Home / Romansa / SEBENARNYA AKU KAYA / Bab 3 Alat Kecantikan

Share

Bab 3 Alat Kecantikan

Author: Maya Har
last update Last Updated: 2024-05-30 13:38:51

Setelah memastikan Restu pergi, aku melangkah diam diam ke arah halaman belakang. Sayup sayup terdengar suara Mbak Ayu yang masih berbicara di telepon. 

Aku melangkah lebih mendekat, penasaran dengan siapa orang di seberang telepon. Namun, baru saja hendak mengayunkan kaki, seseorang menepuk pundakku.

"Ngapain kamu, De, ngendap ngendap gitu. Kaya maling aja!"

Aku tersentak dengan jantung berdebar. Lalu refleks menoleh pada suara yang kukenal sambil memberi isyarat telunjuk di bibir. Khawatir Mbak Ayu melihat kami.

Gegas aku berbalik, dan menggandeng Mas Prasetyo untuk kembali ke dapur.

"Kamu ngapain, sih! Lagi nguping, ya?" Suamiku menebak gelagatku yang mungkin terlihat mencurigakan.

Aku sedikit gelagapan. Tidak mungkin kukatakan yang sebenarnya, jika aku mencurigai  yang menelepon Mbak Ayu adalah Mas Prasetyo. Namun, nyatanya orang di seberang itu bukan suamiku.

Terbukti ia ada di sini, sementara Mbak Ayu masih menelepon. Syukurlah kecurigaanku salah. Aku beristighfar dalam hati telah menduga yang tidak tidak pada kakak iparku yang sangat baik padaku itu. Juga suamiku sendiri. 

"Eh, en-egga. Tadi aku lagi mau lihat tikus. Kaya sembunyi di balik pohon."

Kulihat Mas Prasetyo mengerutkan kening.

"Sejak kapan ada tikus di sini?" ucapnya tak percaya.

Betul juga, sih. Rumah ibu selalu bersih dan terawat. Karena mertuaku itu sangat apik. Ibu akan sangat marah jika ada satu saja sampah yang diletakkan sembarangan. 

Jangankan tikus, cicak juga mungkin enggan untuk mampir ke rumah. Karena tak akan mendapatkan apa apa. Ibu akan murka jika ada makanan yang berceceran atau sisa makanan yang tidak langsung dibersihkan.

"Ya bisa aja, Mas, namanya juga dia lagi nyoba nyoba, kali aja dapat peruntungan." Aku menjawab asal, menggedikkan bahu, lalu langsung mengalihkan pembicaraan.

"Oh, ya, Mas. Nanti tolong suapin Sakha, ya. Habis anter snack ini, aku mau mandi dulu."

"Kok, aku, sih! Kamu ajalah. Mandinya entar aja!"

"Aku udah gerah, nih! Lagian sekalian makan sama yang lain."

"Kenapa ga suruh  Sakha makan sendiri aja, sih! Biasanya juga gitu!"

"Janganlah, Mas. Lagi banyak orang, ga enak nanti berantakan. Nanti dimarahin ibu juga."

"Ya udahlah, Sakha makannya habis kamu mandi aja. Justru karena banyak orang, masa aku yang disuruh nyuapin. Malu dong!"

"Ih, kamu ini!"

Aku mencebik mendengar jawaban lelaki berusia tiga puluh lima tahun itu. Selalu saja beralasan jika diminta bantuan. Entahlah, sejak tinggal di rumah ibu, sikapnya semakin hari kian berubah.

"Udah, Han. Biar Mbak aja yang nyuapin Sakha," ucap Mbak Ayu yang baru muncul dari pintu belakang. Kami berdua menoleh ke arahnya.

"Eh, ga usah, Mbak. Ga apa apa nanti biar saya aja." Aku langsung menolak permintaannya. 

Tak enak jika harus disuapi kakak iparku tersebut. Terlebih bukan rahasia lagi jika Mbak Ayu memutuskan childfree salah satu penyebabnya karena tak mau direpotkan dengan urusan anak.

"Iya, Mbak Ayu. Ga usah. Biar Hana aja!" sahut suamiku menimpali.

