Share

Sakit

Author: YuRa
last update Huling Na-update: 2025-03-25 19:17:49

“Hamil?” tanya Haris, ia syok mendengar kata-kata Indah.

“Iya, Mas. Aku hamil, sudah tujuh Minggu.”

“Kenapa kamu sampai hamil? Seharusnya kamu itu pakai KB, aku kan sudah mengingatkanmu.” Haris marah pada Indah. Ia sangat gusar, bingung mau melakukan apa setelah tahu Indah hamil.

Indah hanya diam saja, ia kesal karena dimarahi oleh Haris.

“Jangan-jangan kamu sengaja, supaya punya anak dariku,” sindir Haris.

“Aku pikir Mas mau menikahiku, ternyata selama ini hanya memanfaatkanku saja. Hanya mencari kepuasan denganku.” Indah berkata dengan mata berkaca-kaca.

“Aku tidak pernah menjanjikan pernikahan denganmu. Aku pernah bilang sama kamu, kalau aku akan mencukupi semua kebutuhanmu, tapi tidak bisa menikahimu. PNS tidak boleh memiliki dua istri!”

“Ceraikan saja Mbak Esti!” Indah berkata dengan tegas.

“Tidak semudah itu menceraikannya.”

“Tadi Mbak Esti mempersilahkan Mas menikah denganku.” Indah berkata sambil tersenyum.

“Kamu pikir semudah itu Esti mengizinkan? Kamu tahu apa yang terjadi k
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Kedatangan Indah

    “Tumben kamu main kesini,” kata Dewi ketika melihat Indah berkunjung ke rumahnya.“Iya, Mbak.” Indah menjawab dengan pelan.“Sama siapa?”“Sendirian.”“Gimana kabar orang tuamu? Sehat?”“Alhamdulillah, Mbak.”“Anakmu, siapa namanya? Kelas berapa sekarang?”“Andre, Mbak. Sudah jelas enam. Fania baru lima tahun.”“Sebentar lagi mau SMP ya?” “Iya, Mbak.”“Kok diajak ngobrol terus, mau minum apa?” tanya Dewi.“Air putih saja, Mbak.” Dewi pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke dapur untuk mengambil air putih. “Silahkan diminum, hanya air putih saja,” kata Dewi sambil menyodorkan gelas berisi air putih.“Nggak apa-apa, Mbak. Terima kasih.” Indah mengambil gelas itu dan meminumnya. Ia tampak deg-degan karena mau mengabarkan sesuatu.“Mbak, aku datang kesini ada tujuannya. Ada sesuatu yang mau aku sampaikan,” kata Indah membuka pembicaraan.“Oh, apakah ada sesuatu yang serius?” tanya Dewi.Indah mengangguk, kemudian matanya berkaca-kaca.“Mbak, aku hamil.”Dewi kaget mendengar u

    Huling Na-update : 2025-03-26
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Nggak Ikhlas

    “Ibu?” Erlin tampak cemas dengan kondisi ibunya.“Minggir kamu!” bentak Erlin, karena Indah masih bersimpuh di kaki Siti. Dengan mengusap air mata, Indah pun menyingkir ke tempat lain.“Telepon dokter Fajar sekarang!” Perintah Dewi pada Erlin.Erlin segera mengambil ponselnya dan menelpon dokter Fajar. “Kebetulan dokter Fajar sedang di jalan, dan segera menuju ke sini,” kata Erlin setelah mengakhiri panggilan telepon.“Ibu, Ibu.” Erlin memanggil ibunya, sepertinya Siti pingsan.Indah masih termangu dengan kejadian ini, ia merasa bersalah. Tapi ia kesal dengan ucapan Siti tadi.“Kalau sampai terjadi apa-apa dengan ibunya Mas Haris, pasti mereka semua akan semakin membenciku. Apa yang harus aku lakukan?” kata Indah dalam hati.Tak berapa lama, dokter Fajar pun datang. Ia segera memeriksa Siti dengan teliti.“Di bawa ke rumah sakit saja, ya? Biar saya telpon ambulan,” kata dokter Fajar. Tanpa menunggu persetujuan dari keluarga, dokter Fajar langsung menelpon ambulan.Erlin tampak menang

    Huling Na-update : 2025-03-27
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Di Rumah Sakit

