Share

Cerita Tentang Biduan

Penulis: YuRa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-17 20:20:45

“Kamu kenapa?” tanya Haris ketika melihat air mata menetes di pipi Esti. Ia pun segera memeluk Esti.

Esti mempererat pelukannya, dan ia pun menangis tersedu-sedu.

“Aku merasa kalau akhir-akhir ini komunikasi kita tidak baik bahkan setiap berbicara selalu diwarnai dengan perdebatan yang tiada ujung. Aku merindukan masa-masa seperti dulu, rumah yang penuh dengan kehangatan. Apakah keinginanku ini terlalu berlebihan?” Esti berkata dengan terbata-bata sambil terisak.

“Enggak sayang, keinginanmu itu tidak berlebihan. Bahkan sangat wajar. Maafkan aku yang tidak menyadari semua keinginanmu itu.” Haris melepaskan pelukannya dan memegang wajah Esti dengan kedua tangannya, kemudian mencium Esti.

“Maafkan aku, aku mungkin bukan suami yang baik. Tapi aku akan berusaha untuk menjadi suami yang bisa kamu andalkan.” Haris menatap Esti dengan tatapan penuh cinta.

“Apakah aku sudah tidak menarik lagi bagimu, Mas?” tanya Esti.

“Sssttt.” Haris meletakkan telunjuknya ke bibir Esti.

“Maafkan aku kalau akhir-akhir ini sering mengabaikanmu dan anak-anak. Pekerjaan di kantor memang sedang banyak, apalagi ada pergantian camat. Seperti memulai pekerjaan dari nol. Tapi aku akan berusaha menghabiskan waktu denganmu dan anak-anak.”

Haris memeluk erat tubuh Esti.

***

“Ada masalah apa lagi, Winda?” tanya Esti ketika melihat Winda dan seorang temannya yang sudah berada di ruangannya.

“Biasa, Bu, berantem,” sahut Sandy, guru BK yang satu ruangan dengan Esti.

Guru BK di sekolah ini ada tiga orang yaitu Esti, Irfan dan Sandy yang berada dalam satu ruangan. Mereka memegang beberapa kelas untuk bimbingan dan konseling. Kebetulan kelas Winda dipegang oleh Esti, tentu saja segala permasalahan yang terjadi di kelas Winda akan diselesaikan oleh Esti.

“Kamu siapa?” tanya Esti pada perempuan di sebelah Winda yang tampak menor dandanannya.

“Septi kelas XI 1.”

“Hapus dulu dandananmu,” kata Esti sambil menyerahkan tisu pada Septi.

“Saya nggak dandan, Bu.”

“Bohong, itu kelihatan kamu pakai eyelash dan alismu terlalu tebal.”

“Bener saya nggak pakai,” kata Septi, ia masih mengelak.

Esti segera mengambil tisu basah yang ada di dalam laci mejanya.

“Bersihkan pakai ini.” Esti memberikan tisu basah itu pada Septi.

Dengan wajah cemberut dan bersungut-sungut, Septi segera menghapus riasannya. Perlahan terlihat wajah polos Septi yang masih tampak remaja pada umumnya. Benar kata Esti kalau Septi memakai make up yang berlebihan ke sekolah.

“Ke sekolah itu pakai make up sewajarnya saja, yang natural. Itu lipstikmu terlalu tebal.”

“Bibir saya kering, Bu,” sahut Septi sambil mengelap wajahnya untuk menghapus make up.

“Pakai saja lip balm yang warna natural. Kamu itu cantik, nggak pakai make up pun sudah cantik. Kalau kamu berdandan pakai make up tebal, jangan pakai pakaian sekolah. Kalau di luar sekolah terserah kamu mau pakai make up setebal apapun tidak ada yang melarang. Tapi ini di lingkungan sekolah, tentu saja ada peraturan sekolah yang harus kamu taati. Kamu kesini untuk sekolah, belajar bukan fashion show.” Esti memberi nasehat pada Septi.

“Kamu guru BKnya siapa?” tanya Esti pada Septi.

“Saya, Bu.” Sandy yang dari tadi diam akhirnya angkat bicara. Karena permasalahan dandanan perempuan, ia tidak begitu paham. Lagipula Esti merupakan seniornya, jadi ia memberi kesempatan pada Esti untuk berbicara duluan.

