"Kurang lebih sudah mau selesai.""Baguslah. Alasan aku memanggilmu kemari hari ini untuk membicarakan sesuatu. Adikmu sudah belajar cukup lama di perusahaan, bukankah sudah waktunya dia menempati posisi manajer umum?"Nada bicara Wahyu terdengar sangat serius saat mengatakan itu. Dia bukan sedang berdiskusi dengan Billy, tetapi memberi tahu Billy dan tidak memberi Billy kesempatan untuk menolak.Wahyu sebelumnya telah mengusulkan agar putra bungsunya juga ikut dalam manajemen perusahaan, tetapi Billy menolaknya dengan alasan kurangnya pengalaman. Sekarang sudah empat tahun berlalu.Wahyu masih tidak menyerah dan semakin intens. Dia sama sekali tidak akan membiarkan Billy menolak.Tangan Billy dengan santai bertumpu pada sandaran tangan sofa. Jari-jarinya terus menari-nari di atasnya, mengeluarkan suara ketukan. Setelah beberapa saat, sudut bibirnya terangkat. Dia tersenyum."Nggak masalah, kebetulan aku terlalu sibuk akhir-akhir ini."Wahyu menyipitkan matanya dan menatap tajam ke sis
Sinar matahari musim kemarau di Kota Dalima sangat menyengat, udaranya pengap dan kering.Stella mengenakan pakaian olahraga lengan pendek berwarna biru dan putih, topi untuk menutupi wajahnya dan rambut hitamnya tergerai di bahunya.Dia yang tampilannya memancarkan aura seorang gadis muda pun berjalan ke Kafe Bintan.Stella memandang sekeliling kafe dan menemukan sebuah meja di sudut ruangan.Tahun ini Stella berusia 22 tahun. Dia baru saja lulus, tapi karena lingkungannya tidak baik serta sulit menemukan pekerjaan, suasana hatinya tidak baik dan dia hanya berbaring di rumah selama beberapa hari.Kemarin saat makan malam, entah bagaimana ayahnya mengusulkannya pergi ke kencan buta dengan orang yang dikenalkan ibu tirinya, Dewi Lingga.Sekarang Stella hanya ingin mencari pekerjaan dan tidak memiliki pemikiran lain. Belum lagi ibu tirinya selalu merasa dirinya mengganggu, dia tidak mungkin begitu baik pada Stella. Jadi, Stella langsung menolaknya.Penolakan itu membuat ayahnya, Santo An
"Selamat kepada kalian berdua, mulai sekarang kalian adalah pasangan yang sah."Stella menerima surat nikah merah yang diserahkan oleh staf. Otaknya sedikit linglung ketika dia berterima kasih dan berbalik untuk berjalan menuju pintu masuk utama.Stella tidak menyangka dia akan menikah dengan pria yang baru saja dia kenal tidak sampai satu hari.Saat di kafe, Stella ingin menyelesaikan kencan buta dan pergi. Tak disangka Billy malah menawarinya pernikahan kontrak.Stella hanya mengatakan dia ingin memikirkannya terlebih dahulu. Namun, dia langsung menyetujuinya begitu mendapatkan tamparan dari ayahnya.Dewi ingin menggunakannya untuk mendapatkan maskawinnya, jadi dia tidak akan membiarkan itu terjadi.Tentu saja ada alasan penting lainnya. Kondisi yang ditawarkan Billy sangat menarik, setelah kawin kontrak ini selesai, Billy akan memberinya satu miliar, dia juga akan memberinya sepuluh juta setiap bulannya selama pernikahan.Masalah pernikahan tidak akan diungkapkan setelah pernikahan.
