Satu Atap dengan Maduku
‘’Oh iya, Faisal. Uang hasil kerjamu berikan pada Adelia seluruhnya. Biar dia yang mengatur semuanya. Aluna kasih seperlunya saja, gak usah banyak-banyak lagipula dia gak punya anak. Sementara Adelia harus memegang uang lebih banyak karena dia harus menyisihkan untuk keperluan persalinan dan semua kebutuhan bayi kalian nantinya,’’ tukas Sarah sang mertua.
Semenjak datangnya Adelia, orang ketiga dalam pernikahan Aluna dengan Faisal. Kehidupan Aluna semakin menderita.
Aluna kerap dibandingkan dengan Adelia, istri kedua suaminya. Terlebih saat Adelia hamil, sementara Aluna belum juga bisa memberi keturunan.
Aluna makin tersisih, dijadikan babu di rumah keluarga Aditama. Mampukah Aluna bertahan hidup satu atap dengan madunya? Belum lagi menghadapi mertua dan ipar-ipar bermulut pedas.
Read
Chapter: Bab 34‘’Boleh aku duduk?’’ tanya Adrian, meminta izin.Sebenarnya Aluna sedikit ragu, tapi menolak pun rasanya tak mungkin. Terpaksa Aluna mengiyakan. ‘’Silahkan.’’Adrian menggeser kursi lalu duduk di sana. ‘’Gimana kabarmu sekarang?’’‘’Seperti yang kamu lihat. Alhamdulillah, aku baik.’’ Aluna tersenyum.‘’Maksudku– masalahmu. Apa sudah selesai?’’ tanya Adrian.Aluna tak segera menjawab, terlihat ragu. Adrian mengerti, mungkin dia terlalu kepo dengan urusan pribadi Aluna.‘’Maaf, kalau aku terlalu ikut campur. Gak perlu dijawab juga. Tapi aku harap urusanmu itu sudah selesai dan semuanya baik-baik saja,’’ timpal Adrian, suasana sedikit canggung.Aluna mengangguk sambil tersenyum tipis. Seorang pelayan melintas di meja mereka, Adrian segera memanggilnya.‘’Mbak!’’ Adrian melambaikan tangan ke arah pelayan itu. Pelayan itu pun menghampiri meja mereka. Memberikan buku menu pada pria yang memanggilnya.‘’Aluna, kamu mau pesan lagi?’’ tanya Adrian.‘’Tidak. Sudah cukup. Aku udah kenyang,’’ to
Last Updated: 2024-12-17
Chapter: Bab 33‘’Saya duluan, Pak.’’ Aluna segera berlalu dari hadapan Bastian. Berjalan menuju ruangannya. Jam istirahat sebentar lagi tiba, dia harus merapikan beberapa dokumen bekas meeting tadi. Setelah itu baru keluar mencari makan siang. Dia sudah punya janji dengan Nazwa siang ini untuk makan siang bersama."Aluna, tunggu!" Nazwa memanggil dengan suara yang sedikit lebih keras dari biasanya. Aluna, yang sedang berjalan menuju ruangannya, menoleh ke belakang. Ditatapnya Nazwa yang tampak berjalan cepat menghampirinya. Ada raut yang tak biasa di wajah sahabatnya itu.Aluna menunggu dengan sabar, menyesuaikan langkahnya agar mereka bisa berbicara. "Ada apa, Na?" tanyanya, sedikit heran karena Nazwa terlihat agak tegang.Nazwa berhenti tepat di depan Aluna, memandangnya dengan tatapan yang sulit dibaca. "Kenapa Bastian begitu perhatian sama kamu tadi? Aku lihat dia memperhatikanmu lebih dari yang seharusnya." Suara Nazwa sedikit bergetar, meskipun ia berusaha keras untuk terlihat tenang.Aluna t
Last Updated: 2024-12-14
