Share

Tentang Pakaian

Penulis: YuRa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-28 09:47:31

“Santi…” Winda tidak melanjutkan ucapannya.

“Santi kenapa?” selidik Esti.

“Santi kecentilan menggoda Rendi,” kata Winda dengan pelan.

Esti tersenyum ke arah Irfan, rupanya Irfan juga tersenyum mendengar ucapan Winda.

“Oalah, masalah laki-laki ya?” Irfan tertawa kecil, membuat Winda memerah pipinya karena malu.

“Aku nggak menggoda Rendi, Rendi yang datang mendekati mejaku. Ia menanyakan tugas kelompok,” kilah Santi.

“Winda, kalau kamu kesal masalah itu, jangan dikaitkan dengan orang tua Santi. Itu sangat menyakiti hati Santi. Kamu mau kalau orang tuamu dihina oleh orang lain?” Esti mulai berbicara dengan lembut.

Winda menggelengkan kepalanya.

Esti pun berbicara panjang lebar untuk mendamaikan Santi dan Winda. Bagaimanapun juga mereka berdua adalah remaja yang sedang puber dan mencari jati diri, jadi sedikit permasalahan saja akan membuat mereka ribut. Apalagi kalau masalah asmara.

“Jangan diulangi lagi ya, Winda? Jangan menghina orang tua teman-temanmu.” Esti mengingatkan Winda,” dan kamu Santi, tidak boleh bermain fisik ya? Itu sangat berbahaya.”

“Iya, Bu. Maafkan saya,” sahut Santi.

Santi dan Winda pun saling bermaafan dan berjanji tidak akan berkelahi lagi.

“Silahkan Winda ke kelas dulu, Santi tetap disini ya?” Esti meminta Winda untuk keluar.

“Santi, Ibu nggak tahu permasalahan yang terjadi di keluargamu. Tapi ibu ingin tahu, sebagai bagian dari konseling.”

Santi tampak bimbang, ia pun menoleh ke arah Irfan. Irfan tahu maksud Santi, ia pun keluar dari ruangannya dan membiarkan Santi melakukan konseling dengan Esti.

“Ceritakan tentang keluargamu,” kata Esti.

“Ibu saya memang biduan, Bu. Tapi hanya sesekali saja, ketika diminta oleh pemilik orgen tunggal sedang tidak ada biduannya. Ibu juga banyak menolak tawaran menyanyi kalau memang tidak sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh Ibu.”

“Memangnya syaratnya apa?”

“Ibu nggak mau kalau harus berpakaian terbuka.”

“Kalau nggak sedang bernyanyi, Ibu kerja apa?”

“Membuat kue pesanan orang. Ibu sedang mengumpulkan uang untuk membuka usaha kue-kue. Setelah itu Ibu akan berhenti menjadi biduan.”

“Maaf, apa benar orang tuamu berpisah?” Esti bertanya dengan hati-hati, takut menyinggung perasaan Santi.

Santi hanya mengangguk.

“Ayah menikah lagi, akhirnya Ibu minta cerai.”

“Kamu punya kakak atau adik?”

“Adik laki-laki kelas tujuh SMP.”

Santi pun bercerita tentang keluarganya, membuat Esti trenyuh. Ia tidak menyangka kalau kehidupan Santi cukup menderita karena kelakuan sang ayah.

“Kamu sebagai anak pertama, menjadi garda terdepan bagi ibu dan adikmu. Kamu harus kuat, tetap semangat membantu Ibu, tapi juga harus tetap sekolah. Kalau ada yang perlu diceritakan, kamu bisa menemui Ibu. Ibu akan mendengarkan ceritamu. Oke? Semangat ya?”

“Terima kasih, Bu. Ibu sudah membuat saya termotivasi untuk membantu Ibu saya. Supaya Ibu segera berhenti menjadi biduan.” Mata Santi tampak berkaca-kaca.

Esti beranjak dari duduknya kemudian mendekati Santi dan memeluk Santi dengan erat.

