SEBENARNYA AKU KAYA

SEBENARNYA AKU KAYA

last updateLast Updated : 2024-06-27
By:  Maya Har  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
25Chapters
8.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Wajahku dibilang tua oleh adik ipar. Sementara suamiku diam saja, bahkan tertawa. Lihat saja! Akan kubuktikan aku bisa cantik. Kalian akan menyesal jika tahu aku adalah ...

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1 Dibilang Tua

"Mbak Hana, kok, wajahnya keliatan agak tua, ya?" Adik iparku mengomentari keadaanku ketika aku menyediakan minuman dan cemilan di ruang tamu."Eh, iyakah?" Aku merasa salah tingkah dan sedikit malu karena ucapannya.Terlebih ketika semua mata beralih kepadaku. Mungkin mereka hendak memastikan perkataan saudara perempuan satu-satunya suamiku itu. Menjadi pusat perhatian membuatku semakin salah tingkah. "Hus, apa, sih, kamu Win?" tegur bapak mertuaku pada putri keempatnya. "Eh, beneran, Pak! Coba, deh, lihat!" Wina menunjuk ke arahku tanpa merasaa bersalah. Seolah tak mengerti atau mungkin tak peduli jika hal itu membuatku malu."Kamu ini, Win!" Kulihat Bapak melotot ke arah anaknya itu."Padahal, kan, Mbak Hana sama aku lebih tua aku usianya. Tapi wajahnya kaya lebih tua Mbak Hana." Kembali ia berucap tanpa menghiraukan kode yang diberikan sang ayah.Sementara yang lainnya kulihat jug

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
25 Chapters

Bab 1 Dibilang Tua

"Mbak Hana, kok, wajahnya keliatan agak tua, ya?" Adik iparku mengomentari keadaanku ketika aku menyediakan minuman dan cemilan di ruang tamu."Eh, iyakah?" Aku merasa salah tingkah dan sedikit malu karena ucapannya.Terlebih ketika semua mata beralih kepadaku. Mungkin mereka hendak memastikan perkataan saudara perempuan satu-satunya suamiku itu. Menjadi pusat perhatian membuatku semakin salah tingkah. "Hus, apa, sih, kamu Win?" tegur bapak mertuaku pada putri keempatnya. "Eh, beneran, Pak! Coba, deh, lihat!" Wina menunjuk ke arahku tanpa merasaa bersalah. Seolah tak mengerti atau mungkin tak peduli jika hal itu membuatku malu."Kamu ini, Win!" Kulihat Bapak melotot ke arah anaknya itu."Padahal, kan, Mbak Hana sama aku lebih tua aku usianya. Tapi wajahnya kaya lebih tua Mbak Hana." Kembali ia berucap tanpa menghiraukan kode yang diberikan sang ayah.Sementara yang lainnya kulihat jug
Read more

Bab 2 Curiga

Suara dering ponsel  mengalihkan perhatian kami. Itu milik Mbak ayu yang diletakkan di meja. Mulutku langsung menganga ketika melihat layar yang menyala karena panggilan. Loh, itu, kan ...."Wah, ada panggilan. Sebentar, ya, Han!" Mbak Ayu menyambar ponselnya lalu melangkah ke arah halaman belakang.Aku yang masih tertegun hanya mengangguk patah-patah. Masih memikirkan gambar yang ada di foto profil kakak iparku tersebut. Aku yakin sekali pernah melihatnya dalam galeri Mas Prasetyo."Apakah hanya kebetulan, ya?" Aku bergumam sendiri, memikirkan kemungkinan yang terjadi.  Akan tetapi, kenapa letak dan posisinya juga sama. Seolah itu bukan gambar yang berbeda."Eh, Han, kok, malah ngelamun, sih! Bukannya bawa kue ke depan!" Suara ketus seseorang membuyarkan rasa penasaranku."Eh, iya, Bu." Aku menoleh sambil tersenyum kaku."Bocah wedo, kerjanya ga beres. Kebanyakan bengongnya," sindir ibu ketika aku m
Read more

