‘’Bagaimana para saksi sah?’’ ujar penghulu.
‘’Sah!’’ Kompak semua yang ada di ruangan itu berseru. Tak perlu menunggu lama setelah kejadian tempo hari. Sarah segera menentukan tanggal pernikahan putranya bersama Adelia. Pernikahan digelar di sebuah rumah seorang pemuka agama di kota itu. Wali nikah yang merupakan ayah dari Adelia datang dari luar kota setelah mengetahui putrinya akan menikah secara siri dengan atasannya. Raut-raut bahagia terpancar di wajah mereka. Keluarga Faisal maupun keluarga mempelai wanita. Namun Faisal sendiri sama sekali tak menyangka ia akan menikahi wanita lain, mengkhianati cinta sucinya kepada sang istri, Aluna. Faisal masih berharap ini hanya mimpi baginya, meski tak dipungkiri secara sadar dia menyadari jika semua ini adalah kenyataan. ‘’Selamat atas pernikahan kalian, semoga langgeng.’’ Megan menyalami kedua mempelai. Adik kandung serta iparnya yang kini tengah berbahagia di hari pernikahan mereka. ‘’Aamiin, makasih,’’ ujar Adelia dengan wajah sumringah. Cita-citanya menjadi istri orang kaya akhirnya terwujud. Sarah mendekat menghampiri menantunya. ‘’Ibu harap secepatnya kalian punya anak. Ibu sangat berharap kamu bisa segera memberikan keturunan untuk Faisal,’’ ungkap Sarah menitipkan harapan yang besar pada menantu barunya itu. ‘’Tentu saja, Bu. Aku pastikan akan memberikan ibu cucu secepatnya,’’ balas Adelia mantap. Shela turut memberi ucapan selamat pada mereka berdua. Begitu juga Oliv, adik bungsu Faisal yang masih duduk di bangku kuliah. Mereka mengabadikan momen ini dengan mengambil beberapa foto menggunakan kamera ponsel. Tak lupa Megan maupun Shela segera mengupload hasil foto mereka ke media sosial. Lebih kejamnya lagi, Megan sengaja mengirimkan foto yang diambilnya ke nomor kontak Aluna. Sengaja ingin membuat hati iparnya itu kian terluka. Tink! Satu pesan masuk ke ponsel Megan, disusul panggilan dari suaminya yang berada di luar kota sehingga tak bisa datang ke acara pernikahan Faisal kali ini. Megan segera menjauh dari tempat tersebut, menerima telepon dari suaminya. Sementara itu Faisal tampak tak menikmati hari bahagianya. Dia cenderung lebih banyak diam memikirkan Aluna yang berada di rumah sendirian saat ini. Tak dapat dia bayangkan bagaimana hancurnya hati Aluna saat ini. Mengetahui suaminya menikah lagi dengan wanita lain. Tentu merupakan mimpi buruk bagi istri manapun di dunia ini. Aluna duduk di depan meja rias dengan menggenggam bingkai foto pernikahannya bersama Faisal dua tahun silam. Kenangan manis itu masih tersimpan kuat dalam ingatan. Saat Faisal meminangnya lalu menjadikannya sebagai seorang istri. Saat itu Aluna berpikir lembaran baru hidupnya bersama Faisal merupakan awal kebahagiaan untuknya. Segala mimpi mereka rajut bersama dengan penuh cinta, tawa dan bahagia. Tapi kini, semua berubah menjadi kelabu dan pilu. Mimpi mereka hancur begitu saja, menjadi kepingan luka yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Butiran kristal kembali menetes di pipi mulus Aluna. Meski sudah berulang kali ia mengusapnya, air mata itu terus mengalir seolah tak ingin berhenti. Membasahi pigura foto pernikahannya dengan Faisal. Aluna memeluk erat pigura itu. Mendekapnya dalam pelukan. Mata indah wanita itu terpejam kuat, menarik napas yang terasa sesak dan berat. Menikmati rasa sakit yang menyeruak dalam dada. Luka yang masih baru ditorehkan, kini bagai disiram oleh air garam. Hatinya semakin sakit setelah sempat melihat foto pernikahan suaminya bersama wanita lain yang dikirimkan Megan sang kakak ipar lewat aplikasi hijau. Desau angin malam yang dingin, suara denting jam dinding seolah menjadi teman baginya. Menyaksikan kesedihan wanita itu dalam diam. Sesaat Aluna membuka mata saat mendengar deru suara mesin mobil di luar sana. Segera dia bangkit dari duduk lalu menyimpan pigura foto pernikahan kembali ke tempatnya semula. Berjalan cepat menuju jendela kamar. Menyibak tirai, matanya awas mengamati keadaan di luar. Sebuah mobil hitam terparkir di halaman rumah mewah yang menjadi sangkar emas bagi