***

“Indah, maaf ya, kalau boleh aku mau memberi masukan,” kata Esti dengan perlahan.

Esti meminta Indah untuk masuk ke ruang keluarga di ruang Esti. Kebetulan Indah datang untuk latihan.

“Ada apa ya, Mbak?” tanya Indah.

“Begini, Indah, kita kan sama-sama perempuan, tentu harus saling mengingatkan demi kebaikan.”

“Iya, Mbak.” Indah mulai deg-degan, ia tidak tahu apa maksud pembicaraan ini.

“Kamu masih muda dan cantik. Akan lebih cantik lagi kalau diimbangi dengan penampilanmu. Maksudku pakaianmu. Aku tahu kalau pakaianmu itu pasti mahal-mahal, tapi alangkah baiknya kalau sedikit tertutup. Bukan tertutup memakai gamis dan jilbab. Tapi setidaknya jangan memakai kaos yang belahannya rendah dan rok terlalu pendek seperti ini. Kalau kamu menunduk, belahan dadamu terlihat dan pakaian dalam terlihat dari belakang. Kasihan para kru, pasti akan tergoda dengan penampilanmu.” Esti menghentikan sejenak ucapannya, ia menatap Indah yang tampak menunduk. Esti melanjutkan pembicaraannya.

“Maaf, aku tidak membencimu. Aku hanya mengingatkan saja. Semua ini demi kebaikanmu dan para kru. Takutnya nanti ada yang khilaf dan melakukan hal-hal yang tidak baik, pasti akan merugikan dirimu. Perempuan itu harus menjaga kehormatan dan harga dirinya, aku yakin kalau kamu sangat paham.”

“Iya, Mbak.” Indah menjawab pelan, sebenarnya ia sangat kesal dengan semua yang diucapkan oleh Esti.

“Ish, memangnya siapa kamu kok bisa-bisanya mengkritik aku seperti itu. Kamu itu bukan bosku, suamimu yang bosku. Mas Haris saja tidak pernah mempermasalahkan penampilanku. Kamu pasti iri dengan tubuhku,” kata Indah dalam hati.

“Aku harap kamu nggak tersinggung dengan kata-kataku ini,” ucap Esti sambil tersenyum.

“Nggak Mbak, aku malah berterima kasih sudah diingatkan.” Indah berusaha tersenyum, walaupun hatinya sangat kesal.

“Oke kalau begitu, kamu bisa melanjutkan latihannya.”

“Baik, Mbak. Aku ke studio dulu,” pamit Indah. Ia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke studio.

“Dari mana kamu?” tanya Toni, salah satu kru di orgen tunggal Cakrawala.

“Dipanggil istrinya bos.”

“Kenapa? Kok wajahnya ditekuk kayak gitu, ketahuan?”

“Ssttt! Jangan sembarangan berbicara nanti ada yang mendengar. Dia mengomentari penampilanku yang katanya terlalu terbuka. Bilang saja kalau dia iri dengan tubuhku. Makanya pintar-pintar merawat diri, biar kayak aku.” Indah mengejek Esti di depan Toni.

“Penampilanmu sangat seksi, wajar saja kalau Bu bos mengingatkanmu. Bukan iri, mungkin risih saja! Siapa sih laki-laki yang tidak tergoda dengan penampilanmu seperti ini? Andai aku punya uang banyak, pasti aku akan menggodamu,” canda Toni.

“Makanya cari uang yang banyak, biar bisa menggaetku. Asetku kan tubuhku. Aku ini seorang biduan, masa aku harus pakai pakaian tertutup kayak dia yang sok alim. Nanti dikira ustadzah mau ngasih ceramah bukan nyanyi.” Indah dan Toni tertawa.