    “Pas senang-senang sama selingkuhan, giliran sakit balik ke aku lagi! Tadi malam menemui Indah kan? Merencanakan sesuatu untuk masa depan kalian ya? Kalian berdua sangat kejam, menusukku dari belakang. Kenapa nggak minta Indah yang menemanimu disini? Kalau aku nggak mikir bakti seorang istri, aku nggak bakal nungguin kamu disini.”Emosi Esti sudah memuncak, gara-gara Haris menuduhnya menyembunyikan ponsel. Haris hanya terdiam, sepertinya ia merasa bersalah karena sudah membuat Esti emosi. Nafas Esti masih naik turun karena emosi. Esti pun keluar dari kamar Haris, ia ingin mencari udara segar untuk menenangkan emosinya. Esti duduk di taman depan kamar Haris. Ia hanya diam memikirkan semuanya, tanpa disadari, air mata menetes di pipinya. Dengan segera ia menghapus air mata itu.Ia tidak menyangka kalau kehidupan rumah tangganya akan seperti ini. Biasanya ia hanya menonton drama kehidupan orang lain, sekarang dia sendiri pemeran utamanya.“Bu,” panggil seseorang. Esti kaget dan ia pun

    Huling Na-update : 2025-03-28
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Pakaian Biduan

    “Bu, lihatlah pakaian Tante Indah. Terlalu ketat, nggak punya malu ya?” kata Mei anak pertama Esti.Esti yang sedang asyik memainkan ponselnya langsung menoleh ke arah Mei. Ia tampak mengernyitkan dahi.“Ada apa, Mei?” tanya Esti, ia tidak begitu mendengar yang dibicarakan oleh Mei.“Itu lho Bu, Tante Indah pakai kaos ketat terus celana yang pendek sekali. Kayak orang mau senam aerobik di studio saja. Apa dia nggak risih ya?”“Masa sih?” “Benar, Bu. Padahal dulu Tante Indah nggak kayak gitu lho.”Esti penasaran dengan ucapan Mei, ia pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke ruang studio yang letaknya di sebelah rumahnya.Suasana studio tampak ramai, semua kru ada disini. Studio ini cukup luas, untuk latihan dan menyimpan peralatan musik, juga sound sistem sebuah orgen tunggal. Indah dan para kru sedang latihan bernyanyi. Besok mereka ada jadwal manggung di acara pernikahan. “Eh, Mbak Esti,” sapa Indah dengan suara serak-serak basah. Ia tersenyum dan mendekati Esti kemudian m

    Huling Na-update : 2025-02-28
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Menghina Orang Tua

    Drtt…drtt… Terdengar suara ponsel Haris berdering. Esti masih belum bisa tidur, ia diam pura-pura tidur, ingin tahu bagaimana reaksi Haris. Haris bangun dan meraih ponselnya, ia menatap ke arah Esti. Ia berpikiran kalau Esti sudah tidur.Sebuah pesan yang masuk ke ponsel Haris, dengan perlahan ia membuka pesan itu. Jantungnya berdetak dengan kencang membaca pesan itu. Kemudian ia merebahkan tubuhnya lagi di sebelah Esti. Ia tampak bimbang setelah membaca pesan itu. Esti tahu kalau Haris gelisah karena Haris tidak bisa diam tubuhnya. Beberapa kali Haris membalikkan badannya. “Apa yang kamu pikirkan Mas? Apakah ada sesuatu yang kamu sembunyikan?” kata Esti dalam hati. Ia masih mengamati apa yang akan dilakukan oleh Haris.Sementara itu, Haris sudah berniat untuk keluar rumah, menemui orang yang mengirim pesan padanya. Haris hendak bangun, tapi ia mengurungkan niatnya, karena Esti membalikkan badan dan memeluk Haris dari belakang.“Aduh kenapa Esti malah memelukku?” Haris menjadi kesal

    Huling Na-update : 2025-02-28
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Tentang Pakaian