“Sebenarnya permasalahannya apa?” Esti bertanya pada Septi dan Winda.

“Dia ngatain saya kayak biduan tempel, nanti pasti jadi pelakor. Saya nggak terima dikatain kayak gitu,” kata Septi dengan berapi-api, ia tampak emosi.

“Dandanannya kan memang kayak biduan tempel. Lagipula kamu yang ngomongin aku duluan.” Winda tak kalah sengit membalas ucapan Septi.

“Bukannya masalah awal dari kantin?” selidik Sandy.

“Iya Pak. Tadi Winda menginjak sepatu baru saya yang harganya mahal.”

“Nggak sengaja, kantin sedang ramai karena waktu istirahat. Lagipula aku sudah bilang minta maaf.”

“Terus?” tanya Esti.

“Kata Septi harga sepatunya sangat mahal, anak babu mana mampu membelinya,” kata Winda dengan pelan. Ada rasa sesak di dadanya ketika menyebut kata pembantu.

“Ibu saya memang babu, tapi bukan berarti bisa dijadikan bahan ejekan,” lanjut Winda dengan mata berkaca-kaca.

“Terus kamu ngatain aku kayak biduan tempel yang nantinya jadi pelakor. Syukurin ayahmu direbut pelakor,” ejek Septi dengan wajah yang sinis.

“Mudah-mudahan ayahmu nanti juga direbut pelakor.” Winda berkata dengan tenang.

Terjadi ketegangan antara Winda dan Septi di ruangan itu, Esti dan Sandy hanya diam saja. Sengaja menonton perdebatan antara kedua siswi itu.

“Selesai?” tanya Esti, setelah kedua siswi itu kehabisan kata-kata.

“Sebenarnya masalahnya sepele, hanya sepatu terinjak dan Winda sudah minta maaf. Tapi sepertinya kamu malah memperbesar masalah. Apakah ada masalah lain, Septi?” selidik Esti.

“Masalah cowok mungkin?” lanjut Sandy, karena biasanya kalau siswi berantem kebanyakan karena masalah cowok.

Septi menggelengkan kepalanya.

“Mau diselesaikan masalah ini?” tanya Esti, ia memandang Septi dan Winda. Kedua siswi itu mengangguk.

Esti dan Sandy mulai membicarakan penyelesaian masalah ini, tentu saja berharap ada kesepakatan damai antara keduanya. Walaupun diwarnai dengan sedikit perdebatan, akhirnya keduanya menyatakan berdamai dihadapan Esti dan Sandy. Kalau nanti mereka bermasalah lagi, terpaksa panggilan untuk orang tua.

“Winda, kamu tinggal dulu disini. Ada yang mau Ibu bicarakan.” Esti meminta Winda untuk tetap di ruangannya setelah Septi keluar. Winda pun menuruti kata-kata Esti.

“Winda, sebenarnya ada apa, kok kamu membenci biduan? Ingat nggak, dulu waktu kamu berantem dengan Santi?” Esti mengingatkan kejadian yang sudah berlalu.

Winda mengangguk.

“Ayah saya bekerja di sebuah orgen tunggal. Karena itu, akhirnya dekat dengan biduannya. Bisa ditebak kan, Bu, apa yang terjadi selanjutnya? Padahal biduan itu punya suami.” Winda berhenti sejenak, kemudian menghela nafas panjang untuk menetralkan suasana hatinya.

Esti tampak tertegun mendengar cerita dari Winda.

“Kamu berapa bersaudara?”

“Adik saya satu, laki-laki. Sekarang kelas delapan SMP.”

“Terus, bagaimana selanjutnya?” tanya Esti.

Winda meneteskan air mata, kemudian menangis tersedu-sedu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Ponsel Baru

