Kemudian, mereka semua mendatangi ruang pengawasan. Setelah mengecek video pengawasan tersebut, semuanya terkejut. Karena memang putra Sesil yang menjambak rambut Liana terlebih dahulu dan berencana mengikatnya ke kursi.Stella menatap Sesil dan Ikbal dengan dingin, menyilangkan tangannya dan berkata, "Karena putramu yang menjambak rambut putriku duluan, maka kalian berlutut dan minta maaf!""Kamu pikir kamu siapa! Kami nggak akan berlutut!" seru Sesil dengan arogan."Kalau begitu aku akan panggil polisi!" seru Stella sambil mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh.Sesil tidak menyangka Stella akan berkata seperti itu. Dia tidak takut pada polisi, tetapi takut orang-orang akan mengetahui hal ini dan mentertawakannya."Vina, kamu guru di sini, bagaimana menurutmu masalah ini?" Guru yang bernama Vina Diantro ini adalah teman baik Sesil. Dia tentu saja akan memihak Sesil dan berkata, "Bu Stella, anak kecil saling berkelahi sangatlah wajar. Menurutku, cukup menyuruh mereka minta maaf satu
Liana menggeleng dan berkata, "Aku melawannya, jadi nggak sedih.""Lia memang luar biasa, tapi kalau kamu nggak bisa melawannya, kamu harus beri tahu Mami. Mami nggak akan membiarkan siapa pun mengganggumu. Mami akan selalu datang ke sisimu dengan cepat," ujar Stella sambil mengelus kepala Liana."Ya, aku mengerti, Mami."Melihat perilaku putrinya yang sangat menurut itu, Stella pun mencium keningnya dengan penuh kasih sayang.Saat melewati mal, Stella memutuskan untuk singgah sebentar dan meminta sopir menunggunya.Dia membawa Liana ke toko produk anak-anak. Dia membeli jam tangan pintar untuk anak kecil dengan fungsi yang lengkap.Akan lebih mudah bagi Liana untuk menghubunginya di masa depan.Saat Stella sedang mendengar pegawai toko menjelaskan produknya, Liana tiba-tiba tertarik dengan dekorasi kincir angin yang tergantung di tengah mal.Liana sangat tertarik pada sesuatu yang berputar-putar, jadi dia otomatis berjalan keluar karena rasa ketertarikan itu.Begitu keluar pintu, dia
Stella tersenyum tak berdaya dan berkata, "Tentu saja nggak, tapi kamu sudah minta maaf setelah menabrak seseorang?""Aku sudah minta maaf! Paman itu tampan dan tinggi! Aku bilang maaf dan Paman itu bilang nggak apa-apa."Stella mengangguk dan berkata, "Bagus kalau begitu. Karena Lia begitu baik, Mami akan menghadiakanmu makanan lezat!""Yeay! Asik!" Liana bertepuk tangan dengan gembira, lalu menggenggam tangan Stella dan berjalan menuju restoran di lantai lima."Di sisi lain, Sesil tidak langsung pulang, melainkan membawa anaknya ke kediaman Keluarga Hendrawan untuk mencari bibinya, Linda.Begitu tiba, Sesil langsung berbicara dengan Linda yang sedang makan siang, "Bibi, Ikbal dikeluarkan dari sekolah!"Linda mengerutkan kening saat mendengar itu dan bertanya, "Apa? Kenapa dia dikeluarkan? Apa dia membuat keributan?""Dia hanya bercanda dengan teman kelasnya, menjambak rambut gadis kecil. Gadis kecil itu juga sudah memukul Ikbal. Tapi nggak disangka, ibu si gadis kecil itu adalah putr
"Kurang lebih sudah mau selesai.""Baguslah. Alasan aku memanggilmu kemari hari ini untuk membicarakan sesuatu. Adikmu sudah belajar cukup lama di perusahaan, bukankah sudah waktunya dia menempati posisi manajer umum?"Nada bicara Wahyu terdengar sangat serius saat mengatakan itu. Dia bukan sedang berdiskusi dengan Billy, tetapi memberi tahu Billy dan tidak memberi Billy kesempatan untuk menolak.Wahyu sebelumnya telah mengusulkan agar putra bungsunya juga ikut dalam manajemen perusahaan, tetapi Billy menolaknya dengan alasan kurangnya pengalaman. Sekarang sudah empat tahun berlalu.Wahyu masih tidak menyerah dan semakin intens. Dia sama sekali tidak akan membiarkan Billy menolak.Tangan Billy dengan santai bertumpu pada sandaran tangan sofa. Jari-jarinya terus menari-nari di atasnya, mengeluarkan suara ketukan. Setelah beberapa saat, sudut bibirnya terangkat. Dia tersenyum."Nggak masalah, kebetulan aku terlalu sibuk akhir-akhir ini."Wahyu menyipitkan matanya dan menatap tajam ke sis