Bab 3 Alat Kecantikan

Setelah memastikan Restu pergi, aku melangkah diam diam ke arah halaman belakang. Sayup sayup terdengar suara Mbak Ayu yang masih berbicara di telepon. Aku melangkah lebih mendekat, penasaran dengan siapa orang di seberang telepon. Namun, baru saja hendak mengayunkan kaki, seseorang menepuk pundakku."Ngapain kamu, De, ngendap ngendap gitu. Kaya maling aja!"Aku tersentak dengan jantung berdebar. Lalu refleks menoleh pada suara yang kukenal sambil memberi isyarat telunjuk di bibir. Khawatir Mbak Ayu melihat kami.Gegas aku berbalik, dan menggandeng Mas Prasetyo untuk kembali ke dapur."Kamu ngapain, sih! Lagi nguping, ya?" Suamiku menebak gelagatku yang mungkin terlihat mencurigakan.Aku sedikit gelagapan. Tidak mungkin kukatakan yang sebenarnya, jika aku mencurigai  yang menelepon Mbak Ayu adalah Mas Prasetyo. Namun, nyatanya orang di seberang itu bukan suamiku.Terbukti ia ada di sin
Read more

Bab 4 Saling Diam

Sudah tiga hari aku mendiamkan suamiku. Dan selama itu pula ia berlaku sama. Aneh saja! Kesalahan yang diperbuat tidak membuatnya merasa bersalah.Justru, ia sangat marah ketika aku protes tentang ketidak jujurannya. Dan kini, ia bersikap seolah-olah aku yang membuat kesalahan.Kenyataan bahwa yang membelikan ibu alat kecantikan itu adalah Mas Prasetyo, membuatku lemas seketika. Bukan karena cemburu, melainkan ketidakadilan juga ketidakjujurannya terhadapku."Mas, andai bapak ga bilang, pasti kamu juga ga akan ngasih tahu aku, kan?" Aku bertanya dengan suara bergetar, sementara suamiku terlihat salah tingkah.Saat itu bapak yang bersuara hendak membelikanku alat kecantikan itu juga. Katanya, bergantian. Jika ibu dibelikan Mas Prasetyo, maka bapak yang akan membelikanku. Namun, aku menolaknya dengan halus. Bukan tidak berterima kasih, tapi tatapan tajam ibu juga rengekan Mbak Wina yang mengatakan bapaknya pilih ka
Read more

Bab 5 Sebuah Perlawanan

"Han, boleh ummi bertanya?""Tentang apa, Mi?""Kapan kamu akan mengunjungi ayahmu?"Aku yang awalnya antusias ingin mendengar pertanyaan ummi Evi, langsung lemas seketika. Bahuku meluruh dengan wajah menunduk. Senyum sinis tersungging di bibirku.Mendengar satu kata itu, membuat mood-ku semakin buruk. Goresan hati sebab perilaku suamiku belum juga sembuh, kini ditambah luka di masa lalu yang kembali menganga."Jangan sebut orang itu, Ummi!" Aku meminta dengan suara lirih.Sekelebatan bayangan kala itu melintas dalam ingatan, membuatku tubuhku menegang."Jangan sebut orang itu!" Suaraku semakin serak, buliran bening telah menganak sungai. Tak kuasa menampung beban, akhirnya keluar juga airmata yang sejak tadi kutahan."Ia tetap ayahmu, Hana!" "Aku membencinya Ummi!""Kamu harus mendengarkan penjelasannya, Nak! Apa yang terjadi tidak seperti yan
Read more

Bab 6 Salah Kira

"Oh, ya satu lagi. Kalau belum siap jadi ibu, suruh ayahnya anak-anak mencari ibu baru. Daripada mereka sering kelaparan!" ucapku diiringi senyuman mengejek pada kakak iparku.Tentu saja hal itu membuatnya semakin meradang, dan langsung berdiri hendak menyerang. Satu tangannya sudah terayun menuju ke arahku. Namun, sebuah teriakan menghentikan gerakan kakak iparku itu "Siska!" Suara bariton yang penuh penekanan membuat kami menoleh serempak ke asal suara.Tampak bapak yang baru saja keluar rumah berdiri dengan rahang yang mengeras dan mata yang menatap tajam."Jangan kamu sentuh Hana!" perintah bapak.Demi melihat aura bapak yang terlihat tak bersahabat itu, membuat kami terdiam semua. Sementara Mbak Siska yang sedang dikuasai amarah langsung menguarkan kekesalannya."Hana buat aku kesal, Pak. Masa suamiku disuruh cari ibu baru buat anak anak!" "Ga mungkin ada asap kalau ga ada api!"
Read more