    “Mas, aku ada cerita,” kata Esti ketika sedang ngobrol dengan Haris. Hubungan mereka berdua sudah mulai membaik akhir-akhir ini.“Cerita apa?” tanya Haris.“Tadi ada siswaku bermasalah, ternyata dia itu keponakannya Indah.”“Terus, memangnya kenapa? Siswa bermasalah kan biasa.” Haris belum paham apa yang dimaksud oleh Esti.“Winda itu anak dari kakak sepupunya Indah. Orang tua Winda sudah bercerai, ibunya jadi TKW di Taiwan. Yang membuat aku kaget, ayahnya Winda selingkuh dengan Indah. Dan perselingkuhan itu membuat Indah hamil. Akhirnya suami Indah mengajukan gugatan cerai, karena Indah mengakui kalau itu anak dari selingkuhannya.” Esti tampak bersemangat bercerita.Haris sempat kaget, tapi ia bisa menguasai keadaannya. Haris pernah mendengar cerita ini, tapi hanya sebatas gosip saja.“Siapa laki-laki itu? Maksudku selingkuhannya Indah?”“Erdi. Katanya dulu juga kru sebuah orgen tunggal. Sekarang Erdi juga merantau, katanya sih ke Pekanbaru, di kebun kelapa sawit. Apa Mas mengenalnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Salah Sebut Nama

    “Ponsel baru ya? Pasti mahal,” ucap seorang kru.“Iya dong! Tapi kredit hihi,” sahut Indah,” lagipula aku punya uang dari mana kalau beli cash.”“Ponsel baru? Apa mungkin….” Esti mulai bertanya-tanya, ia berharap kalau itu tidak seperti yang ia pikirkan.“Kenapa kok sepertinya semua serba kebetulan?” Lagi-lagi Esti hanya bergumam saja.“Ngapain kamu disitu?” tanya Haris mengagetkan Esti.“Oh, lagi dengerin para kru ngobrol. Mereka kalau ngobrol suka lucu-lucu, bikin ketawa. Jadi hiburan tersendiri.” Esti berkata sambil tertawa untuk mengurangi kegugupannya karena ketahuan mendengarkan pembicaraan orang lain. “Kenapa nggak gabung bersama mereka?”“Kalau aku ikut gabung, malah mereka nggak santai ngobrolnya.”“Soalnya kamu itu orangnya terlalu serius, jadi mereka bingung mau ngajak ngobrol,” kata Haris sambil menatap Esti.“Mas, lihat nggak ponselnya Indah. Keluaran terbaru dan bagus, pasti harganya mahal. Hebat ya Indah mampu membeli ponsel terbaru. Aku mau dong dibelikan yang kayak g

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Terlalu Cemburu

    Sudah satu bulan sejak Haris salah sebut nama, sejak itu pula Esti selalu beralasan ketika Haris mengajak berhubungan. “Kenapa sih kamu selalu menghindar? Selalu saja ada alasan, sekarang alasanmu apa lagi?” tanya Haris dengan kesal.Esti hanya terdiam. Ia tahu kalau ia salah karena sudah menolak ajakan suaminya. Tapi hatinya sangat sakit ketika mengingat kejadian waktu itu.“Kamu itu istri durhaka dan Allah akan marah karena menolak ajakan suami. Apa yang akan kamu lakukan tidak berkah karena suami tidak ridho. Kalau seperti ini terus, bisa-bisa aku cari lagi.” Haris mendengus kesal. Nafsu sudah di ubun-ubun tapi Esti malah menghindar.“Silahkan kalau mau cari lagi,” sahut Esti dengan tenang.“Kamu menantangku? Masih banyak perempuan yang mau denganku. Aku masih gagah. Apa kamu pikir aku tidak mampu mencari perempuan lain?” ejek Haris sambil menatap sinis ke arah Esti.“Termasuk Indah? Apakah Indah yang akan kamu cari untuk melampiaskan nafsumu?” “Mengapa selalu kamu kait-kaitkan d

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Boleh Bergabung?

    “Nggak usah pakai tapi-tapian. Sekarang kamu harus lebih membuka pikiranmu. Jangan hanya cemburu tidak jelas seperti itu.”“Tidak jelas bagaimana, Mbak? Bahkan saat Mas Haris bercinta denganku, ia menyebut nama Indah.”Dewi tampak kaget dengan ucapan Esti.“Nggak usah mengada-ada kamu. Kenapa kamu ngotot sekali menuduh Haris selingkuh? Nggak usah aneh-aneh, pikirkan anak-anakmu.” Dewi berkata dengan tegas.Akhirnya Esti berpamitan pulang, ia sangat kecewa dengan tanggapan Dewi. Selama ini hubungan Dewi dan Esti memang dekat dan baik, karena itu mereka saling bertukar pikiran. Apalagi mereka sama-sama guru. Dewi sendiri seorang janda, dengan dua anak perempuan. Usman, mantan suami Dewi berselingkuh dengan kekasih yang dulu tidak direstui oleh orang tua Usman.Esti sengaja bercerita pada Dewi, dengan harapan Dewi bisa menasehati Haris. Bukannya malah menjatuhkan mental Esti dengan mengatakan Esti terlalu cemburu.Ketika mobil Esti keluar dari halaman rumah Dewi, tampak Erlin, adik bungs