Aku menengok ke arah Mas Prasetyo yang terlihat tanpa dosa menjawab seperti itu. Benar benar suami kurang peka dan tak perhatian. Sebenarnya, aku meminta tolong seperti itu hanya untuk bisa bersantai sejenak.  

Kesibukan yang dimulai dari pagi buta membuatku agak kelelahan. Apalagi Mbak siska juga tidak membantu. Hanya berdiam diri di kamar. 

Sementara ibu hanya bisa memerintah ini dan itu. Kondisinya sedang kurang fit, sehingga urusan memasak juga dilimpahkan padaku. Hanya saja dengan pengarahan dari ibu.

Ingin berkata sejujurnya jika aku lelah, tetapi lelaki yang menikahiku hampir lima tahun itu selalu menganggap enteng masalah. Bahkan, kerapkali aku yang dianggap terlalu banyak mengeluh dan membandingkan dengan ibunya yaang pandai mengurus keluarga tanpa pembantu.

"Udah ga apa, santai aja!" Mbak Sinta melangkah mendekati rak susun beroda di samping meja, berisi beberapa snack yang hendak kubawa ke ruang depan.

"Ini yang mau dibawa ke depan, Han?" tunjuk Mbak Sinta ke samping meja.

Aku mengangguk. "Iya, Mbak."

"Ya udah, kamu mandi aja. Biar ini Mbak yang bawa. Nanti sekalian juga Mbak bilang ke yang lainnya kalau makanan sudah siap."

"Makasih, Mbak."

"Jangan sungkan! Kalau ada apa-apa ngomong aja, ya. Nanti Mbak bantu."

"Iya, Mbak."

"Ya udah kamu mandi sana! Ga usah terburu buru. Nanti anakmu Mbak yang suapin," ucap Mbak Ayu lalu melangkah ke depan sambil membawa rak susun beroda kecil berisi snack tersebut.

Aku tak bisa mengelak lagi. Tak enak juga jika terus menolak. Aku menengok ke arah suamiku.  Aku tertegun dengan tatapan suami yang tengah melihat kepergian Mbak Ayu. Terlihat sebuah kekaguman dari pandangannya. 

Baru saja, aku mengesampingkan kecurigaanku terhadap Mbak Ayu dan mas Prasetyo. Namun, melihat tingkah lelakiku seperti itu, membuatku menjadi resah. Apakah suamiku mengagumi Mbak Ayu yang memang terlihat sangat cantik dan fashionable?

***

"Nih, Mbak Hana. Alat setrika wajah. Biar lebih awet muda," ucap Wina, adik ipar yang usianya di atasku enam tahun itu sambil menunjukkan sebuah alat kecantikan yang katanya dapat menghilangkan tanda tanda penuaan.

"Beli ini, Mbak. Cuma lima juta aja. Tapi khasiatnya luar biasa. Biar Mas Pras makin cinta. Pasti suami seneng, kan, kalau istrinya tampak cantik dan terlihat muda," ucapnya lagi sambil menengok ke arah suamiku. 

"Bener, kan, Mas?" tanyanya meminta pendapat. 

Mas Prasetyo hanya tersenyum kikuk. Tak berani menjawab. Mungkin dia agak khawatir dengan harganya.

"Wah, aku tahu, nih! Temanku ada yang pake juga. Dan emang wajahnya kelihatan lebih muda. Garis senyumnya hilang, terus pipinya agak naik, ga kendor gitu," timpal Mbak Siska antusias.

"Emang sebagus itu alatnya, Mbak Siska. Aku juga pake ini, makanya wajahku keliatan awet muda," ucap Wina sambil melirik ke arahku.

Apa maksudnya ia seperti itu? Ingin menyindirku lagi? 

"Ini kamu jualan, ya, Win?" tanya Mbak Siska sambil memegang dan melihat lihat alat tersebut.

"Iya, Mbak. Tapi sistem PO. Kalau Mbak mau, nanti aku list, ya. Ibu juga udah pesan, loh!"

Kulihat ibu mengangguk tersenyum.

"Ya udah aku ambil deh, Win!" sahut Mbak Siska.

"Mbak Ayu gimana? Mau pesan juga!" 

"Oke, boleh!"

"Mbak Hana?" 