Chapter: Bab 32Danu dan Murni duduk di ruang utama, menunggu dengan sabar kepulangan putri mereka. Hati mereka berdebar, perasaan cemas dan khawatir menyelimuti suasana di rumah itu. Akhirnya, pintu terbuka, dan Aluna muncul di ambang pintu. Wajahnya terlihat letih, seolah ada beban berat yang tengah dipikul.“Bagaimana? Apa kamu sudah punya keputusan tentang nasib rumah tanggamu dengan Faisal ke depannya?” tanya Danu dengan nada yang sedikit terdengar tak sabar. Mata Danu menatap Aluna penuh harap, ingin tahu jawaban yang sudah lama dinantikannya.“Pak, biarkan Aluna duduk dulu,” ujar Murni, suara lembutnya mencoba meredakan ketegangan yang terasa.Ketiganya kemudian duduk di kursi ruang utama. Murni dengan penuh perhatian membawakan segelas air putih untuk putrinya. Aluna menerima gelas itu dengan tangan yang sedikit gemetar. Wajahnya terlihat pucat, matanya sembab, dan ada kesedihan yang begitu mendalam terpancar dari raut wajahnya. Murni tahu persis betapa berat yang sedang dirasakan putrinya. S
Last Updated: 2024-12-13
Chapter: Bab 31“Aluna, kamu kembali ke rumah ini?” Faisal menghampiri wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu. Sekilas, ada kecanggungan di antara mereka. Namun kini, mereka sedang pisah rumah, bahkan sudah lama pisah ranjang. Suasana yang semula hening terasa semakin menyesakkan di ruangan ini, dipenuhi ketegangan yang seolah tak akan pernah reda.“Tidak, Mas. Aku belum bisa kembali ke rumah ini, atau bahkan mungkin tidak akan pernah lagi kembali ke sini. Kedatanganku saat ini untuk menjenguk ibumu,” jawab Aluna tegas. Kata-katanya terdengar begitu berat, seperti ada beban yang tak terungkapkan.Faisal terdiam sejenak. Matanya mencari-cari rasa sesal yang sudah lama tak terucap, berharap pada sebuah kesempatan yang entah bagaimana harus ia peroleh. “Tolong beri aku kesempatan,” pinta Faisal, suaranya dipenuhi dengan ketulusan yang menggetarkan. “Aku akan melakukan apapun untuk menebus kesalahanku, supaya kita bisa bersama lagi. Ingat, Aluna, ada anak kita di dalam perutmu.” Ucapan itu meng
Last Updated: 2024-12-12
Chapter: Bsb 30‘’Megan, Shela, kalian temui Aluna. Bujuk dia agar mau kembali dengan Faisal,’’ titah Sarah pada kedua putrinya.‘’Aku rasa Mbak Aluna tak akan begitu saja menerima apa yang telah kalian lakukan kepadanya selama ini. Mulut kalian terlalu jahat dan banyak menyakiti hati Mbak Aluna. Dia pantas meskipun tidak memaafkan kalian. Bahkan, kalian juga yang telah membuat hubungan Mbak Aluna dengan Mas Faisal berantakan,’’ tukas Oliv.‘’Perkataanmu itu bukan hanya untuk Megan dan Shela kan? Tapi juga untuk ibu,’’ sergah Sarah, merasa tersindir.‘’Aku tidak bilang begitu, tapi jika ibu merasa tersindir berarti ibu sama seperti mereka.’’ Oliv begitu santainya berkata demikian.‘’Sudah mulai kurang ajar kamu sama Ibu?’’ seloroh Megan, merasa adiknya sudah tidak sopan.‘’Aku hanya mengatakan fakta. Permintaan maaf kalian terhadap Mas Faisal bahkan belum tulus. Buktinya kalian masih merasa tidak berdosa atas apa yang kalian lakukan.’’ Olive menghela napas panjang dalam sejenak. ‘’Mudah sekali bagia
Last Updated: 2024-12-11
Chapter: Bab 29Aluna mengintip di balik kaca jendela kamarnya. Melihat kepergian Faisal dengan langkah gontai setelah mendapat penolakan dari sang ayah ketika pria itu ingin bertemu dengannya.Rasa kecewa kedua orang tua Aluna begitu besar terhadap Faisal. Pria yang mereka pikir akan bertanggung jawab penuh dan menjamin kebahagiaan putri mereka, namun justru sebaliknya. Faisal malah menorehkan luka yang paling dalam, terlebih saat ini Aluna sedang hamil muda.Gurat penyesalan terlukis di wajah Faisal yang menghentikan langkah sejenak, melirik ke arah jendela. Seolah tahu di sana Aluna tengah memperhatikannya. Gegas tangan Aluna melepas tirai yang semula disibaknya sedikit. Perasaan cinta masih tersimpan di dalam hati Aluna terhadap suaminya, tetapi rasa sakit dan kecewa pun tak kalah besar dari rasa cintanya pada pria itu.Aluna belum punya keputusan apa-apa untuk menentukan nasib rumah tangganya. Mobil Faisal terdengar pergi meninggalkan halaman rumah Aluna. Separuh jiwa Aluna seakan ikut pergi be
