Share

Secuil Fakta

Author: elhrln
last update Last Updated: 2023-10-01 21:54:56

"Memang dasar laki-laki mesum!" 

"Hei, stop sebut aku mesum!"

"Ya apa lagi kalau bukan mesum?!" balas Cassie tak mau kalah. Semakin menarik selimut menutup seluruh tubuh, hingga yang tampak di dirinya hanyalah kepalanya yang menyembul dari dalam selimut.

Mario menegapkan tubuhnya dengan bersungut-sungut. Selama ini belum ada satu orang pun perempuan yang dengan berani menendangnya dan lucunya, rekor itu sekarang terpecahkan oleh seorang perempuan bernama Cassie, istrinya sendiri.

"Kalaupun kita memang pernah … ng … pernah lakuin itu, memang ada baiknya aku lupain aja! Aku ngga akan mau ingat-ingat lagi!" 

"Oh, kamu memang ngga perlu repot-repot mengingat soal itu, karena sebenarnya kamu sendiri pun juga berusaha untuk ngga pernah ingat soal pernikahan ini!” sahut Mario kesal. Masih emosi akibat tendangan Cassie tadi.

Cassie merespons dengan dahi mengerut. "Maksudnya?"

"Kita ngga pernah melakukan apa pun." 

"Apa pun?" tanya Cassie memastikan ulang. "Tapi ... kita kan udah nikah," lanjutnya hati-hati.

"Kenapa? Sekarang kamu justru menyesal waktu tahu kita belum melakukan apa pun?"

Cassie berdengap usai tahu jalan pikirnya terbaca dengan mudah oleh Mario. 

"Haha ngaco," ujarnya setengah tertawa sembari berpaling rikuh. "Terus kalau kita belum lakuin apa-apa, kenapa tadi kamu bilang begitu?" 

Helaan napas Mario terdengar lelah.

"Mau hilang ingatan atau ngga, celotehanmu tetap ngga berubah," gumamnya. 

Mario mulai berjalan mengarah pada kulkas mini. Membuka pintunya, lalu mengambil sekaleng minuman soda. Jarinya yang panjang itu dengan mudah membuka tutup kaleng. Bunyi desis yang menggiurkan pun seketika hadir di tengah-tengah suasana kamar yang hening.

"Hei, jawab dulu kenapa tadi kamu justru bicara begitu?"

"Aku cuma bercanda, oke? Sekaligus mengetes apa kamu benar-benar ngga ingat apa pun tentang kita," cetus Mario berlanjut meneguk minumannya. Jakunnya tampak naik turun menuntun aliran minuman soda melewati tenggorokan. 

Mario mengecap sisa-sisa manis minuman soda yang menempel di bibirnya yang tipis.

Melihat itu, Cassie menelan ludahnya sendiri.

"Meskipun kita udah menikah, kita ngga pernah melakukan apa pun selama 6 bulan ini. Jangankan berhubungan intim, bersentuhan atau ciuman pun—"

"Ah, oke!" sergah Cassie menolak pernyataan itu dilanjutkan. "Cukup. Aku paham ..., tapi kenapa?"

"Karena kamu ngga menyukaiku."

Kaleng minuman soda yang sudah kosong, dengan mudah dibuat remuk oleh Mario. Melihat ekspresi bingung yang tergambar jelas di wajah Cassie, tampaknya Mario butuh menjelaskan lebih detail terkait apa yang baru saja ia katakan.

"Bukannya kamu mau tahu kenapa?" tanyanya sambil melempar kaleng minuman soda ke dalam tempat sampah. "Itu jawabannya. Karena kamu ngga menyukaiku. Lebih tepatnya, kita memang ngga pernah saling suka, sayang, cinta, apalah itu," jelasnya santai. Seperti tidak ada beban ketika mengatakannya.

Kali ini Cassie menyipitkan matanya sebagai bentuk respons atas apa yang diucapkan Mario.

"Aku ngga bakal kena bercandaan kamu lagi.”

"Aku serius, Cassie." Mario bersungguh-sungguh. "Ngga ada satu pun dari kita yang setuju dengan pernikahan ini. Kita menikah dalam keadaan terpaksa. Itu faktanya."

Cassie masih memandang skeptis. 