"Eh, aku ga usah dulu!" ucapku setelah mendapat kode dari Mas Prasetyo untuk menolak.

Terlihat Mbak Wina bermasam muka. Perempuan yang sedang menjalankan bisnis kecantikan itu memang paling tak suka jika ditolak.

"Ah, Mbak Hana. Jangan pelit pelitlah buat kecantikan. Ntar, Mas Pras naksir yang lain baru nyesel, loh," ucapnya menakuti. Dan aku paling tidak suka jika didesak dengam ancaman seperti itu. 

Bukannya aku tak mau membeli. Akan tetapi, Mas Prasetyo tidak mengizinkan. Jangakan yang jutaan, ratusan ribu pun memintanya penuh perjuangan.

Apa ia bilang. Aku pelit? Padahal mereka juga tahu keuangan dipegang oleh suamiku. 

"Biar aku saja yang belikan buat Hana!" Suara seseorang dari pintu utama membuat kami semua menoleh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 4 Saling Diam

    Sudah tiga hari aku mendiamkan suamiku. Dan selama itu pula ia berlaku sama. Aneh saja! Kesalahan yang diperbuat tidak membuatnya merasa bersalah.Justru, ia sangat marah ketika aku protes tentang ketidak jujurannya. Dan kini, ia bersikap seolah-olah aku yang membuat kesalahan.Kenyataan bahwa yang membelikan ibu alat kecantikan itu adalah Mas Prasetyo, membuatku lemas seketika. Bukan karena cemburu, melainkan ketidakadilan juga ketidakjujurannya terhadapku."Mas, andai bapak ga bilang, pasti kamu juga ga akan ngasih tahu aku, kan?" Aku bertanya dengan suara bergetar, sementara suamiku terlihat salah tingkah.Saat itu bapak yang bersuara hendak membelikanku alat kecantikan itu juga. Katanya, bergantian. Jika ibu dibelikan Mas Prasetyo, maka bapak yang akan membelikanku. Namun, aku menolaknya dengan halus. Bukan tidak berterima kasih, tapi tatapan tajam ibu juga rengekan Mbak Wina yang mengatakan bapaknya pilih ka

    Last Updated : 2024-05-30
  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 5 Sebuah Perlawanan

    "Han, boleh ummi bertanya?""Tentang apa, Mi?""Kapan kamu akan mengunjungi ayahmu?"Aku yang awalnya antusias ingin mendengar pertanyaan ummi Evi, langsung lemas seketika. Bahuku meluruh dengan wajah menunduk. Senyum sinis tersungging di bibirku.Mendengar satu kata itu, membuat mood-ku semakin buruk. Goresan hati sebab perilaku suamiku belum juga sembuh, kini ditambah luka di masa lalu yang kembali menganga."Jangan sebut orang itu, Ummi!" Aku meminta dengan suara lirih.Sekelebatan bayangan kala itu melintas dalam ingatan, membuatku tubuhku menegang."Jangan sebut orang itu!" Suaraku semakin serak, buliran bening telah menganak sungai. Tak kuasa menampung beban, akhirnya keluar juga airmata yang sejak tadi kutahan."Ia tetap ayahmu, Hana!" "Aku membencinya Ummi!""Kamu harus mendengarkan penjelasannya, Nak! Apa yang terjadi tidak seperti yan

    Last Updated : 2024-05-30
  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 6 Salah Kira

    "Oh, ya satu lagi. Kalau belum siap jadi ibu, suruh ayahnya anak-anak mencari ibu baru. Daripada mereka sering kelaparan!" ucapku diiringi senyuman mengejek pada kakak iparku.Tentu saja hal itu membuatnya semakin meradang, dan langsung berdiri hendak menyerang. Satu tangannya sudah terayun menuju ke arahku. Namun, sebuah teriakan menghentikan gerakan kakak iparku itu "Siska!" Suara bariton yang penuh penekanan membuat kami menoleh serempak ke asal suara.Tampak bapak yang baru saja keluar rumah berdiri dengan rahang yang mengeras dan mata yang menatap tajam."Jangan kamu sentuh Hana!" perintah bapak.Demi melihat aura bapak yang terlihat tak bersahabat itu, membuat kami terdiam semua. Sementara Mbak Siska yang sedang dikuasai amarah langsung menguarkan kekesalannya."Hana buat aku kesal, Pak. Masa suamiku disuruh cari ibu baru buat anak anak!" "Ga mungkin ada asap kalau ga ada api!"