seorang Aluna selama ini. Wajah-wajah yang amat sangat dikenalnya satu persatu muncul dari dalam mobil. Dahi wanita itu mengernyit heran saat melihat Faisal suaminya dan Adelia datang ke rumah ini bersama yang lainnya. Semula Aluna pikir Adelia akan tetap tinggal di apartemennya. Tapi, kenapa mereka datang ke rumah ini? Benak Aluna dipenuhi tanda tanya. Suara bel berbunyi nyaring. Sebelum Mbok Painem membukakan pintu ruang utama, Aluna sudah lebih dulu berlari menuju ke arah pintu itu, berniat membukanya. ‘’Biar aku saja yang buka, Mbok,’’ sahut Aluna mencegah wanita paruh baya yang bertugas menjadi asisten rumah tangga di rumah itu membukakan pintu. Langkah Aluna telah sampai di depan pintu. Tangannya menggenggam kuat pegangan pintu. Dengan satu tarikan napas ia membukanya. Memunculkan wajah-wajah dengan ekspresi menertawakan kekalahannya dari balik pintu yang telah ia buka lebar-lebar. ‘’Assalamualaikum,’’ sahut Sarah yang berada di posisi paling depan di antara putra, putri serta menantu barunya. ‘’Wa’alaikumsalam,’’ jawab Aluna dengan suara lirih. Tatapannya kemudian beralih pada Faisal. Sempat terkunci beberapa saat mereka beradu pandang. Lalu Aluna membuang pandangannya ke arah Adelia yang kini tersenyum penuh kemenangan. Wanita itu merangkul lengan kekar suaminya. Hati Aluna bagai tercubit melihat pemandangan tak mengenakan yang tersuguh di depan mata. ‘’Ibu, kenapa Mas Faisal sama Adelia datang ke rumah ini? Bukankah mereka akan bermalam di apartemen?’’ tanya Aluna mengutarakan keheranannya. Mata Sarah menatap tajam. ‘’Memangnya kenapa kalau mereka pulang ke rumah ini? Apa kamu keberatan?’’ tukas Sarah. ‘’Bukan begitu, Bu. Tapi bukankah lebih baik Adelia tinggal di apartemen daripada harus satu atap dengan aku, yang masih menjadi istri sah Mas Faisal?’’ protes Aluna namun menyampaikannya dengan hati-hati. Dirasa dia berhak mengatakan apa yang menurutnya tidak benar dan membuatnya tak nyaman. Mengingat dia istri pertama dari Faisal. Sarah makin nyalang tatapannya. ‘’Kau ini siapa? Berani sekali mengatur-ngatur di rumah ini! Ini rumahku dan kamu tidak punya hak mengatur siapa yang boleh tinggal di sini dan yang mana yang tidak. Kalau kamu keberatan Adelia tinggal di sini. Silahkan kamu yang keluar dan tinggal di apartemen!’’ tegas Sarah dengan tangan menunjuk ke satu arah, seolah tengah mengusir wanita berhijab panjang yang ada di hadapannya. Aluna terhenyak mendengar perkataan mertua. Sementara mereka yang ada di sana tampak tersenyum sinis melihat perlakuan Sarah terhadap Aluna. Kecuali Faisal yang berusaha mendekat ke arah Aluna, namun dicegah oleh Megan juga Adelia. Tangan Adelia merangkul kuat lengannya, hingga Faisal tak mampu membela Aluna. Sarah melengos berjalan melewati Aluna yang masih berdiri terpaku di tempat. Disusul yang lainnya di belakang wanita itu. Bahkan Shela dengan sengaja menyenggol bahu Aluna, membuat wanita itu terhuyung saking lemasnya tungkai kaki Aluna saat ini. Air mata tak bisa terbendung lagi. Aluna kembali menangis, apalagi saat Faisal dan Adelia berjalan melewati dirinya begitu saja.Oliv menutup pintu rumah lalu menguncinya. Dia menatap iba wajah kakak iparnya yang masih mematung berdiri di ruang utama dengan raut wajah pilu.‘’Sabar Mbak Alun. Aku tahu Mbak orangnya kuat,’’ ujar Oliv mengelus bahu Aluna, mencoba menenangkan hati wanita itu. Meski tidak berpengaruh banyak, setidaknya masih ada yang peduli pada Aluna.‘’Makasih, Liv,’’ gumam Aluna dengan suara serak. Lalu keduanya melangkah masuk ke dalam ruangan lain.Terdengar Sarah memanggil asisten rumah tangga mereka.‘’Mbok Painem!’’ sahutnya dan yang dipanggil pun tergopoh-gopoh berjalan keluar dari arah dapur.‘’Iya, Bu?’’ Wanita berusia senja yang sudah mengabdi puluhan tahun di keluarga Aditama, kini berdiri di hadapan majikannya dengan badan merengkuh sopan.‘’Kamu sudah siapkan kamar pengantin untuk Faisal dan Adel?’’ tanya Sarah.‘’Sudah, Bu. Semuanya sudah rapi,’’ jawab wanita tua itu. Sekilas melirik ke arah Aluna yang baru muncul dari ruang depan. Pancaran mata Aluna menyiratkan kesedihan, membuat
