Home / Romansa / SEBENARNYA AKU KAYA / Bab 1 Dibilang Tua

Share

SEBENARNYA AKU KAYA
SEBENARNYA AKU KAYA
Author: Maya Har

Bab 1 Dibilang Tua

Author: Maya Har
last update Last Updated: 2024-05-30 11:37:08

"Mbak Hana, kok, wajahnya keliatan agak tua, ya?" Adik iparku mengomentari keadaanku ketika aku menyediakan minuman dan cemilan di ruang tamu.

"Eh, iyakah?" Aku merasa salah tingkah dan sedikit malu karena ucapannya.

Terlebih ketika semua mata beralih kepadaku. Mungkin mereka hendak memastikan perkataan saudara perempuan satu-satunya suamiku itu. Menjadi pusat perhatian membuatku semakin salah tingkah. 

"Hus, apa, sih, kamu Win?" tegur bapak mertuaku pada putri keempatnya. 

"Eh, beneran, Pak! Coba, deh, lihat!" Wina menunjuk ke arahku tanpa merasaa bersalah. Seolah tak mengerti atau mungkin tak peduli jika hal itu membuatku malu.

"Kamu ini, Win!" Kulihat Bapak melotot ke arah anaknya itu.

"Padahal, kan, Mbak Hana sama aku lebih tua aku usianya. Tapi wajahnya kaya lebih tua Mbak Hana." Kembali ia berucap tanpa menghiraukan kode yang diberikan sang ayah.

Sementara yang lainnya kulihat juga berusaha menegur Wina dengan menyenggol lengan perempuan yang memakai kaos cokelat muda itu. Namun, ada juga yang memandang rendah, mengiyakan penilaian yang tertuju padaku.

"Ya gimana mau kelihatan muda, dandan aja ga pernah," gerutu ibu mertuaku. "Baru juga punya anak satu, kaya repot ngurus anak banyak. Sampe ga sempat ngurus diri sendiri" ucapnya lagi dengan nada ketus.

Aku menoleh ke arah ibu, memerhatikan wajahnya yang terlihat seolah meremehkanku. Entahlah, kenapa mertua perempuanku itu selalu saja sinis semenjak kehadiranku di rumahnya. Padahal aku sudah berusaha untuk berbuat baik dan mengikuti segala yang diinginkannya.

Lagipula kesibukanku juga karena mengurus rumah ini. Ibu tak bersedia jika ada asisten rumah tangga. Buang buang uang katanya. Jadilah, aku yang mengurus segalanya. Apalagi jika sedang berkumpul seperti ini. Tentu akulah yang paling disibukkan melayani semuanya.

Hanya saja, mungkin ibu kurang puas dengan kemampuanku dalam mengurus rumah. Aku memang belum terampil dalam memasak, tetapi setidaknya aku mau berusaha untuk belajar.

Belum lagi kebiasaan yang kami lakukan banyak perbedaannya. Tapi, itu tak masalah andai ibu mau mengajarkan. Sayangnya perempuan berusia 60 tahun itu hanya diam saja melihat pekerjaanku, tetapi rupanya di belakang, ia membicarakan ketidakpuasannya terhadap apa yang kulakukan.

Aku menatap Wina yang tersenyum miring. Entah apa maksud dari senyumannya itu. Sedangkan kulihat Mas Pras juga ikut tertawa tanpa suara melihatku disudutkan seperti ini. Seolah itu hanya sebuah candaan. Hatiku semakin perih melihat sikap suami yang tak berusaha membelaku.

"Han, ada lagi ga yang mau disuguhin. Sini Mbak bantuin," ucap Mbak Ayu yang ternyata sudah berada di sampingku. Sepertinya ia berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Oh, iya, Mbak. Ada kue lapis legit sama beberapa snack buat anak-anak," aku menjawab sambil menoleh kepadanya.

"Ya udah, yuk, sini Mbak bantu bawain. Anak anak pasti seneng ada jajanan."

Aku mengangguk dan melangkah ke dapur bersama Mbak Ayu.