"Jadi maksud kamu, kita dijodohin?"

“Dijodohkan dalam waktu yang benar-benar singkat.”

"Tapi aku baru 18 tahun. Ngga mungkin langsung diminta nikah. Mama Papa juga ngga pernah sekali pun bahas tentang itu,” timpal Cassie bersikap defensif.

"Tapi kenyataannya umur kamu sekarang udah 22 tahun dan kita langsung menikah seminggu setelah kamu lulus kuliah." Mario menjelaskan apa adanya, toh dokter sempat berkata bahwa tidak masalah apabila Cassie tahu yang sebenarnya.

"A-aku udah setua itu? Ngga. Aku ngga percaya," tampiknya menggelengkan kepala. 

"Terserah kamu mau percaya atau ngga, tapi aku cerita yang sebenarnya," ungkap Mario. "Kamu butuh bukti? Silakan aja kamu keluar dan beri pertanyaan ke siapa pun yang ada di rumah sakit ini: tahun berapa sekarang? Kamu mungkin menganggap mereka aneh karena mereka semua akan kasih jawaban yang sama, 2022, tapi bagi mereka kamulah yang aneh."

"2022?!" pekik Cassie masih sulit untuk mempercayai apa yang dikatakan oleh Mario. "Tapi aku baru aja lulus sekolah dan baru mau orientasi di ALBIU."

“Astaga udah kubilang kalau kamu udah lulus kuliah, Cassie. Kamu ngga perlu ikut orientasi apa pun lagi,” gerutu Mario mulai geram, tapi sebisa mungkin dia menahan emosi, karena Cassie tidak ingat pun bukan telak merupakan keinginannya.

Sadar jika otaknya belum siap memperoleh serangan fakta-fakta yang bertolak belakang dengan apa yang dia tahu, kepala Cassie mendadak pusing. Kedua tangannya berpindah posisi memegang kepala yang tengah menunduk ke dalam pangkuan. Cassie mengerang ketika bagian dalam kepalanya mulai terasa seperti tertusuk-tusuk sesuatu yang tak kasatmata.

Melihat itu Mario mendesah.

"Oke. Kelihatannya cukup sampai di sini fakta yang mesti kamu tahu. Sebenarnya aku ngga akan paksa kamu untuk segera ingat semuanya. Aku tahu pasti butuh proses, jadi kamu sendiri pun jangan terlalu memaksakan diri.”

Cassie masih mengerang pelan. Sayangnya kesakitan yang tengah dirasakan oleh sang istri tidak terlalu membuat Mario khawatir. Dia hanya berdiri di samping tempat tidur sambil menyembunyikan kedua tangan di dalam saku celana. Hanya melihat, tanpa melakukan apa pun. Tidak berniat menggunakan tangannya itu untuk menenangkan Cassie, meski itu hanya berupa usapan atau belaian di kepala.

"Istirahatlah lagi."

Mario hendak berbalik kalau saja Cassie tidak tiba-tiba mengangkat wajahnya dan berkata, "Tunggu."

"Apa? Aku ngga mau disalahkan atas munculnya rasa sakit di kepala kamu.”

"Kenapa aku bisa ada di rumah sakit?” tanya Cassie agak ragu, sebab mungkin saja kepalanya akan terasa makin sakit apabila mendengar jawaban Mario. 

“Udah. Cukup. Otakmu itu nanti makin parah. Masih ada hari lain untuk cari tahu.”

“Tapi aku mau tahu semuanya sekarang. Kenapa aku bisa ada di rumah sakit? Kenapa aku bisa luka-luka begini? Dan kenapa …,” Cassie memandang Mario, “kenapa aku ngga bisa ingat apa pun tentang kamu?"

Butuh beberapa detik untuk Mario menjawab, sampai akhirnya dia membuka mulut dan berujar, "Kamu kecelakaan. Tertabrak mobil sewaktu mau menyeberang jalan dan benturan di kepala kamu itu yang mengakibatkan sebagian ingatan kamu hilang. Apa kamu juga ngga ingat tentang kecelakaan itu?"

Diam-diam Mario mengamati reaksi Cassie yang sepertinya memang tidak ingat apa pun yang berkaitan dengan sang suami.