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Jangan Panggil Bunda

    “Ya sudah, aku pulang saja, daripada kalian nggak jadi makan.” Esti beranjak dari duduknya, kemudian memotret mereka berdua. Haris dan Indah sangat kaget, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya Esti keluar dari rumah makan itu, tak lupa ia mengambil pesanannya.“Masukkan ke tagihan meja no 5 ya?” kata Esti sambil menunjuk ke arah Haris dan Indah.“Baik, Bu.” Sang kasir menjawab sambil tersenyum.Esti melangkah dengan gontai, tak bisa dibayangkan bagaimana perasaan Esti sekarang. Semua menjadi satu. Apa yang ia takutkan selama ini benar-benar terjadi. Tapi ia tidak mau terpuruk, ada Mei dan Ais anak mereka yang perlu diperhatikan.Diperjalanan, Esti sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia pun menangis sesenggukan. Lebih baik ia menangis di mobil daripada menangis di rumah. Jangan sampai anak-anaknya tahu kalau ia menangis.Sampai di rumah, Esti langsung masuk ke kamar. Ia membuka lemari tempat dokumen dan surat-surat berharga. Ia menyimpan semua surat-surat berharga itu ke su

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Hamil

    “Aku pikir Mas sudah berubah semenjak kasus dulu. Ternyata benar kata orang, sekali selingkuh, pasti akan melakukan selingkuh lagi. Bodohnya aku, kenapa aku dulu memaafkanmu.” Haris masih terdiam, semua yang dikatakan Esti benar. Kalau ia menyangkalnya, pasti Esti akan semakin emosi.“Kalau aku melakukan kesalahan, seharusnya Mas bilang padaku. Aku akan berusaha untuk memperbaikinya. Bukannya malah mencari kepuasan diluar.” Esti berhenti sejenak, menghela nafas dan melanjutkan berbicara.“Seperti kejadian menyebut nama Indah, aku sudah mau melayani semua keinginanmu. Kapanpun Mas mau aku selalu mengiyakan. Apa aku kurang memuaskan? Kenapa Mas tega melakukan semua ini? Mas nggak berkaca pada kejadian yang menimpa keluargamu. Mbak Dewi dan Erlin keluarganya berantakan karena pihak ketiga. Dulu Mas ngomongin Mas Usman nggak punya hati, karena menyakiti Mbak Dewi. Ternyata malah kamu juga yang nggak punya hati.” Esti berkata dengan air mata yang tidak bisa dibendung lagi.“Aku akan menca

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-23
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Ocehan Ais

    Pulang dari kantor, Haris tampak biasa saja. Ia masih menyapa Mei dan Ais, tapi Mei tampak enggan bermanis-manis muka di depan ayahnya. Ais langsung memeluk ayahnya. Haris tampak heran dengan Mei yang seperti mengabaikannya. Biasanya Mei yang selalu menyambut kepulangan ayahnya dari kantor. Tapi suasana hari ini tampak berbeda.“Mei kenapa? Kamu sakit?’ tanya Haris.Mei hanya menggelengkan kepala. “Kamu mau minta apa? I phone terbaru?’Lagi-lagi Mei menggelengkan kepala. Haris hanya menghela nafas panjang, bingung mau bertanya apa lagi. “Ayah, tadi Bunda Indah eh Tante Indah kesini.” Ucapan Ais membuat Haris tampak kaget, wajahnya menjadi pucat. Perubahan ekspresi wajah Haris tak luput dari pandangan Mei. Mei menatap sinis ke arah Haris, Haris yang kebetulan menatap Mei, langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.“O ya, sama siapa kesininya? Sama om-om kru ya?” sahut Haris dengan wajah yang dibuat tersenyum sambil menatap Ais. Walaupun dalam hatinya ketar-ketir.“Sendirian, ngobr