Setiap sebulan sekali, anak anak ibu yang lain datang menjenguk. Sebelumnya, mereka janjian akan datang pada waktu yang bersamaan. Sehingga setiap bulan, tentu akan selalu ramai dengan berkumpulnya lima anak mertuaku berserta menantu dan keenam cucunya.

"Han, jangan diambil hati, ya, ucapan Wina dan ibu!" Mbak Ayu memegang lenganku, memberi kekuatan.

Aku yang sedang menata kue lapis, langsung menoleh dan tersenyum padanya sambil mengangguk.

"Iya, Mbak Ayu."

Memang tidak mudah tinggal satu atap dengan mertua, terlebih sejak awal terlihat jika ibu tidak menyukai hubunganku dengan Mas Prasetyo. Begitupun dengan Wina. 

Setelah menikah, kami langsung menetap di Bandung selama empat tahun. Setelah itu pindah ke Jakarta karena Mas Prasetyo dipindah tugaskan. Awalnya, aku ingin mengontrak tetapi ibu meminta kami tinggal bersamanya. 

Aku sempat menolak, demi menjaga kenyamanan. Seperti kata orang dekat bau ta* jauh bau wangi. Namun, aku tak kuasa menolak permintaan suamiku yang ingin merawat ibu dan bapaknya.

"Oh, ya, nanti mbak kirimin skincare dari dokter yang adiknya selebgram itu, ya. Mbak cocok, loh, pake itu."

"Eh, ga usah, Mbak."

"Ga apa apa, kebetulan Mbak beli banyak. Maklum emak-emak, nyari diskonan." Mbak Ayu terkekeh menyebut kebiasaan para ibu ibu dalam berbelanja.

Aku turut tersenyum walau dengan hati teriris. Sebenarnya aku sudah menyadari wajahku terlihat kusam dan berkerut. Enam bulan terakhir, jatah keuanganku dipangkas oleh suamiku, dan hanya cukup untuk membeli kebutuhan Sakha. 

Ia mengatakan jika kami harus berhemat agar bisa memiliki rumah sendiri. Padahal aku juga berencana membeli yang tidak terlalu mahal. Lagipula, pemakaiannya sangat hemat. 

Untuk satu paket bisa dipakai selama dua bulan dengan harga terjangkau. Namun, selalu saja banyak alasan jika aku meminta lebih untuk membeli skincare. Di akhir, suamiku selalu berkata jika ia menyukaiku  apa adanya.

Tapi lihatlah! Ketika adiknya menghina, suamiku hanya diam saja. Bahkan, kepergok tengah tertawa. Padahal aku seperti ini karena ulahnya yang mengurangi jatah bulananku. 

Belum lagi perasaan yang selalu tersakiti dengan sikap mertua, ipar, juga keluarga ibu yang tingggal di sekitar sini. Membuat setiap kerutan di wajahku semakin bertambah karena pikiran.

"Makasih, ya, Mbak!" 

Terlihat Mbak Ayu mengangguk sambil tersenyum. Beruntung masih ada Mbak Ayu yang bersikap baik padaku. Wajah yang cantik juga pekerjaan yang bonafit tak menbuatnya sombong dan merendahkan orang lain. Aku kagum padanya.

Suara dering ponsel  mengalihkan perhatian kami. Itu milik Mbak ayu yang diletakkan di meja. Mulutku langsung menganga ketika melihat layar yang menyala karena panggilan. Loh, itu, kan ....

*****

Terima kasih yang sudah berkenan membaca. 🤎

Teman-teman bisa juga baca cerbungku yang lainnya.

1. SUKSES USAI DISELINGKUHI_TAMAT.

Istri yang kuanggap lemah dan tidak berpenghasilan, justru semakin sukses setelah aku tinggalkan. Dia terlihat cantik dan bahagia sementara aku ...

2. KESUKSESAN ISTRI BERDASTER_TAMAT.

Gajiku 15 juta. Saran ibu, aku cukup memberi istriku dua juta untuk kebutuhan keluarga. 