Cassie masih berupaya mengubrak-abrik isi kepalanya untuk menemukan ingatan tentang kecelakaan yang dimaksud. Sialnya, dia tidak menemukan apa pun.

“Kenapa …,” tanyanya di sela-sela kefokusannya untuk mengingat, “kenapa aku bisa ketabrak mobil?”

“Kenapa kamu bisa tertabrak mobil? Kamu serius tanya itu? Lalu kamu mau jawaban apa? Karena memang udah takdirnya begitu atau karena memang kamu ceroboh main menyeberang jalan seenaknya tanpa lihat sekitar?” 

Mungkin ini bukan saat yang tepat, tapi tiba-tiba saja Cassie memutus kefokusannya dalam berpikir, kemudian beralih memantapkan tatapannya pada Mario. 

Menemukan sorot mata Cassie yang seperti itu, sontak membuat Mario mengatupkan rahang. Bagaimana cara Cassie menatapnya kini, langsung mengingatkannya dengan tatapan Cassie padanya terakhir kali—tepat sebelum dia mengalami kecelakaan. Tatapan yang penuh dengan rasa tidak percaya juga rasa kecewa yang teramat sangat. 

“Kamu kelihatannya memang benar-benar benci aku," ujar Cassie.

Batin Mario menghela napas.

“Jangan bertingkah seolah-olah cuma aku di sini yang ngga suka kamu, karena sebaliknya kamu pun juga begitu. Kita memang ngga bisa sama-sama. Kita ngga cocok. Ada banyak hal yang ngga sejalan di antara kita,” jelas Mario lebih pelan seraya dengan cekatan duduk kembali di atas tempat tidur. Menghadap Cassie. Meski sesekali menengok ke arah pintu untuk mengecek apakah kedua orang tua beserta mertuanya telah kembali dari ruangan dokter.

“Dengar. Kita sama sekali ngga punya perasaan apa pun. Kita sama-sama menolak pernikahan ini, karena di samping alasan perasaan, kita juga terbilang masih muda dan masih ingin dengan bebas melakukan apa pun. Masing-masing dari kita masih punya rencana yang harus kita jalani.”

Cassie merenung. Sulit untuk mengaku, tapi apa yang dikatakan Mario memang benar. 

“I-iya. Aku juga belum siap untuk nikah."

“Betul,” timpal Mario menguatkan. “Cuma sayangnya saat itu kita terlalu takut untuk menolak keinginan orang tua kita dan akhirnya justru menyesal sekarang.”

Bagian dalam kepala Cassie mulai berdenyut halus. Refleks tangannya menyentuh area pelipis.

“Tapi kita masih bisa menghentikan ini sebelum berjalan semakin jauh," ujar Mario.

“Ngga tau kenapa aku ngga yakin.”

“Oh jadi sekarang kamu justru lupa dengan ide yang pernah kamu cetuskan dulu?”

Cassie mengernyit di tengah tangannya yang masih memegangi kepala. “Aku?”

“Iya. Kamu ngga ingat?”

Kepala Cassie menggeleng pelan. “Ide apa?”

“Bercerai.”

Related chapters

  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Suami yang Seharusnya

    “Aku kasih ide untuk bercerai?” Mario terdiam sejenak. Menarik napas panjang, lalu mengembuskan perlahan. Setelah itu barulah dengan yakin dia berujar, “Iya.”“Ngga mungkin,” tampik Cassie tak kalah yakin. “Aku ngga mungkin pernah berpikiran begitu. Aku ngga mau jadi janda,” akunya sambil bergidik ngeri membayangkan statusnya berubah menjadi seekstrem itu di umur yang masih muda.Mario mendengkus. “Memangnya cuma kamu yang bakal punya status begitu? Aku sendiri juga akan menyandang status duda, tapi mau ngga mau kita harus bercerai. Kita ngga bisa terus-menerus mempertahankan rumah tangga yang ngga ada landasan perasaan apa pun.”“Ya tapi cerai bukan jawabannya.”“Lalu apa?”Pertanyaan Mario benar-benar mendesak Cassie. Sudah tertekan dengan kenyataan bahwa dirinya sudah menikah, berumur empat tahun lebih tua, ditambah pula dengan kenyataan jika dirinya sempat memiliki ide untuk bercerai. Apa benar semudah itukah gagasan tersebut terlontar dari bibirnya? Saking tidak kuatnya dihantam