Last Updated: 2024-12-09
Chapter: Bab 14Baru saja sembuh dari sakit Saras sudah menyuruh Nadine melakukan pekerjaan rumah yang seharusnya menjadi pekerjaan Mbak Nur saja.Nadine tak bisa menolak, hanya pekerjaan rumah saja baginya memang tak berat. Dia menuruti apapun perintah ibu mertuanya, berharap agar Saras bisa bersikap lebih baik lagi dari sebelumnya. Namun semua itu hanyalah mimpi belaka bagi Nadine. Karena sampai kapanpun Saras tak akan pernah menerima dia jadi menantunya."Bu … stok makanan di kulkas habis," papar Mbak Nur menghampiri majikannya yang tengah duduk di ruang keluarga."Suruh Nadine kesini, biar dia yang pergi belanja!" titah Saras.Mbak Nur terdiam sebentar, dia tau betul jika saat ini Nadine masih lemah tubuhnya karena baru saja sembuh dari sakit."Kenapa masih di situ?" Saras menatap heran melihat Mbak Nur masih berdiri mematung di tempat."Biar saya saja yang belanja, Bu," ucap Mbak Nur."Kamu mau bantah aku? Cepat panggil Nadine!" sentak Saras nada suaranya tinggi."Ba-baik, Bu." Mbak Nur tergopoh
Last Updated: 2023-10-28
Chapter: Bab 13"Nadine!" teriak Sadam saat melihat istrinya tergeletak di lantai kamar mandi dengan pakaian basah, wajah pucat dan bibir membiru.Mbak Nur yang berdiri di depan pintu tampak menutup mulut dengan kedua tangannya.Segera Sadam membopong tubuh Nadine, membawa wanita itu ke kamar. "Mbak Nur, ambilkan air hangat dan bawa ke kamarku!""Baik, Tuan." Mbak Nur segera menuruti perintah majikannya.Saat Sadam hendak melangkah naik ke atas tangga, seketika Saras dan Prastyo menghampiri."Kenapa Nadine? Apa yang terjadi sama dia?" tanya Prasetyo heran.Saras tampak terdiam, mendelik sinis tanpa merasa berdosa sama sekali.Sadam melirik ke arah ibunya dan berkata, "tanya saja Ibu, apa yang sudah Ibu lakukan pada istriku."Sadam melanjutkan langkahnya menuju kamar. Dia teramat kesal pada ibunya yang sudah berani mengurung Nadine di kamar mandi. Sadam memang membenci Nadine tapi dia juga tak mau melihat istrinya tak berdaya seperti ini. Kalaupun harus Nadine menderita, tapi bukan begini caranya. Sam
Last Updated: 2023-10-26
Chapter: Bab 12Byurrr!Nadine reflek terbangun saat wajahnya basah di siram oleh seseorang.Posisinya yang semula terbaring kini langsung terduduk. Kedua tangan mengusap wajahnya yang basah."Enak banget jam segini masih tidur! Kamu pikir ini rumahmu bisa enak-enakan tidur sampe siang, hah?" bentak Saras."Maaf, Bu, tapi kepalaku pusing. Aku mau istirahat sebentar boleh ya, nanti aku bangun kok," pinta Nadine memelas. Air minum yang diguyurkan ke wajahnya membuat Nadine menggigil kedinginan."Jangan manja! Bangun dan cepat bekerja! Kalau sampai gak turun juga, aku siram kamu pakai air panas, mau?" ancam Saras."Tapi, Bu. Aku sakit." Nadine memeluk tubuhnya yang kedinginan."Dasar perempuan jal*ng!" Saras menyeret tubuh Nadine, menarik lengannya hingga Nadine tersungkur ke bawah lantai."Ampun, Bu. Lepaskan aku!" Nadine memohon."Kalau gak mau aku seret ya kamu bangun dong! Baju udah numpuk belum di gosok jadi cepat sekarang juga bereskan semuanya!" Saras melepas kasar lengan Nadine."Aku izin cuci m
