‘’Nikahi wanita itu, Mas!’’ gumam Aluna dengan suara bergetar.
‘’Kamu ini bicara apa? Wanita mana yang kamu maksud?’’ tanya Faisal tak mengerti apa yang dikatakan oleh istrinya. ‘’Adelia. Siapa lagi?’’ tegas Aluna. Dadanya begitu sesak saat berkata. Meski sakit dia tetap harus menyampaikan hal ini. Faisal terlihat gelagapan. Fajar baru saja menjelang, dia baru pulang dari apartemennya yang ditempati oleh sang sekretaris bernama Adelia. Suatu hal telah terjadi di antara dia dengan Adelia. Entah bagaimana ceritanya, Faisal tiba-tiba bangun dalam keadaan tanpa busana, berbaring di tempat tidur yang sama dengan wanita itu. Faisal tidak ingat apa-apa. Semalam dia datang ke apartemen atas permintaan Adelia. Melindungi wanita itu dari gangguan mantannya yang terus mengusik kehidupan Adelia. Suatu hari Adelia sempat meminta tolong karena mendapat ancaman dari mantannya yang saiko. Hingga Faisal menyuruh Adelia menempati apartemen miliknya demi keamanan wanita itu. Dan semalam, Adelia menghubunginya lewat telepon. Wanita itu bilang kalau mantan pacarnya datang dan hendak melakukan kekerasan fisik kepadanya. Ia meminta bantuan Faisal agar datang menolongnya. Faisal pun datang karena dia paling tidak bisa mendengar perempuan tersakiti. Selain menjadi bawahan, Faisal menganggap Adelia sebagai teman. Bahkan Adelia kerap datang ke rumahnya karena cukup dekat dengan keluarga besar Faisal yang memang masih tinggal seatap dengan ibu dan saudara kandungnya. ‘’Lihat ini, Mas!’’ Aluna menunjukan layar ponselnya ke arah Faisal. Di mana terdapat foto-foto mesra suaminya bersama Adelia yang dikirim dari nomor tak dikenal. Dalam foto itu nampak Adelia sedang tidur bersama Faisal dengan keadaan bertelanjang dada. Sementara dari perut ke bawah tertutup selimut. Begitu juga dengan Adelia yang terlihat sama-sama tanpa busana, hanya saja selimut yang digunakan menutupi hingga sebatas dada. Sungguh sangat menjijikkan! Faisal menyambar ponsel dalam genggaman istrinya. Mata pria itu membulat sempurna seakan tak percaya istrinya bisa mendapatkan foto dirinya bersama Adelia. Lagipula siapa yang mengambil foto mereka berdua? ‘’Tunggu Aluna! Ini semua salah paham. Aku bisa jelaskan!’’ sergah Faisal setelah melempar ponsel ke atas tempat tidur dengan sembarang. ‘’Kamu mau menjelaskan apa lagi, Mas? Semua sudah jelas! Foto ini buktinya!’’ pekik Aluna dengan air mata telah membanjiri wajah cantiknya. Hatinya begitu sakit, teramat sakit. Bagai terkoyak dan tercabik-cabik hingga hancur berkeping. Faisal menggelengkan kepala cepat. Dia bahkan tidak merasa melakukan apa-apa dengan Adelia. Malam itu dia merasa pusing dan kepalanya berat. Setelah itu pandangannya pun kabur, lalu tidak ingat apa-apa lagi. Sebelum subuh ia bangun dan terkejut mendapati dirinya tidur dengan Adelia. Sangat sulit untuk dijelaskan kenapa bisa-bisanya ia tidur satu ranjang dengan sekretarisnya. Tapi dia yakin, dia tak melakukan apapun hal yang di luar batas. Terlebih dia sangat mencintai sang istri, Aluna. Faisal tak mungkin mengkhianati istrinya. Meski sampai detik ini Aluna belum juga memberikan keturunan untuknya di dua tahun pernikahan mereka. ‘’Tapi aku tidak melakukannya! Sungguh! Tolong percaya padaku,’’ pinta Faisal dengan memelas. Menatap wajah istrinya yang basah karena air mata, sungguh hatinya terasa teriris. Faisal mencoba meraih tangan sang istri, tapi Aluna segera menepisnya kasar. ‘’Jangan sentuh aku!’’ Aluna berjalan mundur, menghindar disentuh oleh suaminya. ‘’Aluna?’’ Lapisan kristal melapisi manik mata Faisal yang memerah. Dia tak menyangka Aluna akan percaya begitu saja pada foto yang entah dari siapa pengirimnya. Faisal merasa sedang dijebak oleh seseorang hingga seolah-olah dia seperti sedang tidur bersama wanita lain. Seseorang mengambil foto dirinya yang sedang tidur bersama wanita itu, lalu mengirimkannya pada Aluna. ‘’Selama ini aku percaya, Mas, kalau kamu tak mungkin menyakitiku. Tapi ternyata aku salah. Kamu telah berhasil memporak porandakan hati ini!’’ Aluna meninju dadanya sendiri, di mana rasa sesak itu tak pernah berhenti. Bagai dihantam batu yang keras, terhimpit sakit dan menyesakan. ‘’Kamu telah menghancurkan pernikahan kita!’’ jeritnya tertahan akibat isak tangis yang menenggelamkan sebagian suaranya. Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka yang sedang terlibat pertengkaran dan diselimuti luka. ‘’Faisal! Buka pintunya!’’ Suara Sarah terdengar berteriak di luar sana. Diiringi ketukan pintu yang begitu kencang. Faisal segera berjalan ke arah pintu, lalu membukanya. Pintu kamar terbuka lebar, memunculkan wajah Sarah ibunya, bersama wanita yang sedang menjadi duri dalam rumah tangganya saat ini. Wanita yang telah membuat Aluna salah paham. Mata Sarah memandang nyalang pada putranya. ‘’Ibu sudah tahu semuanya. Kamu sudah menodai Adelia semalam kan? Adelia sudah menceritakan semuanya pada ibu. Dan kamu harus bertanggung jawab!’’ seru wanita yang telah melahirkan Faisal dengan tegasnya. Suaranya terdengar jelas ke telinga Aluna yang berada di dalam. Perkataan wanita itu berhasil mengoyak hati yang sudah sangat rapuh, hancur berantakan. Tubuh Aluna limbung hingga ia terhempas duduk di tepi tempat tidur. ‘’Kamu harus segera menikahi Adelia!’’ Lagi Sarah berteriak kencang membuat semua penghuni rumah keluar dari kamar mereka. Yakni saudara-saudara perempuan Faisal.‘’Kamu harus segera menikahi Adelia!’’ Suara Sarah menggema mengisi seluruh penjuru ruangan. Mengundang semua penghuni rumah bermunculan dari kamar mereka di suasana subuh yang memilukan.‘’Bu, aku tidak melakukan apa-apa dengannya. Ini salah paham!’’ bela Faisal.‘’Mas, kamu lupa kalau semalam kita ….’’ Kalimat Adelia terputus karena tangisnya pecah. Dia berlaku seolah menjadi korban yang paling tersakiti di sini. Senyatanya apa yang sedang dilakukannya saat ini hanya sebuah akting belaka.‘’Ada apa ini?’’ Megan, anak sulung Sarah muncul dan pura-pura terkejut mendengar keributan yang terjadi di depan kamar Faisal.‘’Mbak Adel? Kenapa pagi-pagi sudah ada di sini? Kenapa kamu menangis?’’ tanya Shela, adik Faisal. Anak nomor tiga di keluarga itu.‘’Mas kalian telah merenggut kehormatan Adelia. Sekarang, ibu meminta agar Faisal mau bertanggung jawab dan menikahi Adelia,’’ jelas Sarah membuat dua anak perempuannya membuka mulut lebar dan melotot karena terkejut. Ralat! Mereka hanya pura-
‘’Bagaimana para saksi sah?’’ ujar penghulu.‘’Sah!’’ Kompak semua yang ada di ruangan itu berseru.Tak perlu menunggu lama setelah kejadian tempo hari. Sarah segera menentukan tanggal pernikahan putranya bersama Adelia.Pernikahan digelar di sebuah rumah seorang pemuka agama di kota itu. Wali nikah yang merupakan ayah dari Adelia datang dari luar kota setelah mengetahui putrinya akan menikah secara siri dengan atasannya.Raut-raut bahagia terpancar di wajah mereka. Keluarga Faisal maupun keluarga mempelai wanita. Namun Faisal sendiri sama sekali tak menyangka ia akan menikahi wanita lain, mengkhianati cinta sucinya kepada sang istri, Aluna. Faisal masih berharap ini hanya mimpi baginya, meski tak dipungkiri secara sadar dia menyadari jika semua ini adalah kenyataan.‘’Selamat atas pernikahan kalian, semoga langgeng.’’ Megan menyalami kedua mempelai. Adik kandung serta iparnya yang kini tengah berbahagia di hari pernikahan mereka.‘’Aamiin, makasih,’’ ujar Adelia dengan wajah sumringa