Selepas sholat subuh, seperti biasa Aluna segera ke dapur membantu Mbok Painem menyiapkan sarapan.‘’Mbak Alun gak usah bantuin Mbok. Biar Mbok kerjain semuanya sendiri,’’ ujar wanita berusia senja mencegah Aluna membantunya di dapur.‘’Gak apa-apa, Mbok. Biasanya juga aku bantu, kenapa sekarang gak boleh?’’ tukas Aluna sambil tersenyum.Mbok Painem menatap wajah Aluna yang sembab. Dia tahu jika semalaman wanita muda ini pasti tak bisa tidur. Ia bisa merasakan apa yang Aluna rasakan. Bisa jadi semalaman ini Aluna menghabiskan waktu dengan menangis. Hati perempuan mana yang tidak akan terluka saat suaminya menghabiskan malam pertama bersama wanita lain, bahkan harus seatap dengannya. Tak bisa dibayangkan seperti apa hancurnya hati Aluna.‘’Kenapa Mbok menatapku seperti itu?’’ tanya Aluna menyadari tatapan Mbok Painem yang begitu dalam memindai wajahnya.‘’Mbok tahu Mbak Alun sedang sedih. Makanya Mbok gak mau Mbak Alun bantuin Mbok di dapur. Lebih baik Mbak Alun istirahat saja di kamar
‘’Bicara apa kamu? Kamu tak pantas berkata seperti itu pada Aluna,’’ tegas Faisal kini tak tinggal diam melihat istrinya selalu diperolok.‘’Maaf.’’ Adelia tertunduk dalam setelah mendapat bentakan dari Faisal.‘’Kamu juga jangan bersikap kasar pada Adelia. Dia istrimu. Apa yang salah dengan perkataan Adelia pada Aluna? Apa yang Adel katakan benar. Aluna memang lebih pantas meminum jus itu agar rahimnya subur,’’ tegas Sarah membela menantu barunya.‘’Tapi, ibu sudah sering memberikan jus apapun untuknya. Aluna tetap tidak bisa hamil,’’ lanjut wanita itu memperparah rasa sakit yang dirasakan oleh Aluna.Tak kuat menghadapi hinaan yang ditujukan kepada dirinya, Aluna segera bangkit berdiri. ‘’Maaf, saya duluan.’’ Gegas wanita itu meninggalkan ruang makan. Berjalan menuju kamarnya.Kabut tipis menghalangi pandangan mata Aluna. Ia tak dapat membendung lagi air matanya, hingga akhirnya tumpah juga.‘’Ibu keterlaluan!’’ Faisal bangkit berdiri menyusul istrinya.‘’Mas!’’ Adelia menahan lenga
‘’Nikahi wanita itu, Mas!’’ gumam Aluna dengan suara bergetar.‘’Kamu ini bicara apa? Wanita mana yang kamu maksud?’’ tanya Faisal tak mengerti apa yang dikatakan oleh istrinya.‘’Adelia. Siapa lagi?’’ tegas Aluna. Dadanya begitu sesak saat berkata. Meski sakit dia tetap harus menyampaikan hal ini.Faisal terlihat gelagapan. Fajar baru saja menjelang, dia baru pulang dari apartemennya yang ditempati oleh sang sekretaris bernama Adelia. Suatu hal telah terjadi di antara dia dengan Adelia. Entah bagaimana ceritanya, Faisal tiba-tiba bangun dalam keadaan tanpa busana, berbaring di tempat tidur yang sama dengan wanita itu.Faisal tidak ingat apa-apa. Semalam dia datang ke apartemen atas permintaan Adelia. Melindungi wanita itu dari gangguan mantannya yang terus mengusik kehidupan Adelia. Suatu hari Adelia sempat meminta tolong karena mendapat ancaman dari mantannya yang saiko. Hingga Faisal menyuruh Adelia menempati apartemen miliknya demi keamanan wanita itu. Dan semalam, Adelia menghub
‘’Kamu harus segera menikahi Adelia!’’ Suara Sarah menggema mengisi seluruh penjuru ruangan. Mengundang semua penghuni rumah bermunculan dari kamar mereka di suasana subuh yang memilukan.‘’Bu, aku tidak melakukan apa-apa dengannya. Ini salah paham!’’ bela Faisal.‘’Mas, kamu lupa kalau semalam kita ….’’ Kalimat Adelia terputus karena tangisnya pecah. Dia berlaku seolah menjadi korban yang paling tersakiti di sini. Senyatanya apa yang sedang dilakukannya saat ini hanya sebuah akting belaka.‘’Ada apa ini?’’ Megan, anak sulung Sarah muncul dan pura-pura terkejut mendengar keributan yang terjadi di depan kamar Faisal.‘’Mbak Adel? Kenapa pagi-pagi sudah ada di sini? Kenapa kamu menangis?’’ tanya Shela, adik Faisal. Anak nomor tiga di keluarga itu.‘’Mas kalian telah merenggut kehormatan Adelia. Sekarang, ibu meminta agar Faisal mau bertanggung jawab dan menikahi Adelia,’’ jelas Sarah membuat dua anak perempuannya membuka mulut lebar dan melotot karena terkejut. Ralat! Mereka hanya pura-