Bab 7 Rencana ke Pesta

"Nanti malam kita diundang Ayu ke pesta ultah ibunya di hotel daerah Thamrin," ucap ibu memberitahu.Beberapa orang yang sedang menikmati sarapan pagi langsung terpekik senang "Apa nama hotelnya, Bu?" tanya Mbak Siska dengan mata berbinar."Lupa ibu, tapi yang pasti hotel mewah," sahut perempuan paruh baya itu yang hendak menyuap nasi kuning ke mulutnya."Wah, itu udah pasti. Sekelas Mbak Ayu, kalau ngadain pesta, pasti tempatnya ga kaleng kaleng," ucap kakak iparku itu lagi."Asik, nih, bakalan makan enak nanti," timpal Mas Arga, suami Mbak Siska."Bawa tupperware, Mas, buat ngebungkus," seloroh Restu pada abangnya. Semua orang tertawa. Memang adik bungsu di keluarga ini suka bercanda."Aman, nanti Mas bawa yang paling besar. Tapi kamu yang ngambilin, hahaha," balas Mas ArgaTerlihat lelaki berusia dua puluh tahun itu menjulurkan lidah, meledek abangnya."N
Read more

Bab 8 Terkuak Kebohongan

"Bu, bagaimana kalau si Hana sampai tahu?"Suara seorang yang kukenal membuatku menghentikan langkah di depan kamar ibu. Aku tercenung ketika namaku disebut. Dengan gerakan pelan aku lebih mendekat ke arah pintu, sambil mengawasi sekitar, memastikan tidak ada orang melihat."Ga mungkin tahu, lah!""Memang sampai kapan mau disembunyikan? Seharusnya diberitahu aja, Bu!""Ya enggalah. Nanti bisa dikacau sama si Hana itu. Nanti aja kalau udah nikah, baru dikasi tahu?"Kedua alisku tertaut, memikirkan obrolan keduanya. Siapa yang akan menikah? Dan kenapa aku tak boleh tahu?"Kira kira ngamuk ga, ya, Bu?""Mana berani dia? Lihat aja selama ini si Hana itu cuma manggut manggut aja, kan, kalau ibu dah ngomong ini itu?""Iya juga, sih! Untungnya dia polos, ya, Bu? Jadi, lumayan buat disuruh suruh.""Ya mau gimana lagi! Nasi udah jadi bubur! Mau dibuang,
Read more

Bab 9 Seperti Badut

Aku mematut diri di cermin, memperhatikan riasan yang sesuai dengan keinginanku. Ketika dirasa sudah cukup sempurna, aku menyungingkan senyum tipis. Tentu mereka akan tercengang dengan penampilanku ini. "Kini, semuanya tak akan sama!" Aku bergumam sendiri sambil menatap pantulan diri.Kuangkat dagu sedikit, dengan memasang wajah dingin sambil melemparkan tatapan tajam,  lalu berbalik dan melangkah keluar kamar.Penghuni rumah telah berkumpul di ruang tamu, memakai pakaian terbaik yang dimiliki. Semuanya terlihat berbeda. Sepertinya, mereka betul betul berusaha untuk tampil mengesankan."Hana!" pekik Mbak Siska yang pertama kali melihatku.Mendengar suara melengking itu, membuat yang lainnya menoleh ke Mbak siska, lalu beralih padangan mengikuti tatapan perempuan berambut sebahu itu. Dan seperti yang kuharapkan. Semua mata membulat melihat penampilanku."Astahgfirulloh, Hana! Kok, begini, sih!" ucap
Read more

Bab 10 Peninggalan Ibu Hana

"Apa yang terlihat belum tentu sesuai dengan apa yang kita pikirkan, Han." Ummi berkata sambil menatap gemericik air pancuran yang berada di kolam ikan. Kami sedang duduk berdampingan di halaman belakang rumah.Aku menoleh pada perempuan yang sebaya dengan almarhum ibuku itu. "Kamu tahu, kan, kisah yang lagi viral di medsos itu?" tanyanya masih menatap ke depan.Aku memgangguk. Potongan video itu sering lewat di beranda media sosialku.  Seorang menantu tengah berteriak kepada ibu mertua dan kakak iparnya. Lalu, si perempuan muda itu pergi tanpa mempedulikan panggilan perempuan yang melahirkan suaminya."Karena melihat sesuatu yang sepotong, banyak orang langsung menghujat bahkan menghina si perempuan muda."Aku menyimak dengan seksama."Sebenarnya ga salah juga, karena cuplikan video itu memang membuat geram orang yang menontonnya. Namun, ...."Ummi Evi menjeda ucapannya
Read more
DMCA.com Protection Status