Last Updated: 2023-09-17
Chapter: Bab 11"Jangan, Mas Ampun!" pekik Nadine saat Sadam mengambil sabuk yang tergantung pada gagang pintu lemari.Sudah bisa dia duga, apa yang akan dilakukan sang suami dengan menggunakan sabuk di tangannya itu.Saat tangan Sadam terangkat dengan menggenggam sabuk yang hendak dilayangkan pada tubuh mulus istrinya, saat itu juga Nadine gegas bersimpuh pada kaki suaminya."Ampun! Jangan lakukan itu padaku. Aku mohon!" Tangis wanita itu memecah heningnya malam."Aku berani bersumpah demi apapun, aku tidak pernah punya hubungan apa-apa dengan Aksan. Pria itu memang sudah lama menyukaiku, tapi aku tidak pernah menyukainya. Sumpah demi Tuhan!" lirih Nadine.Pria itu menurunkan tangan yang menggenggam sabuk. Lemah seketika tubuh Sadam saat mendengar sumpah dari mulut istrinya. Dia memang sudah keterlaluan memperlakukan Nadine. Tak seharusnya dia berlaku seperti ini. Bertindak kasar pada perempuan bukanlah tabiat yang biasa dilakukannya.Bahkan baru sekali ini dia mengotori tangannya dengan menampar wa
Last Updated: 2023-09-15
Chapter: Bab 10Plaaak!Satu tamparan keras mendarat di pipi Nadine hingga tubuh wanita itu terhuyung.Kulit putih itu bersemu merah akibat cap jari yang dilayangkan suaminya. Tak seberapa sakit jika dibandingkan dengan hatinya yang kini terluka namun tak berdarah. Dipermalukan di depan umum seperti ini tak ada satu wanita pun yang mau, apalagi yang mempermalukan dirinya tak lain adalah suaminya sendiri."Berani kasar pada istrimu sendiri? Pria macam apa kamu ini?" Tiba-tiba terdengar suara seorang pria mendekat ke arah mereka."Aksan?" gumam Nadine cukup kaget dengan kemunculan pria itu yang secara tiba-tiba dan tak terduga. Sadam menoleh ke arah sumber suara, menatap tajam pria yang kini sudah berada tepat di hadapannya."Bukan urusanmu, mau aku apakan dia terserahku, dia istriku!" tegas Sadam."Ya, dia memang istrimu. Tapi kelakuan kamu itu tidak mencerminkan perilaku seorang suami terhadap istrinya. Karena ini tempat umum, dan aku berhak mencegah tindakan kasar pria terhadap seorang perempuan."
Last Updated: 2023-09-14
Chapter: Bab 9"Jangan lama-lama jabatan tangannya, itu laki orang loh, May!" tiba-tiba muncul Rena masih sahabat kami juga.Nadine baru menyadari jika sedari tadi Maya belum melepaskan tangannya dari Sadam.Spontan Maya melepaskan setelah mendapat teguran dari Rena."Maaf," ucap Maya mengukir senyum terbaiknya pada Sadam.Pria itu membalas senyuman yang tak kalah maut, membuat siapapun yang melihat akan meleleh dibuatnya."Mari kita duduk di sana," ajak Maya menunjuk ke arah sebuah kursi yang melingkar di sudut ruangan.Nadine dan Sadam melangkah mengikuti Maya dengan Rena yang berjalan lebih dulu.Mereka duduk disana sambil mengobrol banyak hal. Mengenang keseruan mereka saat bersekolah, maupun menceritakan keseharian dan kesibukan mereka saat ini."Ngomong-ngomong ini tempat punya dia. Maya sedang sibuk bisnis cafe dan karaoke, sudah buka cabang dimana-mana. Hebat kan?" tutur Rena."Hebat sekali. Kamu wanita karir yang sukses," puji Nadine."Oh jadi ini tempat kamu?" Sadam mengedarkan pandangan k
Last Updated: 2023-09-13