    Last Updated : 2023-10-01
  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Tentang Jonathan

    "Benarkah itu?"Andrea bertanya tidak percaya. Tangannya mencengkeram erat punggung tangan Edwin yang berada di atas pahanya. Baik Andrea maupun Edwin, keduanya langsung menoleh ke arah Cassie yang sedang tertidur. Andrea mendesah berat."Kenapa di saat seperti ini Cassie justru ingat laki-laki itu?" keluhnya menundukkan kepala."Tenang, Ma. Ini kan cuma sementara. Mario juga sudah ada di sini. Sudah pasti Mario ngga akan biarkan Cassie terus-terusan ingat laki-laki jahat itu."Emosi yang sepertinya sudah terpendam sekian lama, mendadak kembali meledak. Terlihat dari ekspresi Edwin beserta nada bicaranya. "Ya, tapi … rasanya belum siap kalau harus menceritakan dari awal pada Cassie, Pa. Bagaimana kalau dia menangis sesenggukan kayak dulu lagi? Ngga mau makan, ngga mau keluar kamar, ngga mau pergi kuliah. Apalagi kondisi Cassie yang seperti sekarang. Mustahil kita cerita ke dia yang sebenarnya."Andrea membenamkan wajahnya ke dalam telapak tangan. Edwin yang duduk di sampingnya, hany

    Last Updated : 2023-11-07
  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Menanamkan Informasi

    “Aku sama sekali ngga ingat semua itu,” aku Cassie memandang sayu layar ponsel yang telah berubah hitam. “Kenapa aku ngga bisa ingat apa pun yang terjadi 4 tahun belakangan ini?”Mario menghela napas. Mau tak mau menghampiri Cassie yang hanya bisa menunduk pasrah meratapi nasib. Jika tidak disudahi dengan segera, perempuan itu pasti akan menangis dan apabila hal tersebut benar terjadi, tentunya akan membuat Mario repot. Terlebih apabila Andrea dan Edwin tiba-tiba kembali.“Kamu ngga perlu berusaha ingat. Kamu hanya cukup tahu aja,” cetus Mario mengutip perkataan dokter kemarin. Mengambil ponsel dari tangan Cassie, lalu memasukkannya ke dalam saku celana. “Untuk sementara hp ini aku pegang. Kelihatannya kamu harus fokus ke pemulihan ingatan kamu dulu.”Sekian detik berlalu Mario menunggu respons dari Cassie, tapi yang ada perempuan itu hanya berdiam diri menundukkan kepala. Matanya menatap kosong ke arah lantai. Mario sampai memiring-miringkan kepala untuk melihat wajah Cassie dan yang

    Last Updated : 2023-11-08
  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Rumah Berdua

    Cassie tidak tahu ada di mana dia sekarang. Bandung bagaikan kota asing baginya. Walau kenyataannya dia sudah empat tahun berada di Bandung untuk kuliah, tapi ingatan selama empat tahun itu sama sekali tidak muncul. Bagaikan ruang kosong. Ingatannya benar-benar berhenti di momen dimana dia telah lulus SMA dan bersiap untuk hari pertama pelaksanaan orientasi di kampus barunya. Bahkan keinginan untuk datang ke ALBIU pun masih ada. Masih merasa harus pergi ke sana. Pintu gerbang terbuka. Mario melanjutkan membawa mobilnya dan tak lama kemudian kembali berhenti. Cassie masih sibuk memperhatikan sekeliling melalui kaca depan mobil. Jadi, ini rumah Mario? Atau bisa dibilang rumahnya dan Mario? Menarik. Unik. Rumah ini didesain seperti menyerupai beberapa balok yang disusun hingga membentuk sebuah bangunan tiga lantai yang simetris. Baru melihat bagian depannya saja Cassie sudah menyukainya.“Ayo turun,” ajak Mario usai mematikan mesin mobil. “Ngga bisa juga lepas seat belt?”Cassie mende

    Last Updated : 2023-11-09
  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Jaga Mata, Hati, dan Tubuhmu