Sinar matahari musim kemarau di Kota Dalima sangat menyengat, udaranya pengap dan kering.Stella mengenakan pakaian olahraga lengan pendek berwarna biru dan putih, topi untuk menutupi wajahnya dan rambut hitamnya tergerai di bahunya.Dia yang tampilannya memancarkan aura seorang gadis muda pun berjalan ke Kafe Bintan.Stella memandang sekeliling kafe dan menemukan sebuah meja di sudut ruangan.Tahun ini Stella berusia 22 tahun. Dia baru saja lulus, tapi karena lingkungannya tidak baik serta sulit menemukan pekerjaan, suasana hatinya tidak baik dan dia hanya berbaring di rumah selama beberapa hari.Kemarin saat makan malam, entah bagaimana ayahnya mengusulkannya pergi ke kencan buta dengan orang yang dikenalkan ibu tirinya, Dewi Lingga.Sekarang Stella hanya ingin mencari pekerjaan dan tidak memiliki pemikiran lain. Belum lagi ibu tirinya selalu merasa dirinya mengganggu, dia tidak mungkin begitu baik pada Stella. Jadi, Stella langsung menolaknya.Penolakan itu membuat ayahnya, Santo An
"Selamat kepada kalian berdua, mulai sekarang kalian adalah pasangan yang sah."Stella menerima surat nikah merah yang diserahkan oleh staf. Otaknya sedikit linglung ketika dia berterima kasih dan berbalik untuk berjalan menuju pintu masuk utama.Stella tidak menyangka dia akan menikah dengan pria yang baru saja dia kenal tidak sampai satu hari.Saat di kafe, Stella ingin menyelesaikan kencan buta dan pergi. Tak disangka Billy malah menawarinya pernikahan kontrak.Stella hanya mengatakan dia ingin memikirkannya terlebih dahulu. Namun, dia langsung menyetujuinya begitu mendapatkan tamparan dari ayahnya.Dewi ingin menggunakannya untuk mendapatkan maskawinnya, jadi dia tidak akan membiarkan itu terjadi.Tentu saja ada alasan penting lainnya. Kondisi yang ditawarkan Billy sangat menarik, setelah kawin kontrak ini selesai, Billy akan memberinya satu miliar, dia juga akan memberinya sepuluh juta setiap bulannya selama pernikahan.Masalah pernikahan tidak akan diungkapkan setelah pernikahan.
Stella buru-buru melangkah maju untuk menjelaskan. "Nenek, aku dan Bi ... Billy sudah sepakat untuk membuat segalanya sederhana. Lagian, cinta sejati nggak memedulikan acara apa-apa! Yang penting hubungan kita baik, 'kan?"Sandra dengan hati-hati mepertimbangkannya, lalu dengan senang hati mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Stella. "Ya, ya! Terserah kalian saja, yang penting hubungan kalian baik. Sekarang aku akhirnya bisa merasa lega untuk menemui orang tuaku."Stella tersenyum hangat ke arah Sandra dan dengan lembut menjelaskan, "Nenek pasti berumur panjang! Billy selalu menceritakanmu padaku, aku akhirnya bisa bertemu dengan Nenek hari ini!"Sandra merasa geli. "Hehe, kalau gitu kamu harus lebih sering datang dan mengobrol denganku."Stella menyetujuinya dengan patuh. "Ya, aku akan sering datang mengganggu Nenek."Sandra memandangi kedua anak muda itu sambil tersenyum, tatapannya sangat baik dan ramah.Melihat Stella yang membuat neneknya tersenyum gembira, Billy menatap waja
"Kamu pasti sudah gila, cepat pulang!"Santo jelas tidak memercayai kata-kata Stella. Dia dengan marah berteriak di ujung telepon, lalu menutup teleponnya.Mengetahui mereka pasti tidak akan percaya Stella menikah dalam satu hari, dia berencana untuk kembali besok dan menjelaskannya pada mereka.Keesokan harinya, begitu Stella memasuki pintu, dia melihat dua orang duduk di sofa.Seorang wanita paruh baya yang mengenakan pakaian mewah dan seorang pria muda berusia dua puluhan.Tanpa menunggu Stella bereaksi, Dewi segera menghampirinya dengan penuh kasih sayang dan meraih lengannya, mengabaikan penolakannya, lalu berkata dengan simpati palsu, "Aduh, Stella akhirnya kamu pulang juga. Aku kira kamu pergi ke tempat temanmu dan akan pulang agak malam."Kemudian Dewi menoleh ke arah wanita paruh baya kaya itu dan berkata, "Kak Warni, ini Stella. Gimana? Cantik, 'kan?"Wanita paruh baya itu menatap Stella dari atas ke bawah sambil mengangguk puas."Lumayan."Pria itu menatap Stella seperti men