    Last Updated : 2024-05-30
  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 7 Rencana ke Pesta

    "Nanti malam kita diundang Ayu ke pesta ultah ibunya di hotel daerah Thamrin," ucap ibu memberitahu.Beberapa orang yang sedang menikmati sarapan pagi langsung terpekik senang "Apa nama hotelnya, Bu?" tanya Mbak Siska dengan mata berbinar."Lupa ibu, tapi yang pasti hotel mewah," sahut perempuan paruh baya itu yang hendak menyuap nasi kuning ke mulutnya."Wah, itu udah pasti. Sekelas Mbak Ayu, kalau ngadain pesta, pasti tempatnya ga kaleng kaleng," ucap kakak iparku itu lagi."Asik, nih, bakalan makan enak nanti," timpal Mas Arga, suami Mbak Siska."Bawa tupperware, Mas, buat ngebungkus," seloroh Restu pada abangnya. Semua orang tertawa. Memang adik bungsu di keluarga ini suka bercanda."Aman, nanti Mas bawa yang paling besar. Tapi kamu yang ngambilin, hahaha," balas Mas ArgaTerlihat lelaki berusia dua puluh tahun itu menjulurkan lidah, meledek abangnya."N

    Last Updated : 2024-06-11
  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 8 Terkuak Kebohongan

    "Bu, bagaimana kalau si Hana sampai tahu?"Suara seorang yang kukenal membuatku menghentikan langkah di depan kamar ibu. Aku tercenung ketika namaku disebut. Dengan gerakan pelan aku lebih mendekat ke arah pintu, sambil mengawasi sekitar, memastikan tidak ada orang melihat."Ga mungkin tahu, lah!""Memang sampai kapan mau disembunyikan? Seharusnya diberitahu aja, Bu!""Ya enggalah. Nanti bisa dikacau sama si Hana itu. Nanti aja kalau udah nikah, baru dikasi tahu?"Kedua alisku tertaut, memikirkan obrolan keduanya. Siapa yang akan menikah? Dan kenapa aku tak boleh tahu?"Kira kira ngamuk ga, ya, Bu?""Mana berani dia? Lihat aja selama ini si Hana itu cuma manggut manggut aja, kan, kalau ibu dah ngomong ini itu?""Iya juga, sih! Untungnya dia polos, ya, Bu? Jadi, lumayan buat disuruh suruh.""Ya mau gimana lagi! Nasi udah jadi bubur! Mau dibuang,

    Last Updated : 2024-06-11
  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 9 Seperti Badut

    Aku mematut diri di cermin, memperhatikan riasan yang sesuai dengan keinginanku. Ketika dirasa sudah cukup sempurna, aku menyungingkan senyum tipis. Tentu mereka akan tercengang dengan penampilanku ini. "Kini, semuanya tak akan sama!" Aku bergumam sendiri sambil menatap pantulan diri.Kuangkat dagu sedikit, dengan memasang wajah dingin sambil melemparkan tatapan tajam,  lalu berbalik dan melangkah keluar kamar.Penghuni rumah telah berkumpul di ruang tamu, memakai pakaian terbaik yang dimiliki. Semuanya terlihat berbeda. Sepertinya, mereka betul betul berusaha untuk tampil mengesankan."Hana!" pekik Mbak Siska yang pertama kali melihatku.Mendengar suara melengking itu, membuat yang lainnya menoleh ke Mbak siska, lalu beralih padangan mengikuti tatapan perempuan berambut sebahu itu. Dan seperti yang kuharapkan. Semua mata membulat melihat penampilanku."Astahgfirulloh, Hana! Kok, begini, sih!" ucap

    Last Updated : 2024-06-11
  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 10 Peninggalan Ibu Hana