    Cassie turun ke lantai bawah. Mengendap-endap layaknya seorang pencuri yang takut kepergok oleh sang pemilik rumah. Menengok ke kanan—ke area ruang tamu—tapi ternyata tidak ada siapa pun. Berlanjut berjalan ke arah kiri—yang merupakan ruang tengah atau ruang keluarga—dimana terdapat seperangkat sofa, televisi, juga meja dan kursi makan. Barulah di sebelah kanannya adalah dapur. Mungkin lebih tepatnya disebut pantry, karena terlalu bersih untuk dijadikan dapur kotor. “Ayo, Cassie. Coba kita lihat ada apa aja di sana,” ujar Cassie bermonolog.Mengambil kesempatan dari suasana rumah yang sepi, Cassie dengan cekatan bergerak menuju kulkas. Di dalamnya hanya ada aneka buah, jus, dan botol-botol air mineral. Sangat sehat. Cassie mengambil jus kemasan kecil. Lalu ada beberapa macam roti yang ditempatkan dalam wadah roti di atas meja pantry. Cassie pun mengambil selembar roti gandum.Sejauh ini sudah dirasa cukup. Meskipun tidak yakin akan mampu membuat perutnya kenyang, tapi setidaknya cu

    Last Updated : 2023-11-13
  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Momen Meresahkan Lainnya

    Mario bersungut-sungut masuk ke dalam walk in closet di dalam kamarnya. Mengambil kaus oblong putih favoritnya yang berada di tumpukan paling atas salah satu lemari. Baru saja memasukkan kepalanya ke dalam lubang leher kaus, dengan cepat Mario melepasnya lagi dan melempar kaus tersebut ke lantai dengan sekuat tenaga.“Argh! Benar-benar perempuan itu,” gerutunya menggeram seraya mengacak-acak rambut. Ditendangnya lagi kaus yang sudah terkapar tak berdaya, kemudian duduk di sofa panjang yang ada di tengah ruangan. Di sanalah Mario menghela napas panjang seraya menyugar rambutnya yang masih setengah basah.“Jaga tubuhmu untuk perempuanmu sendiri dan jangan diumbar—shit! Kenapa kesannya kayak gue yang kurang ajar di sini?”Mario beranjak dari kursi dengan gusar dan berdiri di depan cermin besar. Memandang tubuh atletis dan proporsionalnya di sana.“Ini rumah gue, jadi gue bebas melakukan apa pun di sini. Termasuk buka baju di depan dia dan dia yang harusnya belajar untuk jaga pikiran!” pr

    Last Updated : 2023-11-23
  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Jaga Pikiranmu, Mario!

    Berlanjut hingga makan malam. Cassie tidak kunjung keluar dari kamar. Niatnya hanya ingin mengerjai perempuan itu, malah Mario sendiri yang dikerjai oleh perasaan waswas dikarenakan Cassie yang sama sekali belum makan sejak siang. Bukannya apa-apa, tapi jika dia sakit, apa yang akan dikatakan orang tuanya nanti? Terlebih Mario pula yang harus bertanggung jawab. Sudah pasti akan teramat sangat merepotkan. “Masih belum ada respons juga, Bi?” tanya Mario saat menemukan Bi Endah kembali turun dengan nampan yang masih penuh dengan lauk makan malam.Sebelumnya Mario memang meminta Bi Endah mengantarkan makanan untuk Cassie. Siapa tahu dia tidak ingin makan di bawah bersama Mario, tapi tetap akan mau makan di dalam kamarnya. Namun faktanya, perempuan itu masih saja mengurung diri.Bahkan Mario sampai memilih bekerja di meja makan, karena dari posisi itulah dia bisa melihat dengan jelas pintu kamar Cassie. Hanya saja memang sejak tadi pintu itu tidak pernah terbuka. “Iya, Pak. Bu Cassie ngg

    Last Updated : 2023-11-23
  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Cassie vs Si Lelaki Mesum