“Nggak boleh gitu, Bu Esti itu kan memang alim. Apalagi dia seorang guru, ya harus menjaga penampilan dan perilakunya. Bagaimanapun juga dia itu bos kita, patuhi saja apa yang ia ucapkan, yang penting periuk kita aman.” Toni mengingatkan Indah supaya tidak melawan ucapan Esti yang notabene sebagai istri Haris, pemilik orgen tunggal Cakrawala.

“Dia itu bukan bos kita, Mas Haris bos kita. Mas Haris saja tidak mempermasalahkan penampilanku kok malah dia yang repot!” Indah masih kesal dengan apa yang dikatakan oleh Esti tadi.

“Tentu saja ia tidak mempermasalahkannya, karena penampilanmu ini sangat menggodanya,” celetuk Toni.

“Sstt! Jangan keras-keras ngomongnya, nanti malah timbul masalah baru. Belum saatnya!”

“Maaf keceplosan. Tuh, bos datang,” bisik Toni ketika melihat Haris baru pulang dari kantor.

Wajah Indah yang tadi cemberut langsung sumringah melihat Haris datang. Toni dan Indah tidak menyadari kalau ada seseorang yang mendengarkan pembicaraan mereka tadi.

“Pepet terus, biar uangnya mengalir deras,” bisik Toni. Indah langsung mendelik matanya, Toni hanya tertawa kecil.

“Ada cerita apa, kok kayaknya lucu?” tanya Haris yang baru datang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Ghibah

    “Biasa, Mas. Toni sedang buntu, butuh suntikan dana untuk bertahan hidup,” kata Indah menggoda Toni.“Jangan buka kartu dong, kan ketahuan kalau dompetku melompong.” Toni mengimbangi ucapan Indah, supaya Haris tidak curiga. Haris hanya tersenyum melihat kru dan biduannya yang saling mengeluarkan celetukan.“Bukannya manggung kemarin sudah dapat?” tanya Haris.“Namanya juga manusia, Bos. Banyak kebutuhan dan keinginan,” sahut Toni. Belum sempat Haris menjawab, ada seseorang memanggilnya.“Ayah!” teriak Ais yang berlari mendekati Haris.“Iya, sayang,” sambut Haris sambil memeluk tubuh anak bungsunya itu.“Ayo, Yah, Ais mau nunjukin sesuatu,” ajak Ais sambil menarik tangan ayahnya.“Oke.” Haris pun mengikuti langkah kaki Ais untuk masuk menuju rumah mereka.Indah tampak kesal, belum sempat ia menggoda Haris, malah Haris pergi. Toni tersenyum melihat Indah yang kecewa.“Cie…cie, ada yang kecewa,” bisik Toni menggoda Indah.Sementara itu, di dalam rumah ada Esti dan Mei yang sedang sibuk d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Jangan Main Api

    “Apa yang kamu bicarakan dengan Indah?” tanya Haris ketika mereka sedang duduk santai di ruang keluarga menemani Ais yang asyik bermain.Esti yang dari tadi matanya tertuju ke layar televisi langsung menoleh ke arah Haris dengan penuh tanda tanya.“Kok Mas tahu kalau aku ngobrol dengan Indah? Oh, Indah mengadu sama kamu ya? Ngomong apa aja? Sesuai dengan yang aku bicarakan dengannya atau ada yang dikurangi dan ditambahi?’ Esti langsung memberondong Haris dengan beberapa pertanyaan yang membuat Haris kaget dan gugup.“E-enggak, Indah nggak ngomong apa-apa sama aku,” jawab Haris dengan gugup.“Aduh, kok aku nggak kepikiran kalau Esti bakal mencecarku dengan banyak pertanyaan,” kata Haris dalam hati menyadari kebodohannya.“Jujur saja, Mas. Jangan bohong! Indah mengadu padamu kan? Terus kamu lebih percaya sama aku atau Indah?”“Sudahlah, nggak usah dibahas.” Haris berusaha mengalihkan pembicaraan.“Enggak bisa, Mas yang memulainya. Harus diselesaikan, apa yang Indah bicarakan? Kapan Inda