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Sakit

    “Hamil?” tanya Haris, ia syok mendengar kata-kata Indah.“Iya, Mas. Aku hamil, sudah tujuh Minggu.”“Kenapa kamu sampai hamil? Seharusnya kamu itu pakai KB, aku kan sudah mengingatkanmu.” Haris marah pada Indah. Ia sangat gusar, bingung mau melakukan apa setelah tahu Indah hamil.Indah hanya diam saja, ia kesal karena dimarahi oleh Haris.“Jangan-jangan kamu sengaja, supaya punya anak dariku,” sindir Haris.“Aku pikir Mas mau menikahiku, ternyata selama ini hanya memanfaatkanku saja. Hanya mencari kepuasan denganku.” Indah berkata dengan mata berkaca-kaca.“Aku tidak pernah menjanjikan pernikahan denganmu. Aku pernah bilang sama kamu, kalau aku akan mencukupi semua kebutuhanmu, tapi tidak bisa menikahimu. PNS tidak boleh memiliki dua istri!”“Ceraikan saja Mbak Esti!” Indah berkata dengan tegas.“Tidak semudah itu menceraikannya.”“Tadi Mbak Esti mempersilahkan Mas menikah denganku.” Indah berkata sambil tersenyum.“Kamu pikir semudah itu Esti mengizinkan? Kamu tahu apa yang terjadi k

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25

Bab terbaru

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Tidak Mau Disalahkan

    Tanpa berpikir panjang, Indah meneruskan pesan itu dan langsung menelpon Haris."Mas, lihat pesan dari Esti! Dia mengancam akan melaporkan pernikahan kita ke atasanmu! Dia ingin Mas dipecat!" suaranya penuh kemarahan.Haris, yang masih di rumah sakit menjaga ibunya, menghela napas berat. "Aku sudah baca.""Lalu Mas mau diam aja?!" bentak Indah. "Dia pikir dia siapa sampai bisa mengancam kita seperti ini?!"Haris memijit pelipisnya. "Indah, aku sedang di rumah sakit. Bisa kita bicara nanti?"Indah mendengus kesal. "Mas! Kalau Mas sampai kehilangan pekerjaan, gimana dengan aku dan anak kita?!"Haris menarik napas panjang, mencoba tetap tenang. "Aku akan bicara dengan Esti. Aku akan minta dia untuk tidak membawa masalah ini lebih jauh."Indah tertawa sinis. "Oh, jadi Mas masih peduli sama dia?! Aku istrimu sekarang, Mas! Aku nggak akan biarkan perempuan itu menang!"Haris mulai kehilangan kesabaran. "Aku cuma mau menyelesaikan ini dengan baik, Indah. Kalau kita terus memperkeruh suasana,

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Dipaksa Menikah

    Malam itu, di rumah Indah yang sederhana, Haris duduk di hadapan penghulu dengan wajah kosong. Para saksi sudah berkumpul. Indah duduk tak jauh darinya, mengenakan kebaya putih sederhana. Tapi tak ada kebahagiaan di mata Haris, hanya keterpaksaan.Ketika penghulu mulai membaca akad nikah, tangan Haris gemetar."Haris Maulana bin Karim, apakah Anda menerima Indah Astuti binti Burhan sebagai istri Anda dengan mas kawin yang sudah disepakati?"Haris menelan ludah. Tenggorokannya terasa kering. Sekilas, ia teringat wajah Esti dan anak-anaknya. Haris mengangguk.Kemudian Pak Burhan bertindak sebagai wali nikah, menggenggam tangan Haris. Dengan suara bergetar, Haris mengucapkan kata yang mengubah hidupnya selamanya."Saya terima nikahnya Indah Astuti binti Burhan dengan mas kawin yang emas lima gram, tunai.""Sah!" ujar para saksi bersamaan.Indah tersenyum tipis, meski air mata jatuh dari sudut matanya. Bu Ratna tampak puas, sementara ayahnya mengangguk lega. Sepertinya memang ini sudah di

