ketika ia menawarkan diri untuk berbicara pada Annanda.Annanda, meski ia adalah seorang gadis dan tubuhnya jauh lebih kerempeng daripada Ren, tetap saja menakutkan bagi anak laki-laki tersebut mengingat Ren pernah melihat sendiri bagaimana ia menyeret seorang kakak kelas dengan begitu brutalnya hingga hair extention kakak kelas tersebut lepas semua.Annanda sangat ganas. Muka juteknya sama sekali tidak menolong kesan pertama yang Ren miliki tentangnya.Namun Ren sudah terlanjur berkata pada Mahesa bahwa ia akan menemui Annanda. Ia tidak suka berbohong pada orang lain, terlebih pada sahabatnya sendiri.Maka, ketika Bastian dan Mahesa membereskan bola-bola basket yang mereka gunakan untuk latihan sebelumnya, Ren menyandang tas punggung di sebelah bahunya dan melangkah menuju gerbang depan sekolah.Ren melihat seseorang sedang berdiri di depan gerbang, memunggunginya. Namun orang tersebut jelas bukan Annanda.Dilihat sekilas pun, walau Ren hany
Terakhir Diperbarui: 2022-07-17
Chapter: Menghindar, MengabaikanSaran Niko untuk meminta maaf berputar-putar di benak Annanda seperti lebah yang mendengung mengganggu.Haruskah ia melakukannya? Namun, Annanda tidak pernah memilikiskillyang baik dalam membangun komunikasi dengan orang lain. Ia tidak tahu bagaimana harus mendekati Arga yang terlihat sekali sedang menghindarinya dan masih kesal padanya.Lama-lama, Annanda jadi pusing sendiri. Hatinya terus menerus mendesaknya untuk mendekat dan menyapa, namun, kata-kata tidak mau keluar dari bibirnya.Alhasil, beberapa kali berpapasan dengan Arga, ia selalu terdiam dan membeku di tempat sembari memaku pandangan pada sang pemuda namun ia tidak mengatakan apapun.Arga hanya menatapnya sekilas sembari mengangkat sebelah alis. Meliha
Terakhir Diperbarui: 2021-09-28
Chapter: Yuk, Pacaran"Jadi?"Niko mengangkat kepalanya sedikit. Ia baru sadar Annanda menuntunnya ke sebuah ruangan yang jauh dari keramaian. Tidak ada siapapun di sini. Hanya meja dan kursi yang ditumpuk-tumpuk dan kardus-kardus yang entah berisi apa. Sepertinya ini ruang kelas lama yang dialihfungsikan sebagai gudang.Annanda menunggu jawaban dengan tangan disilangkan di depan dada. Ekspresinya sedatar permukaan meja, namun, Niko hampir bisa melihat api tak kasat mata berkobar di belakang tubuhnya.Niko menelan ludah sembari berpikir alangkah beruntungnya ia karena belum juga dihajar hingga detik itu."Anna," ucap Niko. "Mau jadi pacarku, nggak?"Ia mungkin akan dihajar di detik selanjutnya.
Terakhir Diperbarui: 2021-09-28

The Sword Master Only Wants to Protect
"Master, do you miss this apprentice?"
Lips painted in bright red ticked up in a sharp smile. Her eyes were a pool of dark red, like a swirl of the finest wine. One jaded hand in his throat, nails slightly digging in the skin there, the other was on his cheek carefully caressing.
The clashing of both gestures were confusing, but Rion's mind only provided one instinctual response; to run away as far as possible.
-----
Rion Ren, one of the strongest sword masters in the world, had to make a difficult decision to hand over his apprentice, Ruby, to the Demon Master when Ruby's real identity as a descendant of Demon Sovereign was revealed.
Three years later, Ruby who had successfully taken the reign of the Demon Realm, came back to take revenge on her master that had betrayed and abandoned her in the hand of cruel demons.
Rion swore on his life as a sword master, he only wanted to protect those who were precious to him, but how did it manage to turn the whole world into chaos? How would Rion face his own apprentice in a battle between life and death?!