Akan tetapi, istriku tak becus mengurus segalanya. Lihat saja! Masa makan sama tahu tempe terus, mana penampilannya selalu kucel pula. Dikemanakan gaji yang kuberikan padanya?

Terima kasih🤎🙏🏻

Happy reading🤎

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 2 Curiga

    Suara dering ponsel  mengalihkan perhatian kami. Itu milik Mbak ayu yang diletakkan di meja. Mulutku langsung menganga ketika melihat layar yang menyala karena panggilan. Loh, itu, kan ...."Wah, ada panggilan. Sebentar, ya, Han!" Mbak Ayu menyambar ponselnya lalu melangkah ke arah halaman belakang.Aku yang masih tertegun hanya mengangguk patah-patah. Masih memikirkan gambar yang ada di foto profil kakak iparku tersebut. Aku yakin sekali pernah melihatnya dalam galeri Mas Prasetyo."Apakah hanya kebetulan, ya?" Aku bergumam sendiri, memikirkan kemungkinan yang terjadi.  Akan tetapi, kenapa letak dan posisinya juga sama. Seolah itu bukan gambar yang berbeda."Eh, Han, kok, malah ngelamun, sih! Bukannya bawa kue ke depan!" Suara ketus seseorang membuyarkan rasa penasaranku."Eh, iya, Bu." Aku menoleh sambil tersenyum kaku."Bocah wedo, kerjanya ga beres. Kebanyakan bengongnya," sindir ibu ketika aku m

    Last Updated : 2024-05-30
  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 3 Alat Kecantikan

    Setelah memastikan Restu pergi, aku melangkah diam diam ke arah halaman belakang. Sayup sayup terdengar suara Mbak Ayu yang masih berbicara di telepon. Aku melangkah lebih mendekat, penasaran dengan siapa orang di seberang telepon. Namun, baru saja hendak mengayunkan kaki, seseorang menepuk pundakku."Ngapain kamu, De, ngendap ngendap gitu. Kaya maling aja!"Aku tersentak dengan jantung berdebar. Lalu refleks menoleh pada suara yang kukenal sambil memberi isyarat telunjuk di bibir. Khawatir Mbak Ayu melihat kami.Gegas aku berbalik, dan menggandeng Mas Prasetyo untuk kembali ke dapur."Kamu ngapain, sih! Lagi nguping, ya?" Suamiku menebak gelagatku yang mungkin terlihat mencurigakan.Aku sedikit gelagapan. Tidak mungkin kukatakan yang sebenarnya, jika aku mencurigai  yang menelepon Mbak Ayu adalah Mas Prasetyo. Namun, nyatanya orang di seberang itu bukan suamiku.Terbukti ia ada di sin

    Last Updated : 2024-05-30
  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 4 Saling Diam

    Sudah tiga hari aku mendiamkan suamiku. Dan selama itu pula ia berlaku sama. Aneh saja! Kesalahan yang diperbuat tidak membuatnya merasa bersalah.Justru, ia sangat marah ketika aku protes tentang ketidak jujurannya. Dan kini, ia bersikap seolah-olah aku yang membuat kesalahan.Kenyataan bahwa yang membelikan ibu alat kecantikan itu adalah Mas Prasetyo, membuatku lemas seketika. Bukan karena cemburu, melainkan ketidakadilan juga ketidakjujurannya terhadapku."Mas, andai bapak ga bilang, pasti kamu juga ga akan ngasih tahu aku, kan?" Aku bertanya dengan suara bergetar, sementara suamiku terlihat salah tingkah.Saat itu bapak yang bersuara hendak membelikanku alat kecantikan itu juga. Katanya, bergantian. Jika ibu dibelikan Mas Prasetyo, maka bapak yang akan membelikanku. Namun, aku menolaknya dengan halus. Bukan tidak berterima kasih, tapi tatapan tajam ibu juga rengekan Mbak Wina yang mengatakan bapaknya pilih ka

    Last Updated : 2024-05-30
  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 5 Sebuah Perlawanan

