‘’Kamu harus segera menikahi Adelia!’’ Suara Sarah menggema mengisi seluruh penjuru ruangan. Mengundang semua penghuni rumah bermunculan dari kamar mereka di suasana subuh yang memilukan.
‘’Bu, aku tidak melakukan apa-apa dengannya. Ini salah paham!’’ bela Faisal. ‘’Mas, kamu lupa kalau semalam kita ….’’ Kalimat Adelia terputus karena tangisnya pecah. Dia berlaku seolah menjadi korban yang paling tersakiti di sini. Senyatanya apa yang sedang dilakukannya saat ini hanya sebuah akting belaka. ‘’Ada apa ini?’’ Megan, anak sulung Sarah muncul dan pura-pura terkejut mendengar keributan yang terjadi di depan kamar Faisal. ‘’Mbak Adel? Kenapa pagi-pagi sudah ada di sini? Kenapa kamu menangis?’’ tanya Shela, adik Faisal. Anak nomor tiga di keluarga itu. ‘’Mas kalian telah merenggut kehormatan Adelia. Sekarang, ibu meminta agar Faisal mau bertanggung jawab dan menikahi Adelia,’’ jelas Sarah membuat dua anak perempuannya membuka mulut lebar dan melotot karena terkejut. Ralat! Mereka hanya pura-pura terkejut. Dalam hati keduanya bersorak ria karena rencana mereka menjebak Faisal telah berjalan mulus. ‘’Bu tolong jangan kencang-kencang. Ada Aluna di dalam,’’ pinta Faisal. ‘’Kenapa? Kamu takut dia cemburu dan marah? Atau kamu takut dia tak memperbolehkan kamu menikahi Adelia?’’ sungut Sarah masih dengan nada tinggi meski Faisal sudah memperingatkannya. ‘’Sini, biar ibu yang bicara padanya.’’ Sarah mendorong tubuh putranya, menerobos masuk ke dalam kamar. Melangkah mendekat ke arah Aluna yang sedang menangis di tepi tempat tidur. Dengan tatapan penuh kebencian Sarah menghampirinya. Faisal mengikuti langkah Sarah ke dalam, begitu juga yang lainnya tampak ingin tahu apa yang akan terjadi antara Aluna dengan ibu mereka. Tak terkecuali Adelia, wanita itu pun ikut masuk ke dalam. Wajahnya banjir air mata, namun hatinya penuh senyum kemenangan melihat wajah Aluna berhias duka. ‘’Aku rasa kamu sudah mendengar apa yang terjadi antara Faisal dengan Adelia. Tak ada alasan untukmu melarang suamimu bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Izinkan suamimu Faisal menikah dengan Adelia!’’ tegas Sarah tanpa basa-basi. Aluna hanya menangis meraung tak kuasa berkata-kata. Dia hanya wanita lemah yang selalu dipojokkan oleh keluarga suaminya. Terlebih dia belum bisa memberikan keturunan untuk keluarga besar ini. Hal yang selalu dianggap fatal dan menjadi masalah besar di mata Sarah mertuanya. ‘’Bu, tolong jangan mendesak Aluna seperti ini. Apa yang terjadi antara aku dengan Adelia itu semua salah paham. Aku yakin kalau aku tidak melakukan hal bejat kepadanya. Jangan paksa aku menikahi dia,’’ tegas Faisal yang kini berdiri di samping ibunya. ‘’Kamu masih mengelak setelah mereguk manis bersamaku, Mas? Kamu ingin mencampakkan aku setelah berhasil merusak mahkotaku?’’ sela Adelia kembali merasa paling tersakiti di sini. ‘’Adelia, tolong, jangan membuat keadaan makin runyam. Aku tahu kamu pasti sengaja merencanakan semua ini kan?’’ tukas Faisal tetap tak ingin dipojokkan. ‘’Rencana apa, Mas? Tega kamu ya! Bilang saja kalau kamu tak mau tanggung jawab! Lebih baik aku mati saja!’’ Adelia hendak beranjak dari sana, berniat bunuh diri. ‘’Adelia, jangan bodoh!’’ Megan menghadang jalan wanita itu. ‘’Biarkan aku pergi, Mbak. Dari pada aku harus menanggung malu sendiri karena Mas Faisal tak mau bertanggung jawab.’’ ‘’Mas Faisal akan bertanggung jawab.’’ Suara lantang tiba-tiba keluar dari mulut Aluna. Semua orang menoleh ke arahnya. Terutama Faisal yang menatapnya tak percaya. Aluna bangkit dari duduk. Mengusap air mata di pipinya dengan kasar. Dia tak mau terlihat lemah dan menangis di hadapan orang-orang yang jelas-jelas bahagia melihatnya terpuruk seperti ini. ‘’Kamu bilang apa?’’ gumam Faisal. ‘’Kamu harus menikahi Adelia. Buktikan kalau kamu adalah pria yang bertanggung jawab, bukan seorang pengecut!’’ tegas Aluna seraya menatap tajam manik mata suaminya yang berair. Entah Aluna harus percaya pada siapa. Inginnya dia percaya pada perkataan Faisal, bahwa yang terjadi hanya kesalahpahaman. Tapi apa yang dilihat dan didengar olehnya sudah cukup membuat hatinya sakit hingga tak mampu berpikir jernih. Dan bukti-bukti yang ada sudah cukup memperkuat fakta bahwa semua itu nyata, bukan salah paham. Dari segi mana kesalahpahaman yang dimaksud oleh Faisal, Aluna tidak menemukan ada celah yang menunjukkan kejanggalan. Hati dan pikirannya sudah terbalut rasa sakit yang terperi. ‘’Aluna, aku tidak mungkin melakukan itu. Aku tak mungkin mengkhianatimu. Tolong percaya padaku!’’ Faisal mengarahkan kedua telapak tangan pada dadanya sendiri, masih mencoba meyakinkan sang istri bahwa semua yang terlihat dan terdengar itu salah. ‘’Faisal. Kamu tak bisa menolak lagi. Aluna istrimu sudah memberi izin agar kamu menikah lagi dengan Adelia. Bertanggung jawab atas apa yang kamu perbuat. Siapa tahu ini cara Tuhan untuk membuat kamu bisa memiliki keturunan, karena selama ini Aluna tidak bisa memberimu anak. Tuhan mengirimkan Adelia masuk ke dalam rumah tanggamu untuk memberi warna yang tak bisa diberikan oleh Aluna. Memberikan kebahagiaan padamu yaitu kehadiran seorang anak!’’ tegas Sarah. Perkataannya bagai ribuan jarum yang menyerang hati Aluna, menikamnya tajam. Sakit, tapi tak berdarah.‘’Bagaimana para saksi sah?’’ ujar penghulu.‘’Sah!’’ Kompak semua yang ada di ruangan itu berseru.Tak perlu menunggu lama setelah kejadian tempo hari. Sarah segera menentukan tanggal pernikahan putranya bersama Adelia.Pernikahan digelar di sebuah rumah seorang pemuka agama di kota itu. Wali nikah yang merupakan ayah dari Adelia datang dari luar kota setelah mengetahui putrinya akan menikah secara siri dengan atasannya.Raut-raut bahagia terpancar di wajah mereka. Keluarga Faisal maupun keluarga mempelai wanita. Namun Faisal sendiri sama sekali tak menyangka ia akan menikahi wanita lain, mengkhianati cinta sucinya kepada sang istri, Aluna. Faisal masih berharap ini hanya mimpi baginya, meski tak dipungkiri secara sadar dia menyadari jika semua ini adalah kenyataan.‘’Selamat atas pernikahan kalian, semoga langgeng.’’ Megan menyalami kedua mempelai. Adik kandung serta iparnya yang kini tengah berbahagia di hari pernikahan mereka.‘’Aamiin, makasih,’’ ujar Adelia dengan wajah sumringa
Oliv menutup pintu rumah lalu menguncinya. Dia menatap iba wajah kakak iparnya yang masih mematung berdiri di ruang utama dengan raut wajah pilu.‘’Sabar Mbak Alun. Aku tahu Mbak orangnya kuat,’’ ujar Oliv mengelus bahu Aluna, mencoba menenangkan hati wanita itu. Meski tidak berpengaruh banyak, setidaknya masih ada yang peduli pada Aluna.‘’Makasih, Liv,’’ gumam Aluna dengan suara serak. Lalu keduanya melangkah masuk ke dalam ruangan lain.Terdengar Sarah memanggil asisten rumah tangga mereka.‘’Mbok Painem!’’ sahutnya dan yang dipanggil pun tergopoh-gopoh berjalan keluar dari arah dapur.‘’Iya, Bu?’’ Wanita berusia senja yang sudah mengabdi puluhan tahun di keluarga Aditama, kini berdiri di hadapan majikannya dengan badan merengkuh sopan.‘’Kamu sudah siapkan kamar pengantin untuk Faisal dan Adel?’’ tanya Sarah.‘’Sudah, Bu. Semuanya sudah rapi,’’ jawab wanita tua itu. Sekilas melirik ke arah Aluna yang baru muncul dari ruang depan. Pancaran mata Aluna menyiratkan kesedihan, membuat