    "Apa yang terlihat belum tentu sesuai dengan apa yang kita pikirkan, Han." Ummi berkata sambil menatap gemericik air pancuran yang berada di kolam ikan. Kami sedang duduk berdampingan di halaman belakang rumah.Aku menoleh pada perempuan yang sebaya dengan almarhum ibuku itu. "Kamu tahu, kan, kisah yang lagi viral di medsos itu?" tanyanya masih menatap ke depan.Aku memgangguk. Potongan video itu sering lewat di beranda media sosialku.  Seorang menantu tengah berteriak kepada ibu mertua dan kakak iparnya. Lalu, si perempuan muda itu pergi tanpa mempedulikan panggilan perempuan yang melahirkan suaminya."Karena melihat sesuatu yang sepotong, banyak orang langsung menghujat bahkan menghina si perempuan muda."Aku menyimak dengan seksama."Sebenarnya ga salah juga, karena cuplikan video itu memang membuat geram orang yang menontonnya. Namun, ...."Ummi Evi menjeda ucapannya

    Last Updated : 2024-06-11
  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 11 Tampil Berbeda

    Saat hendak berbelok, mengikuti si penunjuk arah. Terdengar suara seseorang yang sangat kukenal."Bu, itu bukannya Mbak Hana?""Ngaco kamu, mana mungkin itu dia! Kaya bumi sama langit," ucapnya kasak kusuk, tetapi masih terdengar olehku."Iya juga ya, Bu, ga mungkin Mbak Hana bisa secantik dan lebih muda seperti itu."Tanpa menoleh, pun, aku tahu siapa yang berbicara. Tentu saja mereka tak akan mengira jika aku adalah si menantu yang tak mereka harapkan. Apalagi aku menggunakan make up terbaik yang membuat wajahku semakin sempurna. Tidak terlihat tua seperti yang selalu dikatakan adik iparku itu. Seiring langkah yang menjauh, suara kedua orang  tersebut tidak terdengar lagi. Aku disambut hangat oleh keluarga Diantoro ketika si pengantar memberitahukan identitasku."Selamat datang, Bu Ratu," sambut lelaki bertumbuh gempal sambil mengulurkan tangan kanannya. Wajahnya terlihat sangat ram

    Last Updated : 2024-06-12

Latest chapter

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 34

    "Hana, kamu telah menabuh peperangan denganku!" ucap seseorang di seberang sana dengan suara bariton yang tegas, penuh intimidasi.Aku tertegun."Siapa kamu?" tanyaku, mencoba tetap tenang meskipun jantungku berdegup kencang.Orang di seberang tertawa pelan. Suara dinginnya membuat bulu kudukku meremang, seakan ada hawa gelap yang menyelinap ke dalam pikiranku."Kamu tidak perlu tahu siapa aku, Hana. Kamu hanya perlu mempersiapkan diri untuk mendapatkan kejutan selanjutnya."Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam kegelisahan yang mulai merayapi pikiranku."Apa maksudmu?" Aku bertanya kembali, mencoba menggali lebih dalam."Nanti kamu akan tahu sendiri!"Nada suaranya penuh ancaman. Aku mengerutkan kening, firasat buruk semakin kuat menyelimutiku."Tunggu saja!" ucapnya sebelum sambungan tiba-tiba terputus.Aku menatap layar ponselku dengan perasaan tak menentu. Ada sesuatu ya

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 33

    "Aku memang ingin menyingkirkan Hana!"Suara Mbak Ayu menggema di ruangan, dipenuhi kebencian yang begitu kentara.Aku menelan ludah, merasakan tubuhku menegang."Karena kamu telah menghancurkan semua rencanaku, Hana!" lanjutnya dengan suara bergetar penuh emosi.Matanya menatapku tajam, berkilat dengan kemarahan membara, seolah ingin menelanku hidup-hidup. Aku membalas tatapannya dingin. Aku tidak pernah memulai, tetapi ia yang mencoba mengambil kesempatan dari kelemahanku.Bahkan, baru kusadari jika ia memanipulasi perusahaan ibuku dengan mendekati Om Leo, membuat segalanya semakin runyam. Namun, kini ia berlagak seolah korban."Ayu, kenapa begini? Ibu tidak menyangka kamu bisa berpikir sejauh itu?" Suara Ibu terdengar lirih, tidak menyangka jika menantunya yang dulu dibanggakan memiliki pemikiran keji.Namun, Mbak Ayu menoleh padanya dengan wajah tanpa penyesalan sedikit pun."Karena Hana