    "Han, boleh ummi bertanya?""Tentang apa, Mi?""Kapan kamu akan mengunjungi ayahmu?"Aku yang awalnya antusias ingin mendengar pertanyaan ummi Evi, langsung lemas seketika. Bahuku meluruh dengan wajah menunduk. Senyum sinis tersungging di bibirku.Mendengar satu kata itu, membuat mood-ku semakin buruk. Goresan hati sebab perilaku suamiku belum juga sembuh, kini ditambah luka di masa lalu yang kembali menganga."Jangan sebut orang itu, Ummi!" Aku meminta dengan suara lirih.Sekelebatan bayangan kala itu melintas dalam ingatan, membuatku tubuhku menegang."Jangan sebut orang itu!" Suaraku semakin serak, buliran bening telah menganak sungai. Tak kuasa menampung beban, akhirnya keluar juga airmata yang sejak tadi kutahan."Ia tetap ayahmu, Hana!" "Aku membencinya Ummi!""Kamu harus mendengarkan penjelasannya, Nak! Apa yang terjadi tidak seperti yan

    Last Updated : 2024-05-30
  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 6 Salah Kira

    "Oh, ya satu lagi. Kalau belum siap jadi ibu, suruh ayahnya anak-anak mencari ibu baru. Daripada mereka sering kelaparan!" ucapku diiringi senyuman mengejek pada kakak iparku.Tentu saja hal itu membuatnya semakin meradang, dan langsung berdiri hendak menyerang. Satu tangannya sudah terayun menuju ke arahku. Namun, sebuah teriakan menghentikan gerakan kakak iparku itu "Siska!" Suara bariton yang penuh penekanan membuat kami menoleh serempak ke asal suara.Tampak bapak yang baru saja keluar rumah berdiri dengan rahang yang mengeras dan mata yang menatap tajam."Jangan kamu sentuh Hana!" perintah bapak.Demi melihat aura bapak yang terlihat tak bersahabat itu, membuat kami terdiam semua. Sementara Mbak Siska yang sedang dikuasai amarah langsung menguarkan kekesalannya."Hana buat aku kesal, Pak. Masa suamiku disuruh cari ibu baru buat anak anak!" "Ga mungkin ada asap kalau ga ada api!"

    Last Updated : 2024-05-30
  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 7 Rencana ke Pesta

    "Nanti malam kita diundang Ayu ke pesta ultah ibunya di hotel daerah Thamrin," ucap ibu memberitahu.Beberapa orang yang sedang menikmati sarapan pagi langsung terpekik senang "Apa nama hotelnya, Bu?" tanya Mbak Siska dengan mata berbinar."Lupa ibu, tapi yang pasti hotel mewah," sahut perempuan paruh baya itu yang hendak menyuap nasi kuning ke mulutnya."Wah, itu udah pasti. Sekelas Mbak Ayu, kalau ngadain pesta, pasti tempatnya ga kaleng kaleng," ucap kakak iparku itu lagi."Asik, nih, bakalan makan enak nanti," timpal Mas Arga, suami Mbak Siska."Bawa tupperware, Mas, buat ngebungkus," seloroh Restu pada abangnya. Semua orang tertawa. Memang adik bungsu di keluarga ini suka bercanda."Aman, nanti Mas bawa yang paling besar. Tapi kamu yang ngambilin, hahaha," balas Mas ArgaTerlihat lelaki berusia dua puluh tahun itu menjulurkan lidah, meledek abangnya."N

    Last Updated : 2024-06-11
  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 8 Terkuak Kebohongan

    "Bu, bagaimana kalau si Hana sampai tahu?"Suara seorang yang kukenal membuatku menghentikan langkah di depan kamar ibu. Aku tercenung ketika namaku disebut. Dengan gerakan pelan aku lebih mendekat ke arah pintu, sambil mengawasi sekitar, memastikan tidak ada orang melihat."Ga mungkin tahu, lah!""Memang sampai kapan mau disembunyikan? Seharusnya diberitahu aja, Bu!""Ya enggalah. Nanti bisa dikacau sama si Hana itu. Nanti aja kalau udah nikah, baru dikasi tahu?"Kedua alisku tertaut, memikirkan obrolan keduanya. Siapa yang akan menikah? Dan kenapa aku tak boleh tahu?"Kira kira ngamuk ga, ya, Bu?""Mana berani dia? Lihat aja selama ini si Hana itu cuma manggut manggut aja, kan, kalau ibu dah ngomong ini itu?""Iya juga, sih! Untungnya dia polos, ya, Bu? Jadi, lumayan buat disuruh suruh.""Ya mau gimana lagi! Nasi udah jadi bubur! Mau dibuang,