    “Santi…” Winda tidak melanjutkan ucapannya.“Santi kenapa?” selidik Esti.“Santi kecentilan menggoda Rendi,” kata Winda dengan pelan.Esti tersenyum ke arah Irfan, rupanya Irfan juga tersenyum mendengar ucapan Winda.“Oalah, masalah laki-laki ya?” Irfan tertawa kecil, membuat Winda memerah pipinya karena malu.“Aku nggak menggoda Rendi, Rendi yang datang mendekati mejaku. Ia menanyakan tugas kelompok,” kilah Santi.“Winda, kalau kamu kesal masalah itu, jangan dikaitkan dengan orang tua Santi. Itu sangat menyakiti hati Santi. Kamu mau kalau orang tuamu dihina oleh orang lain?” Esti mulai berbicara dengan lembut.Winda menggelengkan kepalanya. Esti pun berbicara panjang lebar untuk mendamaikan Santi dan Winda. Bagaimanapun juga mereka berdua adalah remaja yang sedang puber dan mencari jati diri, jadi sedikit permasalahan saja akan membuat mereka ribut. Apalagi kalau masalah asmara.“Jangan diulangi lagi ya, Winda? Jangan menghina orang tua teman-temanmu.” Esti mengingatkan Winda,” dan

    Huling Na-update : 2025-02-28
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Ghibah

    “Biasa, Mas. Toni sedang buntu, butuh suntikan dana untuk bertahan hidup,” kata Indah menggoda Toni.“Jangan buka kartu dong, kan ketahuan kalau dompetku melompong.” Toni mengimbangi ucapan Indah, supaya Haris tidak curiga. Haris hanya tersenyum melihat kru dan biduannya yang saling mengeluarkan celetukan.“Bukannya manggung kemarin sudah dapat?” tanya Haris.“Namanya juga manusia, Bos. Banyak kebutuhan dan keinginan,” sahut Toni. Belum sempat Haris menjawab, ada seseorang memanggilnya.“Ayah!” teriak Ais yang berlari mendekati Haris.“Iya, sayang,” sambut Haris sambil memeluk tubuh anak bungsunya itu.“Ayo, Yah, Ais mau nunjukin sesuatu,” ajak Ais sambil menarik tangan ayahnya.“Oke.” Haris pun mengikuti langkah kaki Ais untuk masuk menuju rumah mereka.Indah tampak kesal, belum sempat ia menggoda Haris, malah Haris pergi. Toni tersenyum melihat Indah yang kecewa.“Cie…cie, ada yang kecewa,” bisik Toni menggoda Indah.Sementara itu, di dalam rumah ada Esti dan Mei yang sedang sibuk d

    Huling Na-update : 2025-02-28
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Jangan Main Api

    “Apa yang kamu bicarakan dengan Indah?” tanya Haris ketika mereka sedang duduk santai di ruang keluarga menemani Ais yang asyik bermain.Esti yang dari tadi matanya tertuju ke layar televisi langsung menoleh ke arah Haris dengan penuh tanda tanya.“Kok Mas tahu kalau aku ngobrol dengan Indah? Oh, Indah mengadu sama kamu ya? Ngomong apa aja? Sesuai dengan yang aku bicarakan dengannya atau ada yang dikurangi dan ditambahi?’ Esti langsung memberondong Haris dengan beberapa pertanyaan yang membuat Haris kaget dan gugup.“E-enggak, Indah nggak ngomong apa-apa sama aku,” jawab Haris dengan gugup.“Aduh, kok aku nggak kepikiran kalau Esti bakal mencecarku dengan banyak pertanyaan,” kata Haris dalam hati menyadari kebodohannya.“Jujur saja, Mas. Jangan bohong! Indah mengadu padamu kan? Terus kamu lebih percaya sama aku atau Indah?”“Sudahlah, nggak usah dibahas.” Haris berusaha mengalihkan pembicaraan.“Enggak bisa, Mas yang memulainya. Harus diselesaikan, apa yang Indah bicarakan? Kapan Inda

    Huling Na-update : 2025-02-28

Pinakabagong kabanata

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Di Rumah Sakit

    “Pas senang-senang sama selingkuhan, giliran sakit balik ke aku lagi! Tadi malam menemui Indah kan? Merencanakan sesuatu untuk masa depan kalian ya? Kalian berdua sangat kejam, menusukku dari belakang. Kenapa nggak minta Indah yang menemanimu disini? Kalau aku nggak mikir bakti seorang istri, aku nggak bakal nungguin kamu disini.”Emosi Esti sudah memuncak, gara-gara Haris menuduhnya menyembunyikan ponsel. Haris hanya terdiam, sepertinya ia merasa bersalah karena sudah membuat Esti emosi. Nafas Esti masih naik turun karena emosi. Esti pun keluar dari kamar Haris, ia ingin mencari udara segar untuk menenangkan emosinya. Esti duduk di taman depan kamar Haris. Ia hanya diam memikirkan semuanya, tanpa disadari, air mata menetes di pipinya. Dengan segera ia menghapus air mata itu.Ia tidak menyangka kalau kehidupan rumah tangganya akan seperti ini. Biasanya ia hanya menonton drama kehidupan orang lain, sekarang dia sendiri pemeran utamanya.“Bu,” panggil seseorang. Esti kaget dan ia pun