Baca
Chapter: 17. The Leader's QuestionLudriev frowned disapprovingly when she saw how carefree Rion acted, despite the wound he suffered and the cracked spirit core in his chest. She didn't answer his greeting. Instead, Ludriev schooled back her expression into neutral.Lin nodded at her as she stood on the other side of Rion's bed. The blue spirit bird that followed her all the way here flew over and perched on Lin's shoulder."You're awake," Ludriev said stiffly because, clearly, social interaction was not the War Goddess' best trait.Rion chuckled, endeared by Ludriev's awkwardness, no matter how many times he had witnessed it. "Yeah. I'm fine. You guys just making a big deal out of nothing.""Out of nothing," Lin echoed, scoffing. "Recklessly facing a celestial level demon, had two of your vital internal organs injured, spirit energy drained, and spirit core damaged, were some things that could be counted as 'nothing.'?""But I'm fine right now, right?""With spirit power halved and spirit core forever impaired? Are y
Terakhir Diperbarui: 2025-02-06
Chapter: 16. Lin's InterrogationWhen his consciousness slowly returned, Rion felt as if a hundred horses had run over his body before ground into dust under some boulders, and then molded back into one piece in the shape of a human body. His entire body hurt like hell. His head felt like it was filled with cotton.Rion tried to crack his eye open and immediately winced when the light felt like it stab his eyes.There was a sound of a chair scraping lightly against the floor and a rustle of clothes. His bed dipped slightly as someone put their weight onto it. A hand reached for his wrist, and then Lin's calm voice carried over from the side of his bed. "You're awake? Finally." Rion wanted to say something normal. Like, 'haha, of course, I'm Rion Ren from Liebu Mountain. I have nine lives, you said so yourself.' But Lin sent a pulse of her calm and steady energy into his sore body and what left out of his mouth was a pathetic groan of relief instead.Lin sighed, like she was too tired of nagging Rion about getting in
Terakhir Diperbarui: 2025-02-06
Chapter: 15. Lu Came to RescueLudriev jumped in front of Rion, slashing her sword down harshly right a mere second after the portal Valienne used had closed. Valienne and the other person she held hostage - which Ludriev quite sure was Rion's dearest apprentice from her appearance - were nowhere to be found.The War Goddess looked around her once, making sure there was no other demon that could be a threat to their safety at the moment, and then turned around to face Rion with her brows pinched in bewilderment."Why did you let them go? Why did you let the demon take your apprentice-"At the time, Ludriev's eyes finally flitted away from Rion's bloodless face to his body. Her eyes widened almost comically when she saw Rion's clothes had been completely soaked in blood.
Terakhir Diperbarui: 2023-12-20
Chapter: 14. A Difficult Decision"You can stop talking and let us go if that concerns you so much," Rion answered sharply. He ran out of energy, and he run out of time. All he wanted to do was just to get away from here as soon as possible, as far as possible.Valienne shook her head slightly. "Had you really thought about your apprentice, Rion? Had you really thought about what is best for her? Do you think it would be more merciful for a half-blood in the human realm than in the demon realm?""You want to kill her," Rion spat. "And how would that be more merciful than any other choice she has?"The celestial ice demon scrunched her nose in distaste. "I want to kill her? Why would I want to kill her?""Then what else is your intention of taking he
Terakhir Diperbarui: 2023-12-19
Chapter: 13. Admiration and Pity"No."Rion's answer came without a pause. Valienne sighed a little louder, as if she already expected what Rion would say before even asking the question."Rion Ren, one of the seven famous masters from Liebu Mountain. From our fight today, I can see you are not a stupid person. I'm certain at this point you had realized that the half-blood won't be able to live in the human realm any longer, hadn't you?"Rion's jaw clenched. "Ruby's home is in Liebu Mountain in the human realm and nowhere else.""And how would you hide her there, exactly?" Valienne raised a brow at him. "Don't tell me you would just keep her in the mountain and fought off whoever wanted to take her?"
Terakhir Diperbarui: 2023-12-18
Chapter: 12. A Painful CrackRuby glared at him with those peculiar dark-red eyes. She growled and tried to pull her hands free from Rion's hold, but he held her down firmly."Look at me," Rion repeated.Ruby snarled at him savagely. She bared her teeth and bit his arm. Rion hissed in pain. He held both of Ruby's wrists in one hand and used the other to yank her hair back, so she released her teeth that were latching onto his arm.Ruby hissed and scrunched her eyes shut by the sharp pain on her scalp. It made Rion feel guilty that he loosened his hold a little but didn't let her go completely. Rion pulled her hair slightly so Ruby would have no other choice than to face him. She narrowed her eyes at him, full of anger and very unlike her usual self.
Terakhir Diperbarui: 2023-12-17