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 32

    "Kurang ajar anak itu!" maki bapak dengan wajah yang memerah."Dari dulu memang selalu membuat masalah," ucapnya lagi. Kali ini ada gurat kesedihan bercampur kekesalan.Tentu bapak sangat terpukul mengetahui fakta yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya.Aku hanya diam saja. Tak ada yang bisa kulakukan untuk menenangkan bapak. Perasaanku sendiri juga sedang dilanda kekacauan. Kenapa bisa? Lelaki yang merupakan kakak iparku itu melakukan hal itu.Aku tahu selama ini dialah yang paling tak terkendali dalam keluarga bapak, sifatnya yamg tempramental juga malas selalu membuat masalah dalam keluarga. Tapi aku tak pernah terpikirkan jika perbuatannya sampai sejauh ini.Kendaraan yang kami tumpaangi sudah berhenti di depan rumah bapak, dengan sigap lelaki yang sudah tidak muda lagi itu bergegas turun dan melangkah dengan tergesa memasuki rumah "ARGA!" Panggil Bapak dengan suara yang menggelegar."ANAK SIA_LAN! KELUAR

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 31

    Duniaku seolah berhenti berputar saat mendengar penuturan Bapak. Aku menatap kalung di tanganku dengan gemetar. Kalung ini bukan sekadar barang biasa—ini adalah milik Mas Elang. “Bapak yakin milik teman Ari?” Aku bertanya pelan.Bapak mengangguk.“Bapak tidak mungkin salah ingat. Lelaki itu memakainya saat Bapak mengobati luka di kepalanya."Aku mengepalkan tangan yang menggenggam kalung itu. Dadaku sesak, berbagai pikiran berkecamuk di benakku. Jika itu benar milik Mas Elang, berarti dia masih hidup. Tapi mengapa dia tidak kembali? Kenapa dia tidak mencari keluarga kami?Oh, ya. Ari bilang temannya bertingkah seperti anak-anak. Itu artinya ..."Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi dengan Mas Elang?"Aku menoleh ke Bapak, yang menatapku dengan sorot penuh perhatian."Pak, kapan peristiwa Ari dan Mas Elang dikejar preman terjadi?""Sekitar setahun lalu, Nak!""Setahun." Aku memejamkan mata, me

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 30

    Aku melangkah memasuki restoran mewah dengan perasaan campur aduk. Suasana elegan langsung menyambutku. Lampu gantung kristal berkilauam di langit-langit, meja-meja dengan taplak putih bersih, dan para pelayan yang bergerak dengan anggun. Namun, pikiranku sama sekali tidak tenang.Aku menarik napas panjang, berusaha menghilangkan rasa gelisah. Meeting ini sangat penting untuk kelangsungan proyekku. Aku tidak boleh terlihat gugup di depan klien. Aku hanya berharap, malam ini berjalan lancar—tanpa ada kejadian tak terduga yang merusak segalanya. Selama meeting aku mencoba fokus pada percakapan dengan klien penting di depanku. Restoran ini begitu elegan, suasanya mendukung untuk pertemuan bisnis. Akan tetapi, pikiranku terbagi memikirkan Sakha yang berada di meja lain, beberapa langkah di belakangku.Aku sengaja membawanya kali ini, karena rasa khawatir yang masih membayangi. Setelah insiden beberapa waktu lalu, aku tidak ingin jauh darinya terlalu lama.

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 29

    Aku menghirup aroma teh hangat di tanganku, mencoba menenangkan pikiran. Matahari baru saja muncul, tetapi hatiku penuh dengan gelisah. Suara mobil berhenti di depan rumah mengalihkan perhatianku. Aku berjalan ke pintu, membuka, dan melihat Ummi Evi turun dengan langkah cepat.“Hana,” panggilnya lembut sambil meraih tanganku. Pelukannya hangat, tetapi aku tahu ada kekhawatiran di matanya.“Ummi, terima kasih sudah datang,” kataku pelan.“Bagaimana Sakha? Maaf, Ummi baru bisa menjenguk sekarang.”“Sakha baik-baik saja, Ummi,” jawabku sambil menghela napas. “Tapi keadaan di sini benar-benar buruk. Ada orang yang ingin mencelakai Sakha."Wajah Ummi Evi berubah. “Apa maksudmu, Hana? Ceritakan semuanya.”Aku membawa Ummi ke ruang tamu dan mulai menceritakan kejadian beberapa hari terakhir—dari penyusupan di malam itu hingga pengkhianatan Mina. Saat menyebutkan nama Ayu sebagai otak dari semua ini, wajah Ummi Evi se