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Pikirkan Anak Istrimu

    “Ibu nggak menuduh Indah, tapi Ibu bicara berdasarkan kenyataan. Ada hubungan apa kamu dengan Indah, kok kamu sangat membelanya?” sahut Siti dengan nada yang agak tinggi.Haris kaget, ia baru menyadari kalau ia sudah salah berbicara.“Sialan, kok aku sampai keceplosan seperti itu ya?” kata Haris dalam hati, menyadari kebodohan yang sudah ia lakukan.“Haris, jangan bermain api. Sedekat apa hubunganmu dengan Indah?” tanya Dewi.“Sebatas pemilik dan biduannya saja, nggak lebih. Aku hanya kasihan melihat Indah selalu menjadi bahan cemoohan. Dia itu mencari nafkah untuk menghidupi anaknya. Apa salah kalau aku mempekerjakan dia? Apalagi sejak dia bergabung, orgen tunggal ku jadi sering dapat jadwal manggung. Dia itu membawa hoki.” Haris berkata panjang lebar.“Hati-hati Mas, berawal dari kasihan, kemudian saling curhat dan akhirnya menjadi nyaman. Rumah tangga pun dipertaruhkan.” Erlin mengingatkan Haris.Haris menjadi kesal, karena kedatangannya kesini untuk mengunjungi ibunya, tapi malah

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Cerita Tentang Biduan

    “Kamu kenapa?” tanya Haris ketika melihat air mata menetes di pipi Esti. Ia pun segera memeluk Esti.Esti mempererat pelukannya, dan ia pun menangis tersedu-sedu.“Aku merasa kalau akhir-akhir ini komunikasi kita tidak baik bahkan setiap berbicara selalu diwarnai dengan perdebatan yang tiada ujung. Aku merindukan masa-masa seperti dulu, rumah yang penuh dengan kehangatan. Apakah keinginanku ini terlalu berlebihan?” Esti berkata dengan terbata-bata sambil terisak.“Enggak sayang, keinginanmu itu tidak berlebihan. Bahkan sangat wajar. Maafkan aku yang tidak menyadari semua keinginanmu itu.” Haris melepaskan pelukannya dan memegang wajah Esti dengan kedua tangannya, kemudian mencium Esti.“Maafkan aku, aku mungkin bukan suami yang baik. Tapi aku akan berusaha untuk menjadi suami yang bisa kamu andalkan.” Haris menatap Esti dengan tatapan penuh cinta.“Apakah aku sudah tidak menarik lagi bagimu, Mas?” tanya Esti.“Sssttt.” Haris meletakkan telunjuknya ke bibir Esti.“Maafkan aku kalau akh

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Ponsel Baru

    “Mas, aku ada cerita,” kata Esti ketika sedang ngobrol dengan Haris. Hubungan mereka berdua sudah mulai membaik akhir-akhir ini.“Cerita apa?” tanya Haris.“Tadi ada siswaku bermasalah, ternyata dia itu keponakannya Indah.”“Terus, memangnya kenapa? Siswa bermasalah kan biasa.” Haris belum paham apa yang dimaksud oleh Esti.“Winda itu anak dari kakak sepupunya Indah. Orang tua Winda sudah bercerai, ibunya jadi TKW di Taiwan. Yang membuat aku kaget, ayahnya Winda selingkuh dengan Indah. Dan perselingkuhan itu membuat Indah hamil. Akhirnya suami Indah mengajukan gugatan cerai, karena Indah mengakui kalau itu anak dari selingkuhannya.” Esti tampak bersemangat bercerita.Haris sempat kaget, tapi ia bisa menguasai keadaannya. Haris pernah mendengar cerita ini, tapi hanya sebatas gosip saja.“Siapa laki-laki itu? Maksudku selingkuhannya Indah?”“Erdi. Katanya dulu juga kru sebuah orgen tunggal. Sekarang Erdi juga merantau, katanya sih ke Pekanbaru, di kebun kelapa sawit. Apa Mas mengenalnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Salah Sebut Nama