    Sial. Aku terlambat!Mata Cassie membelalak dan tubuhnya tersentak. Dengan segera dia menyibak selimut, melayangkan kaki ke atas lantai, lanjut berdiri, dan sontak menjerit ketika kedua matanya menangkap pemandangan yang tidak seharusnya dia temukan. Seorang lelaki—berambut pendek ala-ala messy hair dan bertelanjang dada—yang berdiri tepat di hadapannya pun spontan berputar. Hingga membuat lekuk perbukitan yang menghiasi dada, perut, serta lengannya terpampang jelas di depan mata.Melihat itu, kedua mata Cassie makin melebar.“Dasar mesum!” teriaknya seraya melempar bantal ke arah lelaki tersebut, tapi dengan mudah dia menangkis. Bahkan masih sempat-sempatnya dia menyambar kaus di atas sofa yang tak jauh darinya, kemudian memakai kaus tersebut dengan gerak cepat.Dirasa belum cukup, Cassie mengambil dua bungkus roti di atas nakas yang ada di samping tempat tidur, kemudian melemparnya lagi.“Pergi sana! Keluar!"Belum cukup juga, Cassie berlanjut melempar dua botol mineral yang masih p

    Last Updated : 2023-10-01

Latest chapter

  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Jaga Pikiranmu, Mario!

    Berlanjut hingga makan malam. Cassie tidak kunjung keluar dari kamar. Niatnya hanya ingin mengerjai perempuan itu, malah Mario sendiri yang dikerjai oleh perasaan waswas dikarenakan Cassie yang sama sekali belum makan sejak siang. Bukannya apa-apa, tapi jika dia sakit, apa yang akan dikatakan orang tuanya nanti? Terlebih Mario pula yang harus bertanggung jawab. Sudah pasti akan teramat sangat merepotkan. “Masih belum ada respons juga, Bi?” tanya Mario saat menemukan Bi Endah kembali turun dengan nampan yang masih penuh dengan lauk makan malam.Sebelumnya Mario memang meminta Bi Endah mengantarkan makanan untuk Cassie. Siapa tahu dia tidak ingin makan di bawah bersama Mario, tapi tetap akan mau makan di dalam kamarnya. Namun faktanya, perempuan itu masih saja mengurung diri.Bahkan Mario sampai memilih bekerja di meja makan, karena dari posisi itulah dia bisa melihat dengan jelas pintu kamar Cassie. Hanya saja memang sejak tadi pintu itu tidak pernah terbuka. “Iya, Pak. Bu Cassie ngg

  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Momen Meresahkan Lainnya

    Mario bersungut-sungut masuk ke dalam walk in closet di dalam kamarnya. Mengambil kaus oblong putih favoritnya yang berada di tumpukan paling atas salah satu lemari. Baru saja memasukkan kepalanya ke dalam lubang leher kaus, dengan cepat Mario melepasnya lagi dan melempar kaus tersebut ke lantai dengan sekuat tenaga.“Argh! Benar-benar perempuan itu,” gerutunya menggeram seraya mengacak-acak rambut. Ditendangnya lagi kaus yang sudah terkapar tak berdaya, kemudian duduk di sofa panjang yang ada di tengah ruangan. Di sanalah Mario menghela napas panjang seraya menyugar rambutnya yang masih setengah basah.“Jaga tubuhmu untuk perempuanmu sendiri dan jangan diumbar—shit! Kenapa kesannya kayak gue yang kurang ajar di sini?”Mario beranjak dari kursi dengan gusar dan berdiri di depan cermin besar. Memandang tubuh atletis dan proporsionalnya di sana.“Ini rumah gue, jadi gue bebas melakukan apa pun di sini. Termasuk buka baju di depan dia dan dia yang harusnya belajar untuk jaga pikiran!” pr

  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Jaga Mata, Hati, dan Tubuhmu