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 28

    Sehari setelah kejadian, aku terus memikirkan lelaki itu. Perasaan gelisah menghantuiku sepanjang malam. Siapa dia sebenarnya? Apa motifnya? Dan yang paling penting, bagaimana dia bisa menyelinap masuk ke rumah dengan pengamanan ketat?Tak lama setelah aku selesai mengurus sarapan Sakha, ponselku bergetar. Nama Jaka muncul di layar."Bu Hana, saya sudah menemukan informasi awal tentang orang itu," ujar Jaka tanpa basa-basi.Aku langsung duduk, mencengkeram ponsel dengan erat. "Apa yang kamu dapatkan?""Lelaki itu bernama Aditya Kusuma. Dia mantan pegawai bagian pengamanan di perusahaan. Dua tahun lalu, dia dipecat Pak Leo karena terlibat dalam kasus pencurian data penting. "Tapi ini baru permulaan, Bu. Saya menemukan bahwa dia ternyata memiliki hubungan dengan Bu Ayu."Darahku mendidih mendengar nama itu lagi."Aditya merupakan orang Bu Ayu. Ternyata dulu dia sengaja dimasukkan ke perusahaan oleh Bu Ayu melalui koneksi

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 27

    Setelah dinyatakan semua baik baik saja, dokter memperbolehkan Sakha kembali ke rumah. Anak itu pun sudah terlihat ceria lagi walaupun kondisinya masih lemah."Sakha langsung bobo siang, ya!" pintaku setelah sampai rumah dan berada di kamarnya."Kok, bobo terus sih, Bun. Aku, kan pingin main sama Kak Ari dan Kak Rara," sahut lelaki yang menyerupai sang ayah itu.Dan jawabannya membuatku tersentak."Rara dan Ari..."Dua nama itu mengusik pikiranku. Baru teringat jika Sakha berenang bersama mereka sebelum insiden itu terjadi. Dalam kepanikan kemarin, aku tak sempat memikirkan keberadaan mereka. Bagaimana keadaan mereka? Aku akan ke kamar mereka nanti. Namun, saat ini aku harus memastikan agar Sakha istirahat terlebih dahulu. "Kan, sekarang sudah siang. Ya, waktunya bobo siang. Lagipula kata om dokter, kalau Sakha mau sembuh, harus banyak istirahat.""Kalau sudah istirahat, baru, deh, main lagi sama Kak Ari dan K

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 26

    "Ah, pantas saja kamu nggak mau balik sama aku! Ada pria kaya yang lebih baik, kan?" tuduh Mas Prasetyo dengan suara penuh dendam.Aku terdiam, tak percaya dia bisa berpikir sepicik itu. Semua masalah yang ada di antara kami bukan karena orang ketiga, tapi dia tak pernah mau mengerti. Tuduhan itu hanya menambah sakit hati yang sudah lama kurasakan."Mas, kamu jangan asal bicara," ucapku tegas, menahan kemarahan.Namun, sebelum aku bisa melanjutkan, pria yang baru saja masuk itu duduk di sofa dengan santai. Ia menatap Mas Prasetyo dengan ekspresi yang tidak berubah sedikit pun, masih dingin dan tenang."Kamu salah. Aku ini omnya Hana, adik dari ibunya," ujar pria itu pelan namun jelas, seakan tak ingin membuang energinya untuk berdebat.Seketika itu juga wajah suamiku berubah. Ia terkejut, mulutnya terbuka tapi tak ada kata yang keluar. Selama ini, keluarganya sering menuduh bahwa aku punya hubungan gelap dengan pria lain, dan lelaki yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status