    “Ponsel baru ya? Pasti mahal,” ucap seorang kru.“Iya dong! Tapi kredit hihi,” sahut Indah,” lagipula aku punya uang dari mana kalau beli cash.”“Ponsel baru? Apa mungkin….” Esti mulai bertanya-tanya, ia berharap kalau itu tidak seperti yang ia pikirkan.“Kenapa kok sepertinya semua serba kebetulan?” Lagi-lagi Esti hanya bergumam saja.“Ngapain kamu disitu?” tanya Haris mengagetkan Esti.“Oh, lagi dengerin para kru ngobrol. Mereka kalau ngobrol suka lucu-lucu, bikin ketawa. Jadi hiburan tersendiri.” Esti berkata sambil tertawa untuk mengurangi kegugupannya karena ketahuan mendengarkan pembicaraan orang lain. “Kenapa nggak gabung bersama mereka?”“Kalau aku ikut gabung, malah mereka nggak santai ngobrolnya.”“Soalnya kamu itu orangnya terlalu serius, jadi mereka bingung mau ngajak ngobrol,” kata Haris sambil menatap Esti.“Mas, lihat nggak ponselnya Indah. Keluaran terbaru dan bagus, pasti harganya mahal. Hebat ya Indah mampu membeli ponsel terbaru. Aku mau dong dibelikan yang kayak g

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Terlalu Cemburu

    Sudah satu bulan sejak Haris salah sebut nama, sejak itu pula Esti selalu beralasan ketika Haris mengajak berhubungan. “Kenapa sih kamu selalu menghindar? Selalu saja ada alasan, sekarang alasanmu apa lagi?” tanya Haris dengan kesal.Esti hanya terdiam. Ia tahu kalau ia salah karena sudah menolak ajakan suaminya. Tapi hatinya sangat sakit ketika mengingat kejadian waktu itu.“Kamu itu istri durhaka dan Allah akan marah karena menolak ajakan suami. Apa yang akan kamu lakukan tidak berkah karena suami tidak ridho. Kalau seperti ini terus, bisa-bisa aku cari lagi.” Haris mendengus kesal. Nafsu sudah di ubun-ubun tapi Esti malah menghindar.“Silahkan kalau mau cari lagi,” sahut Esti dengan tenang.“Kamu menantangku? Masih banyak perempuan yang mau denganku. Aku masih gagah. Apa kamu pikir aku tidak mampu mencari perempuan lain?” ejek Haris sambil menatap sinis ke arah Esti.“Termasuk Indah? Apakah Indah yang akan kamu cari untuk melampiaskan nafsumu?” “Mengapa selalu kamu kait-kaitkan d

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Boleh Bergabung?

    “Nggak usah pakai tapi-tapian. Sekarang kamu harus lebih membuka pikiranmu. Jangan hanya cemburu tidak jelas seperti itu.”“Tidak jelas bagaimana, Mbak? Bahkan saat Mas Haris bercinta denganku, ia menyebut nama Indah.”Dewi tampak kaget dengan ucapan Esti.“Nggak usah mengada-ada kamu. Kenapa kamu ngotot sekali menuduh Haris selingkuh? Nggak usah aneh-aneh, pikirkan anak-anakmu.” Dewi berkata dengan tegas.Akhirnya Esti berpamitan pulang, ia sangat kecewa dengan tanggapan Dewi. Selama ini hubungan Dewi dan Esti memang dekat dan baik, karena itu mereka saling bertukar pikiran. Apalagi mereka sama-sama guru. Dewi sendiri seorang janda, dengan dua anak perempuan. Usman, mantan suami Dewi berselingkuh dengan kekasih yang dulu tidak direstui oleh orang tua Usman.Esti sengaja bercerita pada Dewi, dengan harapan Dewi bisa menasehati Haris. Bukannya malah menjatuhkan mental Esti dengan mengatakan Esti terlalu cemburu.Ketika mobil Esti keluar dari halaman rumah Dewi, tampak Erlin, adik bungs