    Cassie turun ke lantai bawah. Mengendap-endap layaknya seorang pencuri yang takut kepergok oleh sang pemilik rumah. Menengok ke kanan—ke area ruang tamu—tapi ternyata tidak ada siapa pun. Berlanjut berjalan ke arah kiri—yang merupakan ruang tengah atau ruang keluarga—dimana terdapat seperangkat sofa, televisi, juga meja dan kursi makan. Barulah di sebelah kanannya adalah dapur. Mungkin lebih tepatnya disebut pantry, karena terlalu bersih untuk dijadikan dapur kotor. “Ayo, Cassie. Coba kita lihat ada apa aja di sana,” ujar Cassie bermonolog.Mengambil kesempatan dari suasana rumah yang sepi, Cassie dengan cekatan bergerak menuju kulkas. Di dalamnya hanya ada aneka buah, jus, dan botol-botol air mineral. Sangat sehat. Cassie mengambil jus kemasan kecil. Lalu ada beberapa macam roti yang ditempatkan dalam wadah roti di atas meja pantry. Cassie pun mengambil selembar roti gandum.Sejauh ini sudah dirasa cukup. Meskipun tidak yakin akan mampu membuat perutnya kenyang, tapi setidaknya cu

  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Rumah Berdua

    Cassie tidak tahu ada di mana dia sekarang. Bandung bagaikan kota asing baginya. Walau kenyataannya dia sudah empat tahun berada di Bandung untuk kuliah, tapi ingatan selama empat tahun itu sama sekali tidak muncul. Bagaikan ruang kosong. Ingatannya benar-benar berhenti di momen dimana dia telah lulus SMA dan bersiap untuk hari pertama pelaksanaan orientasi di kampus barunya. Bahkan keinginan untuk datang ke ALBIU pun masih ada. Masih merasa harus pergi ke sana. Pintu gerbang terbuka. Mario melanjutkan membawa mobilnya dan tak lama kemudian kembali berhenti. Cassie masih sibuk memperhatikan sekeliling melalui kaca depan mobil. Jadi, ini rumah Mario? Atau bisa dibilang rumahnya dan Mario? Menarik. Unik. Rumah ini didesain seperti menyerupai beberapa balok yang disusun hingga membentuk sebuah bangunan tiga lantai yang simetris. Baru melihat bagian depannya saja Cassie sudah menyukainya.“Ayo turun,” ajak Mario usai mematikan mesin mobil. “Ngga bisa juga lepas seat belt?”Cassie mende

  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Menanamkan Informasi

    “Aku sama sekali ngga ingat semua itu,” aku Cassie memandang sayu layar ponsel yang telah berubah hitam. “Kenapa aku ngga bisa ingat apa pun yang terjadi 4 tahun belakangan ini?”Mario menghela napas. Mau tak mau menghampiri Cassie yang hanya bisa menunduk pasrah meratapi nasib. Jika tidak disudahi dengan segera, perempuan itu pasti akan menangis dan apabila hal tersebut benar terjadi, tentunya akan membuat Mario repot. Terlebih apabila Andrea dan Edwin tiba-tiba kembali.“Kamu ngga perlu berusaha ingat. Kamu hanya cukup tahu aja,” cetus Mario mengutip perkataan dokter kemarin. Mengambil ponsel dari tangan Cassie, lalu memasukkannya ke dalam saku celana. “Untuk sementara hp ini aku pegang. Kelihatannya kamu harus fokus ke pemulihan ingatan kamu dulu.”Sekian detik berlalu Mario menunggu respons dari Cassie, tapi yang ada perempuan itu hanya berdiam diri menundukkan kepala. Matanya menatap kosong ke arah lantai. Mario sampai memiring-miringkan kepala untuk melihat wajah Cassie dan yang

  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Tentang Jonathan

    "Benarkah itu?"Andrea bertanya tidak percaya. Tangannya mencengkeram erat punggung tangan Edwin yang berada di atas pahanya. Baik Andrea maupun Edwin, keduanya langsung menoleh ke arah Cassie yang sedang tertidur. Andrea mendesah berat."Kenapa di saat seperti ini Cassie justru ingat laki-laki itu?" keluhnya menundukkan kepala."Tenang, Ma. Ini kan cuma sementara. Mario juga sudah ada di sini. Sudah pasti Mario ngga akan biarkan Cassie terus-terusan ingat laki-laki jahat itu."Emosi yang sepertinya sudah terpendam sekian lama, mendadak kembali meledak. Terlihat dari ekspresi Edwin beserta nada bicaranya. "Ya, tapi … rasanya belum siap kalau harus menceritakan dari awal pada Cassie, Pa. Bagaimana kalau dia menangis sesenggukan kayak dulu lagi? Ngga mau makan, ngga mau keluar kamar, ngga mau pergi kuliah. Apalagi kondisi Cassie yang seperti sekarang. Mustahil kita cerita ke dia yang sebenarnya."Andrea membenamkan wajahnya ke dalam telapak tangan. Edwin yang duduk di sampingnya, hany