Selepas sholat subuh, seperti biasa Aluna segera ke dapur membantu Mbok Painem menyiapkan sarapan.‘’Mbak Alun gak usah bantuin Mbok. Biar Mbok kerjain semuanya sendiri,’’ ujar wanita berusia senja mencegah Aluna membantunya di dapur.‘’Gak apa-apa, Mbok. Biasanya juga aku bantu, kenapa sekarang gak boleh?’’ tukas Aluna sambil tersenyum.Mbok Painem menatap wajah Aluna yang sembab. Dia tahu jika semalaman wanita muda ini pasti tak bisa tidur. Ia bisa merasakan apa yang Aluna rasakan. Bisa jadi semalaman ini Aluna menghabiskan waktu dengan menangis. Hati perempuan mana yang tidak akan terluka saat suaminya menghabiskan malam pertama bersama wanita lain, bahkan harus seatap dengannya. Tak bisa dibayangkan seperti apa hancurnya hati Aluna.‘’Kenapa Mbok menatapku seperti itu?’’ tanya Aluna menyadari tatapan Mbok Painem yang begitu dalam memindai wajahnya.‘’Mbok tahu Mbak Alun sedang sedih. Makanya Mbok gak mau Mbak Alun bantuin Mbok di dapur. Lebih baik Mbak Alun istirahat saja di kamar
‘’Bicara apa kamu? Kamu tak pantas berkata seperti itu pada Aluna,’’ tegas Faisal kini tak tinggal diam melihat istrinya selalu diperolok.‘’Maaf.’’ Adelia tertunduk dalam setelah mendapat bentakan dari Faisal.‘’Kamu juga jangan bersikap kasar pada Adelia. Dia istrimu. Apa yang salah dengan perkataan Adelia pada Aluna? Apa yang Adel katakan benar. Aluna memang lebih pantas meminum jus itu agar rahimnya subur,’’ tegas Sarah membela menantu barunya.‘’Tapi, ibu sudah sering memberikan jus apapun untuknya. Aluna tetap tidak bisa hamil,’’ lanjut wanita itu memperparah rasa sakit yang dirasakan oleh Aluna.Tak kuat menghadapi hinaan yang ditujukan kepada dirinya, Aluna segera bangkit berdiri. ‘’Maaf, saya duluan.’’ Gegas wanita itu meninggalkan ruang makan. Berjalan menuju kamarnya.Kabut tipis menghalangi pandangan mata Aluna. Ia tak dapat membendung lagi air matanya, hingga akhirnya tumpah juga.‘’Ibu keterlaluan!’’ Faisal bangkit berdiri menyusul istrinya.‘’Mas!’’ Adelia menahan lenga
‘’Nikahi wanita itu, Mas!’’ gumam Aluna dengan suara bergetar.‘’Kamu ini bicara apa? Wanita mana yang kamu maksud?’’ tanya Faisal tak mengerti apa yang dikatakan oleh istrinya.‘’Adelia. Siapa lagi?’’ tegas Aluna. Dadanya begitu sesak saat berkata. Meski sakit dia tetap harus menyampaikan hal ini.Faisal terlihat gelagapan. Fajar baru saja menjelang, dia baru pulang dari apartemennya yang ditempati oleh sang sekretaris bernama Adelia. Suatu hal telah terjadi di antara dia dengan Adelia. Entah bagaimana ceritanya, Faisal tiba-tiba bangun dalam keadaan tanpa busana, berbaring di tempat tidur yang sama dengan wanita itu.Faisal tidak ingat apa-apa. Semalam dia datang ke apartemen atas permintaan Adelia. Melindungi wanita itu dari gangguan mantannya yang terus mengusik kehidupan Adelia. Suatu hari Adelia sempat meminta tolong karena mendapat ancaman dari mantannya yang saiko. Hingga Faisal menyuruh Adelia menempati apartemen miliknya demi keamanan wanita itu. Dan semalam, Adelia menghub