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21

Bab terbaru

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Tidak Mau Disalahkan

    Tanpa berpikir panjang, Indah meneruskan pesan itu dan langsung menelpon Haris."Mas, lihat pesan dari Esti! Dia mengancam akan melaporkan pernikahan kita ke atasanmu! Dia ingin Mas dipecat!" suaranya penuh kemarahan.Haris, yang masih di rumah sakit menjaga ibunya, menghela napas berat. "Aku sudah baca.""Lalu Mas mau diam aja?!" bentak Indah. "Dia pikir dia siapa sampai bisa mengancam kita seperti ini?!"Haris memijit pelipisnya. "Indah, aku sedang di rumah sakit. Bisa kita bicara nanti?"Indah mendengus kesal. "Mas! Kalau Mas sampai kehilangan pekerjaan, gimana dengan aku dan anak kita?!"Haris menarik napas panjang, mencoba tetap tenang. "Aku akan bicara dengan Esti. Aku akan minta dia untuk tidak membawa masalah ini lebih jauh."Indah tertawa sinis. "Oh, jadi Mas masih peduli sama dia?! Aku istrimu sekarang, Mas! Aku nggak akan biarkan perempuan itu menang!"Haris mulai kehilangan kesabaran. "Aku cuma mau menyelesaikan ini dengan baik, Indah. Kalau kita terus memperkeruh suasana,

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Dipaksa Menikah

    Malam itu, di rumah Indah yang sederhana, Haris duduk di hadapan penghulu dengan wajah kosong. Para saksi sudah berkumpul. Indah duduk tak jauh darinya, mengenakan kebaya putih sederhana. Tapi tak ada kebahagiaan di mata Haris, hanya keterpaksaan.Ketika penghulu mulai membaca akad nikah, tangan Haris gemetar."Haris Maulana bin Karim, apakah Anda menerima Indah Astuti binti Burhan sebagai istri Anda dengan mas kawin yang sudah disepakati?"Haris menelan ludah. Tenggorokannya terasa kering. Sekilas, ia teringat wajah Esti dan anak-anaknya. Haris mengangguk.Kemudian Pak Burhan bertindak sebagai wali nikah, menggenggam tangan Haris. Dengan suara bergetar, Haris mengucapkan kata yang mengubah hidupnya selamanya."Saya terima nikahnya Indah Astuti binti Burhan dengan mas kawin yang emas lima gram, tunai.""Sah!" ujar para saksi bersamaan.Indah tersenyum tipis, meski air mata jatuh dari sudut matanya. Bu Ratna tampak puas, sementara ayahnya mengangguk lega. Sepertinya memang ini sudah di

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Terpojok

    Haris terdiam sejenak, matanya kosong menatap layar ponselnya yang baru saja dimatikan. Suara Dewi yang tiba-tiba menyapanya membuatnya terbangun dari lamunannya."Kenapa wajahmu kusut kayak gitu?" tanya Dewi yang baru keluar dari ruangan ibunya. Dewi menatapnya dengan cemas, merasa ada sesuatu yang mengganggu Haris.Haris menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum menjawab. "Indah... dia makin nekat. Dia nggak mau dengar alasan, Mbak. Dia tetap bersikeras mau datang ke rumah sakit, bertemu Ibu."Dewi mengerutkan kening, tampak terkejut. "Haris, ini bukan waktu yang tepat. Ibu baru aja, kamu nggak ingin keadaan makin parah, kan?"Haris baru saja hendak kembali ke kamar ibunya ketika tiba-tiba suara langkah cepat terdengar di lorong rumah sakit."Mas Haris!"Haris menoleh dan terkejut. Indah sudah ada di sana.Ia berdiri dengan tangan di pinggang, napasnya memburu. Matanya menyapu ruangan dengan tajam, lalu berhenti tepat pada Haris dan Dewi."Aku sudah bilang aku akan da