    Last Updated : 2024-06-11
  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 9 Seperti Badut

    Aku mematut diri di cermin, memperhatikan riasan yang sesuai dengan keinginanku. Ketika dirasa sudah cukup sempurna, aku menyungingkan senyum tipis. Tentu mereka akan tercengang dengan penampilanku ini. "Kini, semuanya tak akan sama!" Aku bergumam sendiri sambil menatap pantulan diri.Kuangkat dagu sedikit, dengan memasang wajah dingin sambil melemparkan tatapan tajam,  lalu berbalik dan melangkah keluar kamar.Penghuni rumah telah berkumpul di ruang tamu, memakai pakaian terbaik yang dimiliki. Semuanya terlihat berbeda. Sepertinya, mereka betul betul berusaha untuk tampil mengesankan."Hana!" pekik Mbak Siska yang pertama kali melihatku.Mendengar suara melengking itu, membuat yang lainnya menoleh ke Mbak siska, lalu beralih padangan mengikuti tatapan perempuan berambut sebahu itu. Dan seperti yang kuharapkan. Semua mata membulat melihat penampilanku."Astahgfirulloh, Hana! Kok, begini, sih!" ucap

    Last Updated : 2024-06-11

Latest chapter

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 34

    "Hana, kamu telah menabuh peperangan denganku!" ucap seseorang di seberang sana dengan suara bariton yang tegas, penuh intimidasi.Aku tertegun."Siapa kamu?" tanyaku, mencoba tetap tenang meskipun jantungku berdegup kencang.Orang di seberang tertawa pelan. Suara dinginnya membuat bulu kudukku meremang, seakan ada hawa gelap yang menyelinap ke dalam pikiranku."Kamu tidak perlu tahu siapa aku, Hana. Kamu hanya perlu mempersiapkan diri untuk mendapatkan kejutan selanjutnya."Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam kegelisahan yang mulai merayapi pikiranku."Apa maksudmu?" Aku bertanya kembali, mencoba menggali lebih dalam."Nanti kamu akan tahu sendiri!"Nada suaranya penuh ancaman. Aku mengerutkan kening, firasat buruk semakin kuat menyelimutiku."Tunggu saja!" ucapnya sebelum sambungan tiba-tiba terputus.Aku menatap layar ponselku dengan perasaan tak menentu. Ada sesuatu ya

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 33

    "Aku memang ingin menyingkirkan Hana!"Suara Mbak Ayu menggema di ruangan, dipenuhi kebencian yang begitu kentara.Aku menelan ludah, merasakan tubuhku menegang."Karena kamu telah menghancurkan semua rencanaku, Hana!" lanjutnya dengan suara bergetar penuh emosi.Matanya menatapku tajam, berkilat dengan kemarahan membara, seolah ingin menelanku hidup-hidup. Aku membalas tatapannya dingin. Aku tidak pernah memulai, tetapi ia yang mencoba mengambil kesempatan dari kelemahanku.Bahkan, baru kusadari jika ia memanipulasi perusahaan ibuku dengan mendekati Om Leo, membuat segalanya semakin runyam. Namun, kini ia berlagak seolah korban."Ayu, kenapa begini? Ibu tidak menyangka kamu bisa berpikir sejauh itu?" Suara Ibu terdengar lirih, tidak menyangka jika menantunya yang dulu dibanggakan memiliki pemikiran keji.Namun, Mbak Ayu menoleh padanya dengan wajah tanpa penyesalan sedikit pun."Karena Hana