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Terpojok

    Haris terdiam sejenak, matanya kosong menatap layar ponselnya yang baru saja dimatikan. Suara Dewi yang tiba-tiba menyapanya membuatnya terbangun dari lamunannya."Kenapa wajahmu kusut kayak gitu?" tanya Dewi yang baru keluar dari ruangan ibunya. Dewi menatapnya dengan cemas, merasa ada sesuatu yang mengganggu Haris.Haris menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum menjawab. "Indah... dia makin nekat. Dia nggak mau dengar alasan, Mbak. Dia tetap bersikeras mau datang ke rumah sakit, bertemu Ibu."Dewi mengerutkan kening, tampak terkejut. "Haris, ini bukan waktu yang tepat. Ibu baru aja, kamu nggak ingin keadaan makin parah, kan?"Haris baru saja hendak kembali ke kamar ibunya ketika tiba-tiba suara langkah cepat terdengar di lorong rumah sakit."Mas Haris!"Haris menoleh dan terkejut. Indah sudah ada di sana.Ia berdiri dengan tangan di pinggang, napasnya memburu. Matanya menyapu ruangan dengan tajam, lalu berhenti tepat pada Haris dan Dewi."Aku sudah bilang aku akan da

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Sandiwara Terbongkar

    Bu Siti mengerutkan kening, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Apa maksudmu, Esti?"Haris menunduk, tak sanggup menatap ibunya. Dewi segera meraih tangan Bu Siti, berusaha menenangkannya."Ibu, maafkan kami karena tidak memberi tahu lebih awal," ujar Dewi hati-hati. "Kami hanya tidak ingin Ibu kaget dan sakit lagi."Bu Siti masih terdiam. Matanya mulai berkaca-kaca. "Jadi... selama ini kalian hanya berpura-pura di depan Ibu?" suaranya bergetar.Erlin ikut bicara, "Ibu, kami hanya ingin Ibu bahagia. Kami takut kalau Ibu tahu ini saat masih belum pulih, kondisinya malah memburuk."Bu Siti menatap mereka satu per satu. Matanya dipenuhi luka dan kekecewaan. Ia merasa telah dibohongi oleh anak-anaknya sendiri."Tapi Ibu tetap mengetahuinya, kan?" ujar Bu Siti lirih. "Seandainya kalian memberitahu sejak awal, mungkin Ibu bisa lebih siap.""Maafkan aku, Ibu. Aku harus menikahi Indah, bertanggung jawab atas kehamilannya. Esti mengusirku dari rumah," kata Haris perlah

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Bersandiwara

    "Erlin, Ibu ingin menginap di rumah Haris. Sejak pulang dari rumah sakit, Ibu belum bertemu dengannya," kata Bu Siti dengan suara penuh harap.Ucapan itu membuat Erlin tertegun. Ia menatap ibunya dengan ragu, sementara hatinya bergejolak. Bagaimana mungkin ia memberi tahu bahwa Haris telah diusir oleh Esti?Erlin melirik Indra, suaminya, yang juga tampak kebingungan. Keduanya saling bertukar pandang, mencari cara terbaik untuk merespons permintaan Bu Siti tanpa membuatnya terlalu terkejut."Bagaimana, Erlin? Apa kamu tidak mau mengantarkan Ibu ke rumah Haris?" tanya Bu Siti lagi, kali ini dengan nada yang lebih mendesak.Erlin menelan ludah. "I... iya, Bu. Nanti aku antar," jawabnya dengan suara sedikit gemetar.Tanpa membuang waktu, ia melangkah keluar rumah, mencari udara segar untuk menenangkan pikirannya. Dengan tangan gemetar, ia merogoh ponselnya dan segera menelepon Dewi, kakaknya. Ia butuh saran. Ia tak bisa menghadapi ini sendirian.Erlin pun segera menelepon Dewi. Jantungnya

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Dipermalukan

    Ruangan kembali sunyi. Semua orang tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Tapi kali ini, Syaiful, kakak Indah yang sejak tadi hanya diam dan mengamati, akhirnya membuka suara. "Tadi kamu bilang menikah siri nggak apa-apa, asalkan bersama Haris.” Syaiful tampak mengejek Indah.“Bagaimana dengan kandunganmu? Lama-lama akan semakin membesar." Suaranya tenang, tapi ada ketegasan di dalamnya. Indah terdiam. Ia mengelus perutnya yang mulai membuncit, wajahnya masih dipenuhi kesedihan.Pak Burhan menghela nafas panjang. Wajahnya penuh kekecewaan, sorot matanya tajam menatap Indah yang masih terisak. "Ayah sudah mengingatkanmu, Indah, jangan mengganggu suami orang. Ya, begini akibatnya." Indah meremas ujung dasternya, bibirnya bergetar, seolah ingin membela diri tapi tak ada kata yang sanggup ia keluarkan. Air matanya jatuh satu per satu, membasahi pipinya yang pucat. "Ayah, aku nggak pernah mau begini..." suaranya lirih. "Aku cuma mencintai Mas Haris..." "Cinta?" Bu Ratna mendengus