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Sandiwara Terbongkar

    Bu Siti mengerutkan kening, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Apa maksudmu, Esti?"Haris menunduk, tak sanggup menatap ibunya. Dewi segera meraih tangan Bu Siti, berusaha menenangkannya."Ibu, maafkan kami karena tidak memberi tahu lebih awal," ujar Dewi hati-hati. "Kami hanya tidak ingin Ibu kaget dan sakit lagi."Bu Siti masih terdiam. Matanya mulai berkaca-kaca. "Jadi... selama ini kalian hanya berpura-pura di depan Ibu?" suaranya bergetar.Erlin ikut bicara, "Ibu, kami hanya ingin Ibu bahagia. Kami takut kalau Ibu tahu ini saat masih belum pulih, kondisinya malah memburuk."Bu Siti menatap mereka satu per satu. Matanya dipenuhi luka dan kekecewaan. Ia merasa telah dibohongi oleh anak-anaknya sendiri."Tapi Ibu tetap mengetahuinya, kan?" ujar Bu Siti lirih. "Seandainya kalian memberitahu sejak awal, mungkin Ibu bisa lebih siap.""Maafkan aku, Ibu. Aku harus menikahi Indah, bertanggung jawab atas kehamilannya. Esti mengusirku dari rumah," kata Haris perlah

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Bersandiwara

    "Erlin, Ibu ingin menginap di rumah Haris. Sejak pulang dari rumah sakit, Ibu belum bertemu dengannya," kata Bu Siti dengan suara penuh harap.Ucapan itu membuat Erlin tertegun. Ia menatap ibunya dengan ragu, sementara hatinya bergejolak. Bagaimana mungkin ia memberi tahu bahwa Haris telah diusir oleh Esti?Erlin melirik Indra, suaminya, yang juga tampak kebingungan. Keduanya saling bertukar pandang, mencari cara terbaik untuk merespons permintaan Bu Siti tanpa membuatnya terlalu terkejut."Bagaimana, Erlin? Apa kamu tidak mau mengantarkan Ibu ke rumah Haris?" tanya Bu Siti lagi, kali ini dengan nada yang lebih mendesak.Erlin menelan ludah. "I... iya, Bu. Nanti aku antar," jawabnya dengan suara sedikit gemetar.Tanpa membuang waktu, ia melangkah keluar rumah, mencari udara segar untuk menenangkan pikirannya. Dengan tangan gemetar, ia merogoh ponselnya dan segera menelepon Dewi, kakaknya. Ia butuh saran. Ia tak bisa menghadapi ini sendirian.Erlin pun segera menelepon Dewi. Jantungnya

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Dipermalukan

    Ruangan kembali sunyi. Semua orang tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Tapi kali ini, Syaiful, kakak Indah yang sejak tadi hanya diam dan mengamati, akhirnya membuka suara. "Tadi kamu bilang menikah siri nggak apa-apa, asalkan bersama Haris.” Syaiful tampak mengejek Indah.“Bagaimana dengan kandunganmu? Lama-lama akan semakin membesar." Suaranya tenang, tapi ada ketegasan di dalamnya. Indah terdiam. Ia mengelus perutnya yang mulai membuncit, wajahnya masih dipenuhi kesedihan.Pak Burhan menghela nafas panjang. Wajahnya penuh kekecewaan, sorot matanya tajam menatap Indah yang masih terisak. "Ayah sudah mengingatkanmu, Indah, jangan mengganggu suami orang. Ya, begini akibatnya." Indah meremas ujung dasternya, bibirnya bergetar, seolah ingin membela diri tapi tak ada kata yang sanggup ia keluarkan. Air matanya jatuh satu per satu, membasahi pipinya yang pucat. "Ayah, aku nggak pernah mau begini..." suaranya lirih. "Aku cuma mencintai Mas Haris..." "Cinta?" Bu Ratna mendengus