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 32

    "Kurang ajar anak itu!" maki bapak dengan wajah yang memerah."Dari dulu memang selalu membuat masalah," ucapnya lagi. Kali ini ada gurat kesedihan bercampur kekesalan.Tentu bapak sangat terpukul mengetahui fakta yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya.Aku hanya diam saja. Tak ada yang bisa kulakukan untuk menenangkan bapak. Perasaanku sendiri juga sedang dilanda kekacauan. Kenapa bisa? Lelaki yang merupakan kakak iparku itu melakukan hal itu.Aku tahu selama ini dialah yang paling tak terkendali dalam keluarga bapak, sifatnya yamg tempramental juga malas selalu membuat masalah dalam keluarga. Tapi aku tak pernah terpikirkan jika perbuatannya sampai sejauh ini.Kendaraan yang kami tumpaangi sudah berhenti di depan rumah bapak, dengan sigap lelaki yang sudah tidak muda lagi itu bergegas turun dan melangkah dengan tergesa memasuki rumah "ARGA!" Panggil Bapak dengan suara yang menggelegar."ANAK SIA_LAN! KELUAR

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 31

    Duniaku seolah berhenti berputar saat mendengar penuturan Bapak. Aku menatap kalung di tanganku dengan gemetar. Kalung ini bukan sekadar barang biasa—ini adalah milik Mas Elang. “Bapak yakin milik teman Ari?” Aku bertanya pelan.Bapak mengangguk.“Bapak tidak mungkin salah ingat. Lelaki itu memakainya saat Bapak mengobati luka di kepalanya."Aku mengepalkan tangan yang menggenggam kalung itu. Dadaku sesak, berbagai pikiran berkecamuk di benakku. Jika itu benar milik Mas Elang, berarti dia masih hidup. Tapi mengapa dia tidak kembali? Kenapa dia tidak mencari keluarga kami?Oh, ya. Ari bilang temannya bertingkah seperti anak-anak. Itu artinya ..."Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi dengan Mas Elang?"Aku menoleh ke Bapak, yang menatapku dengan sorot penuh perhatian."Pak, kapan peristiwa Ari dan Mas Elang dikejar preman terjadi?""Sekitar setahun lalu, Nak!""Setahun." Aku memejamkan mata, me

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 30

    Aku melangkah memasuki restoran mewah dengan perasaan campur aduk. Suasana elegan langsung menyambutku. Lampu gantung kristal berkilauam di langit-langit, meja-meja dengan taplak putih bersih, dan para pelayan yang bergerak dengan anggun. Namun, pikiranku sama sekali tidak tenang.Aku menarik napas panjang, berusaha menghilangkan rasa gelisah. Meeting ini sangat penting untuk kelangsungan proyekku. Aku tidak boleh terlihat gugup di depan klien. Aku hanya berharap, malam ini berjalan lancar—tanpa ada kejadian tak terduga yang merusak segalanya. Selama meeting aku mencoba fokus pada percakapan dengan klien penting di depanku. Restoran ini begitu elegan, suasanya mendukung untuk pertemuan bisnis. Akan tetapi, pikiranku terbagi memikirkan Sakha yang berada di meja lain, beberapa langkah di belakangku.Aku sengaja membawanya kali ini, karena rasa khawatir yang masih membayangi. Setelah insiden beberapa waktu lalu, aku tidak ingin jauh darinya terlalu lama.

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 29

    Aku menghirup aroma teh hangat di tanganku, mencoba menenangkan pikiran. Matahari baru saja muncul, tetapi hatiku penuh dengan gelisah. Suara mobil berhenti di depan rumah mengalihkan perhatianku. Aku berjalan ke pintu, membuka, dan melihat Ummi Evi turun dengan langkah cepat.“Hana,” panggilnya lembut sambil meraih tanganku. Pelukannya hangat, tetapi aku tahu ada kekhawatiran di matanya.“Ummi, terima kasih sudah datang,” kataku pelan.“Bagaimana Sakha? Maaf, Ummi baru bisa menjenguk sekarang.”“Sakha baik-baik saja, Ummi,” jawabku sambil menghela napas. “Tapi keadaan di sini benar-benar buruk. Ada orang yang ingin mencelakai Sakha."Wajah Ummi Evi berubah. “Apa maksudmu, Hana? Ceritakan semuanya.”Aku membawa Ummi ke ruang tamu dan mulai menceritakan kejadian beberapa hari terakhir—dari penyusupan di malam itu hingga pengkhianatan Mina. Saat menyebutkan nama Ayu sebagai otak dari semua ini, wajah Ummi Evi se