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Menemui Keluarga Indah

    Haris duduk di kursi dengan kepala tertunduk, jari-jarinya saling meremas, seolah mencoba mencari pegangan di tengah badai yang ia ciptakan sendiri. "Apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Deni dingin. Suasana ruang tamu terasa menyesakkan. Haris menghela napas berat sebelum menjawab dengan suara lirih, "Besok aku akan ke rumah Indah." "Kalau ibunya memaksa pesta pernikahan, bagaimana?" Deni melipat tangan di dada, ekspresinya tajam seperti pisau. Sebelum Haris sempat bicara, Dewi memutar bola matanya dan menyela dengan suara ketus. "Lebih baik uang untuk pesta kamu gunakan untuk kehidupanmu nanti. Gajimu sudah di bank, kan?" Haris mengangguk pelan. "Iya... Bahkan ATM-ku masih dipegang sama Esti." "Mas... Mas... Gimana sih? ATM dipegang Mbak Esti? Ya jelas buat biaya Mei dan Ais!" Erlin terkekeh sinis. "Kamu pikir Mbak Esti bakal diam aja setelah tahu suaminya selingkuh dan punya anak sama perempuan lain?" Haris terdiam. Nafasnya terasa berat. "Makanya, kalau mau berbuat

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Disalahkan

    "Ibu kalian yang egois." Dewi berkata dengan sinisnya. " Lihatlah, Esti. Anak-anakmu yang menjadi korban keegoisanmu.”Esti mendongak, menatap Dewi dengan tajam. Matanya sudah cukup bengkak karena menangis, tapi kini bukan kesedihan yang terpancar, melainkan kemarahan."Egois? Aku yang egois, Mbak?" Esti tertawa kecil, getir. "Aku yang diselingkuhi, aku yang dikhianati, dan sekarang aku juga yang disalahkan?"Dewi mendengus. "Kalau kamu lebih sabar, lebih mengalah, mungkin rumah tangga ini masih bisa dipertahankan."Mei menoleh ke budenya dengan ekspresi bingung. "Jadi Ibu yang salah, Bude?”Esti mengelus kepala Ais yang masih memeluknya erat. "Nak, kalian dengar baik-baik. Ibu sudah berusaha bertahan selama ini, tapi Ayah kalian yang tidak memilih kita."Haris menghembuskan napas berat. "Ayah tetap ingin jadi ayah buat kalian."Mei menatap ayahnya dengan mata yang berkilat karena air mata. "Tapi Ayah juga ayah untuk anaknya Tante Indah, kan?"Haris terdiam. Tak ada jawaban yang bisa

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Bertanggung Jawab

    Ibunya Indah terlihat lega, sementara ayahnya menatapnya dengan tajam. "Indah, jangan mempermalukan diri sendiri. Kita sudah cukup dipermalukan."Indah menggeleng keras, lalu menatap Haris dengan mata memohon. "Mas Haris, aku nggak mau pergi. Aku mau tetap di sini bersamamu. Aku nggak peduli menikah siri atau resmi, aku cuma ingin kita tetap bersama!"Esti, yang sejak tadi menahan emosinya, akhirnya tertawa sinis. "Indah, kamu nggak punya malu, ya? Masih ngotot mau tinggal di rumah ini, setelah semua yang terjadi?”"Aku mengandung anaknya! Aku berhak tinggal di sini!" Indah berteriak.PLAK!Tiba-tiba, ayahnya Indah menampar pipi Indah dengan keras. Semua orang terkejut."Diam, Indah!" Ayahnya berseru, suaranya bergetar karena emosi. "Kamu sudah membuat kami malu! Jangan tambah lagi! Kamu pikir bisa datang ke rumah istri sah, merebut suaminya, lalu seenaknya menginjak harga diri orang lain?”Indah memegang pipinya yang memerah. Tangisnya semakin pecah, tapi kali ini bukan hanya karena

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status