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Menemui Keluarga Indah

    Haris duduk di kursi dengan kepala tertunduk, jari-jarinya saling meremas, seolah mencoba mencari pegangan di tengah badai yang ia ciptakan sendiri. "Apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Deni dingin. Suasana ruang tamu terasa menyesakkan. Haris menghela napas berat sebelum menjawab dengan suara lirih, "Besok aku akan ke rumah Indah." "Kalau ibunya memaksa pesta pernikahan, bagaimana?" Deni melipat tangan di dada, ekspresinya tajam seperti pisau. Sebelum Haris sempat bicara, Dewi memutar bola matanya dan menyela dengan suara ketus. "Lebih baik uang untuk pesta kamu gunakan untuk kehidupanmu nanti. Gajimu sudah di bank, kan?" Haris mengangguk pelan. "Iya... Bahkan ATM-ku masih dipegang sama Esti." "Mas... Mas... Gimana sih? ATM dipegang Mbak Esti? Ya jelas buat biaya Mei dan Ais!" Erlin terkekeh sinis. "Kamu pikir Mbak Esti bakal diam aja setelah tahu suaminya selingkuh dan punya anak sama perempuan lain?" Haris terdiam. Nafasnya terasa berat. "Makanya, kalau mau berbuat

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Disalahkan

    "Ibu kalian yang egois." Dewi berkata dengan sinisnya. " Lihatlah, Esti. Anak-anakmu yang menjadi korban keegoisanmu.”Esti mendongak, menatap Dewi dengan tajam. Matanya sudah cukup bengkak karena menangis, tapi kini bukan kesedihan yang terpancar, melainkan kemarahan."Egois? Aku yang egois, Mbak?" Esti tertawa kecil, getir. "Aku yang diselingkuhi, aku yang dikhianati, dan sekarang aku juga yang disalahkan?"Dewi mendengus. "Kalau kamu lebih sabar, lebih mengalah, mungkin rumah tangga ini masih bisa dipertahankan."Mei menoleh ke budenya dengan ekspresi bingung. "Jadi Ibu yang salah, Bude?”Esti mengelus kepala Ais yang masih memeluknya erat. "Nak, kalian dengar baik-baik. Ibu sudah berusaha bertahan selama ini, tapi Ayah kalian yang tidak memilih kita."Haris menghembuskan napas berat. "Ayah tetap ingin jadi ayah buat kalian."Mei menatap ayahnya dengan mata yang berkilat karena air mata. "Tapi Ayah juga ayah untuk anaknya Tante Indah, kan?"Haris terdiam. Tak ada jawaban yang bisa

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Bertanggung Jawab

    Ibunya Indah terlihat lega, sementara ayahnya menatapnya dengan tajam. "Indah, jangan mempermalukan diri sendiri. Kita sudah cukup dipermalukan."Indah menggeleng keras, lalu menatap Haris dengan mata memohon. "Mas Haris, aku nggak mau pergi. Aku mau tetap di sini bersamamu. Aku nggak peduli menikah siri atau resmi, aku cuma ingin kita tetap bersama!"Esti, yang sejak tadi menahan emosinya, akhirnya tertawa sinis. "Indah, kamu nggak punya malu, ya? Masih ngotot mau tinggal di rumah ini, setelah semua yang terjadi?”"Aku mengandung anaknya! Aku berhak tinggal di sini!" Indah berteriak.PLAK!Tiba-tiba, ayahnya Indah menampar pipi Indah dengan keras. Semua orang terkejut."Diam, Indah!" Ayahnya berseru, suaranya bergetar karena emosi. "Kamu sudah membuat kami malu! Jangan tambah lagi! Kamu pikir bisa datang ke rumah istri sah, merebut suaminya, lalu seenaknya menginjak harga diri orang lain?”Indah memegang pipinya yang memerah. Tangisnya semakin pecah, tapi kali ini bukan hanya karena

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status