Oliv menutup pintu rumah lalu menguncinya. Dia menatap iba wajah kakak iparnya yang masih mematung berdiri di ruang utama dengan raut wajah pilu.‘’Sabar Mbak Alun. Aku tahu Mbak orangnya kuat,’’ ujar Oliv mengelus bahu Aluna, mencoba menenangkan hati wanita itu. Meski tidak berpengaruh banyak, setidaknya masih ada yang peduli pada Aluna.‘’Makasih, Liv,’’ gumam Aluna dengan suara serak. Lalu keduanya melangkah masuk ke dalam ruangan lain.Terdengar Sarah memanggil asisten rumah tangga mereka.‘’Mbok Painem!’’ sahutnya dan yang dipanggil pun tergopoh-gopoh berjalan keluar dari arah dapur.‘’Iya, Bu?’’ Wanita berusia senja yang sudah mengabdi puluhan tahun di keluarga Aditama, kini berdiri di hadapan majikannya dengan badan merengkuh sopan.‘’Kamu sudah siapkan kamar pengantin untuk Faisal dan Adel?’’ tanya Sarah.‘’Sudah, Bu. Semuanya sudah rapi,’’ jawab wanita tua itu. Sekilas melirik ke arah Aluna yang baru muncul dari ruang depan. Pancaran mata Aluna menyiratkan kesedihan, membuat
Selepas sholat subuh, seperti biasa Aluna segera ke dapur membantu Mbok Painem menyiapkan sarapan.‘’Mbak Alun gak usah bantuin Mbok. Biar Mbok kerjain semuanya sendiri,’’ ujar wanita berusia senja mencegah Aluna membantunya di dapur.‘’Gak apa-apa, Mbok. Biasanya juga aku bantu, kenapa sekarang gak boleh?’’ tukas Aluna sambil tersenyum.Mbok Painem menatap wajah Aluna yang sembab. Dia tahu jika semalaman wanita muda ini pasti tak bisa tidur. Ia bisa merasakan apa yang Aluna rasakan. Bisa jadi semalaman ini Aluna menghabiskan waktu dengan menangis. Hati perempuan mana yang tidak akan terluka saat suaminya menghabiskan malam pertama bersama wanita lain, bahkan harus seatap dengannya. Tak bisa dibayangkan seperti apa hancurnya hati Aluna.‘’Kenapa Mbok menatapku seperti itu?’’ tanya Aluna menyadari tatapan Mbok Painem yang begitu dalam memindai wajahnya.‘’Mbok tahu Mbak Alun sedang sedih. Makanya Mbok gak mau Mbak Alun bantuin Mbok di dapur. Lebih baik Mbak Alun istirahat saja di kamar
‘’Bicara apa kamu? Kamu tak pantas berkata seperti itu pada Aluna,’’ tegas Faisal kini tak tinggal diam melihat istrinya selalu diperolok.‘’Maaf.’’ Adelia tertunduk dalam setelah mendapat bentakan dari Faisal.‘’Kamu juga jangan bersikap kasar pada Adelia. Dia istrimu. Apa yang salah dengan perkataan Adelia pada Aluna? Apa yang Adel katakan benar. Aluna memang lebih pantas meminum jus itu agar rahimnya subur,’’ tegas Sarah membela menantu barunya.‘’Tapi, ibu sudah sering memberikan jus apapun untuknya. Aluna tetap tidak bisa hamil,’’ lanjut wanita itu memperparah rasa sakit yang dirasakan oleh Aluna.Tak kuat menghadapi hinaan yang ditujukan kepada dirinya, Aluna segera bangkit berdiri. ‘’Maaf, saya duluan.’’ Gegas wanita itu meninggalkan ruang makan. Berjalan menuju kamarnya.Kabut tipis menghalangi pandangan mata Aluna. Ia tak dapat membendung lagi air matanya, hingga akhirnya tumpah juga.‘’Ibu keterlaluan!’’ Faisal bangkit berdiri menyusul istrinya.‘’Mas!’’ Adelia menahan lenga