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 28

    Sehari setelah kejadian, aku terus memikirkan lelaki itu. Perasaan gelisah menghantuiku sepanjang malam. Siapa dia sebenarnya? Apa motifnya? Dan yang paling penting, bagaimana dia bisa menyelinap masuk ke rumah dengan pengamanan ketat?Tak lama setelah aku selesai mengurus sarapan Sakha, ponselku bergetar. Nama Jaka muncul di layar."Bu Hana, saya sudah menemukan informasi awal tentang orang itu," ujar Jaka tanpa basa-basi.Aku langsung duduk, mencengkeram ponsel dengan erat. "Apa yang kamu dapatkan?""Lelaki itu bernama Aditya Kusuma. Dia mantan pegawai bagian pengamanan di perusahaan. Dua tahun lalu, dia dipecat Pak Leo karena terlibat dalam kasus pencurian data penting. "Tapi ini baru permulaan, Bu. Saya menemukan bahwa dia ternyata memiliki hubungan dengan Bu Ayu."Darahku mendidih mendengar nama itu lagi."Aditya merupakan orang Bu Ayu. Ternyata dulu dia sengaja dimasukkan ke perusahaan oleh Bu Ayu melalui koneksi

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 27

    Setelah dinyatakan semua baik baik saja, dokter memperbolehkan Sakha kembali ke rumah. Anak itu pun sudah terlihat ceria lagi walaupun kondisinya masih lemah."Sakha langsung bobo siang, ya!" pintaku setelah sampai rumah dan berada di kamarnya."Kok, bobo terus sih, Bun. Aku, kan pingin main sama Kak Ari dan Kak Rara," sahut lelaki yang menyerupai sang ayah itu.Dan jawabannya membuatku tersentak."Rara dan Ari..."Dua nama itu mengusik pikiranku. Baru teringat jika Sakha berenang bersama mereka sebelum insiden itu terjadi. Dalam kepanikan kemarin, aku tak sempat memikirkan keberadaan mereka. Bagaimana keadaan mereka? Aku akan ke kamar mereka nanti. Namun, saat ini aku harus memastikan agar Sakha istirahat terlebih dahulu. "Kan, sekarang sudah siang. Ya, waktunya bobo siang. Lagipula kata om dokter, kalau Sakha mau sembuh, harus banyak istirahat.""Kalau sudah istirahat, baru, deh, main lagi sama Kak Ari dan K

  • SEBENARNYA AKU KAYA   Bab 26

    "Ah, pantas saja kamu nggak mau balik sama aku! Ada pria kaya yang lebih baik, kan?" tuduh Mas Prasetyo dengan suara penuh dendam.Aku terdiam, tak percaya dia bisa berpikir sepicik itu. Semua masalah yang ada di antara kami bukan karena orang ketiga, tapi dia tak pernah mau mengerti. Tuduhan itu hanya menambah sakit hati yang sudah lama kurasakan."Mas, kamu jangan asal bicara," ucapku tegas, menahan kemarahan.Namun, sebelum aku bisa melanjutkan, pria yang baru saja masuk itu duduk di sofa dengan santai. Ia menatap Mas Prasetyo dengan ekspresi yang tidak berubah sedikit pun, masih dingin dan tenang."Kamu salah. Aku ini omnya Hana, adik dari ibunya," ujar pria itu pelan namun jelas, seakan tak ingin membuang energinya untuk berdebat.Seketika itu juga wajah suamiku berubah. Ia terkejut, mulutnya terbuka tapi tak ada kata yang keluar. Selama ini, keluarganya sering menuduh bahwa aku punya hubungan gelap dengan pria lain, dan lelaki yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status