Stella buru-buru melangkah maju untuk menjelaskan. "Nenek, aku dan Bi ... Billy sudah sepakat untuk membuat segalanya sederhana. Lagian, cinta sejati nggak memedulikan acara apa-apa! Yang penting hubungan kita baik, 'kan?"Sandra dengan hati-hati mepertimbangkannya, lalu dengan senang hati mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Stella. "Ya, ya! Terserah kalian saja, yang penting hubungan kalian baik. Sekarang aku akhirnya bisa merasa lega untuk menemui orang tuaku."Stella tersenyum hangat ke arah Sandra dan dengan lembut menjelaskan, "Nenek pasti berumur panjang! Billy selalu menceritakanmu padaku, aku akhirnya bisa bertemu dengan Nenek hari ini!"Sandra merasa geli. "Hehe, kalau gitu kamu harus lebih sering datang dan mengobrol denganku."Stella menyetujuinya dengan patuh. "Ya, aku akan sering datang mengganggu Nenek."Sandra memandangi kedua anak muda itu sambil tersenyum, tatapannya sangat baik dan ramah.Melihat Stella yang membuat neneknya tersenyum gembira, Billy menatap waja
"Kamu pasti sudah gila, cepat pulang!"Santo jelas tidak memercayai kata-kata Stella. Dia dengan marah berteriak di ujung telepon, lalu menutup teleponnya.Mengetahui mereka pasti tidak akan percaya Stella menikah dalam satu hari, dia berencana untuk kembali besok dan menjelaskannya pada mereka.Keesokan harinya, begitu Stella memasuki pintu, dia melihat dua orang duduk di sofa.Seorang wanita paruh baya yang mengenakan pakaian mewah dan seorang pria muda berusia dua puluhan.Tanpa menunggu Stella bereaksi, Dewi segera menghampirinya dengan penuh kasih sayang dan meraih lengannya, mengabaikan penolakannya, lalu berkata dengan simpati palsu, "Aduh, Stella akhirnya kamu pulang juga. Aku kira kamu pergi ke tempat temanmu dan akan pulang agak malam."Kemudian Dewi menoleh ke arah wanita paruh baya kaya itu dan berkata, "Kak Warni, ini Stella. Gimana? Cantik, 'kan?"Wanita paruh baya itu menatap Stella dari atas ke bawah sambil mengangguk puas."Lumayan."Pria itu menatap Stella seperti men
Kamu .... Aku tahu kamu sedang marah, aku nggak akan bertengkar denganmu. Selama kamu berjanji untuk berpisah dengan pria itu, aku nggak akan memaksamu untuk menikah lagi."Santo tahu Stella keras kepala. Menggunakan cara keras tidak akan berhasil, jadi dia memutuskan untuk melunak."Kami sudah mendaftarkan pernikahan.""Apa gunanya mendaftarkan pernikahan, kamu masih bisa bercerai. Pernikahan kalian adalah masalah besar, pria itu bahkan nggak berkunjung ke rumah, keluarganya pasti miskin. Stella, kamu harus mendengarkan nasihatku, nggak ada gunanya terlihat tampan, kehidupan setelah menikah adalah tentang keberlangsungan hidup dan makan setiap hari, kamu nggak bisa hidup tanpa uang. Cepatlah bercerai selagi nggak ada yang tahu tentang masalah ini."Stella memandangi Santo yang semakin berbeda dan hatinya tidak lagi bergetar."Aku nggak akan setuju."Sekarang ayahnya berdiri di sisi yang sama dengan Dewi. Stella tahu kalau dia menyetujuinya, kehidupannya hanya akan menjadi semakin seng
Karena gelisah, Stella duduk di dalam mobil dengan tangan dan kaki yang sedikit gemetar. Dia tampak seperti baru saja terbangun dari mimpi buruk.Stella menarik napas dalam-dalam dan mencoba untuk menenangkan diri. Dia tidak ingin Billy melihat kelemahannya.Billy sepertinya merasakan perubahan suasana hati Stella dan meliriknya. Namun, dia tidak banyak bicara dan tatapannya tetap sangat tenang."Terima ... terima kasih, Pak Billy." Merasakan pandangan Billy, Stella menjadi sedikit cemas dan menggigit bibirnya.Stella tidak tahu kenapa Billy muncul di sini, tetapi dia tetap harus berterima kasih karena Billy sudah menolongnya."Nggak perlu sungkan, aku cuma lewat." Nada bicara Billy tetap tenang, tidak ada perasaan suka atau duka dalam nadanya.Billy memang hanya lewat. Sejak awal dia bukanlah orang yang ramah, adapun dia sendiri tidak tahu kenapa dia ingin membantu Stella. Ketika dia melihat Stella terburu-buru menghentikan mobil, dia langsung menyuruh sopir menghentikan mobilnya.Ste
Stella meronta, tetapi para pengawal itu sangat kuat dan dengan mudah menghentikannya."Lepaskan aku, lepaskan aku!" Stella berjuang mati-matian, tetapi mereka terlalu kuat. Dia sama sekali tidak bisa melepaskan diri.Setelah Stella dimasukkan ke dalam mobil, mobil segera melaju menjauh dari pabrik furnitur.Mobil itu melaju dengan cepat.Tak lama kemudian mobil itu berhenti di depan Hotel Lido.Stella melihat bangunan megah yang terang benderang ini dan hatinya mulai ketakutan.Tidak perlu menebaknya, Stella juga tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.Stella didorong memasuki ruangan. Saat hampir masuk ke dalam, dia mencengkeram pintu dan berteriak, "Kamu menculikku, ini melanggar hukum!""Jangan banyak omong kosong, cepatlah masuk."Pengawal berpakaian hitam yang mengikutinya masuk sama sekali tidak memanjakan Stella, langsung mematahkan jari-jarinya satu per satu, mendorongnya ke dalam ruangan dan menutup pintu dengan "gedebuk".Stella menyandarkan punggungnya ke pintu dan melihat