  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Suami yang Seharusnya

    “Aku kasih ide untuk bercerai?” Mario terdiam sejenak. Menarik napas panjang, lalu mengembuskan perlahan. Setelah itu barulah dengan yakin dia berujar, “Iya.”“Ngga mungkin,” tampik Cassie tak kalah yakin. “Aku ngga mungkin pernah berpikiran begitu. Aku ngga mau jadi janda,” akunya sambil bergidik ngeri membayangkan statusnya berubah menjadi seekstrem itu di umur yang masih muda.Mario mendengkus. “Memangnya cuma kamu yang bakal punya status begitu? Aku sendiri juga akan menyandang status duda, tapi mau ngga mau kita harus bercerai. Kita ngga bisa terus-menerus mempertahankan rumah tangga yang ngga ada landasan perasaan apa pun.”“Ya tapi cerai bukan jawabannya.”“Lalu apa?”Pertanyaan Mario benar-benar mendesak Cassie. Sudah tertekan dengan kenyataan bahwa dirinya sudah menikah, berumur empat tahun lebih tua, ditambah pula dengan kenyataan jika dirinya sempat memiliki ide untuk bercerai. Apa benar semudah itukah gagasan tersebut terlontar dari bibirnya? Saking tidak kuatnya dihantam

  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Secuil Fakta

    "Memang dasar laki-laki mesum!" "Hei, stop sebut aku mesum!""Ya apa lagi kalau bukan mesum?!" balas Cassie tak mau kalah. Semakin menarik selimut menutup seluruh tubuh, hingga yang tampak di dirinya hanyalah kepalanya yang menyembul dari dalam selimut.Mario menegapkan tubuhnya dengan bersungut-sungut. Selama ini belum ada satu orang pun perempuan yang dengan berani menendangnya dan lucunya, rekor itu sekarang terpecahkan oleh seorang perempuan bernama Cassie, istrinya sendiri."Kalaupun kita memang pernah … ng … pernah lakuin itu, memang ada baiknya aku lupain aja! Aku ngga akan mau ingat-ingat lagi!" "Oh, kamu memang ngga perlu repot-repot mengingat soal itu, karena sebenarnya kamu sendiri pun juga berusaha untuk ngga pernah ingat soal pernikahan ini!” sahut Mario kesal. Masih emosi akibat tendangan Cassie tadi.Cassie merespons dengan dahi mengerut. "Maksudnya?""Kita ngga pernah melakukan apa pun." "Apa pun?" tanya Cassie memastikan ulang. "Tapi ... kita kan udah nikah," lanjut

  • Sandiwara Suami Tercinta untuk Istri Amnesia   Semuanya Ingat, Kecuali Kamu

    "Su-suami?" tanya Cassie bingung seraya memandang Si Lelaki Mesum—yang rupanya bernama Mario. Dia pun membalas tatapan Cassie dengan wajah sedikit terangkat seiring dengan kedua tangan yang dijejalkan ke dalam saku celana. "Iya. Mario. Suami kamu." Andrea menekankan."Jadi maksud Mama aku udah nikah?""Tentu saja, Sayang. Bahkan pernikahan kamu sudah jalan 6 bulan. Kamu lupa itu?"Mata besar Cassie memelotot. "6 bulan?!""Hei, Sayang, ada apa dengan kamu? Kenapa kamu bisa lupa dengan Tante Lily, Om Samuel, juga Mario?"Andrea membelai kepala dan pipi Cassie di saat mata Cassie masih melekat pada Mario. Masih terlampau syok tatkala tahu lelaki itu adalah suaminya. "Cassie, kamu benar-benar ngga ingat apa pun tentang kami?" tanya wanita asing yang telah diketahui bernama Lily. Pria plontos yang juga diketahui bernama Samuel pun merangkul sang istri dengan tatapan sedih. Jadi, mereka berdua adalah mertuanya? Sungguh?Entah kenapa Cassie jadi tidak enak hati. Dia tampak seperti melakukan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status