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Nggak Ikhlas

    “Ibu?” Erlin tampak cemas dengan kondisi ibunya.“Minggir kamu!” bentak Erlin, karena Indah masih bersimpuh di kaki Siti. Dengan mengusap air mata, Indah pun menyingkir ke tempat lain.“Telepon dokter Fajar sekarang!” Perintah Dewi pada Erlin.Erlin segera mengambil ponselnya dan menelpon dokter Fajar. “Kebetulan dokter Fajar sedang di jalan, dan segera menuju ke sini,” kata Erlin setelah mengakhiri panggilan telepon.“Ibu, Ibu.” Erlin memanggil ibunya, sepertinya Siti pingsan.Indah masih termangu dengan kejadian ini, ia merasa bersalah. Tapi ia kesal dengan ucapan Siti tadi.“Kalau sampai terjadi apa-apa dengan ibunya Mas Haris, pasti mereka semua akan semakin membenciku. Apa yang harus aku lakukan?” kata Indah dalam hati.Tak berapa lama, dokter Fajar pun datang. Ia segera memeriksa Siti dengan teliti.“Di bawa ke rumah sakit saja, ya? Biar saya telpon ambulan,” kata dokter Fajar. Tanpa menunggu persetujuan dari keluarga, dokter Fajar langsung menelpon ambulan.Erlin tampak menang

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Kedatangan Indah

    “Tumben kamu main kesini,” kata Dewi ketika melihat Indah berkunjung ke rumahnya.“Iya, Mbak.” Indah menjawab dengan pelan.“Sama siapa?”“Sendirian.”“Gimana kabar orang tuamu? Sehat?”“Alhamdulillah, Mbak.”“Anakmu, siapa namanya? Kelas berapa sekarang?”“Andre, Mbak. Sudah jelas enam. Fania baru lima tahun.”“Sebentar lagi mau SMP ya?” “Iya, Mbak.”“Kok diajak ngobrol terus, mau minum apa?” tanya Dewi.“Air putih saja, Mbak.” Dewi pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke dapur untuk mengambil air putih. “Silahkan diminum, hanya air putih saja,” kata Dewi sambil menyodorkan gelas berisi air putih.“Nggak apa-apa, Mbak. Terima kasih.” Indah mengambil gelas itu dan meminumnya. Ia tampak deg-degan karena mau mengabarkan sesuatu.“Mbak, aku datang kesini ada tujuannya. Ada sesuatu yang mau aku sampaikan,” kata Indah membuka pembicaraan.“Oh, apakah ada sesuatu yang serius?” tanya Dewi.Indah mengangguk, kemudian matanya berkaca-kaca.“Mbak, aku hamil.”Dewi kaget mendengar u

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Sakit

    “Hamil?” tanya Haris, ia syok mendengar kata-kata Indah.“Iya, Mas. Aku hamil, sudah tujuh Minggu.”“Kenapa kamu sampai hamil? Seharusnya kamu itu pakai KB, aku kan sudah mengingatkanmu.” Haris marah pada Indah. Ia sangat gusar, bingung mau melakukan apa setelah tahu Indah hamil.Indah hanya diam saja, ia kesal karena dimarahi oleh Haris.“Jangan-jangan kamu sengaja, supaya punya anak dariku,” sindir Haris.“Aku pikir Mas mau menikahiku, ternyata selama ini hanya memanfaatkanku saja. Hanya mencari kepuasan denganku.” Indah berkata dengan mata berkaca-kaca.“Aku tidak pernah menjanjikan pernikahan denganmu. Aku pernah bilang sama kamu, kalau aku akan mencukupi semua kebutuhanmu, tapi tidak bisa menikahimu. PNS tidak boleh memiliki dua istri!”“Ceraikan saja Mbak Esti!” Indah berkata dengan tegas.“Tidak semudah itu menceraikannya.”“Tadi Mbak Esti mempersilahkan Mas menikah denganku.” Indah berkata sambil tersenyum.“Kamu pikir semudah itu Esti mengizinkan? Kamu tahu apa yang terjadi k

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Ocehan Ais

    Pulang dari kantor, Haris tampak biasa saja. Ia masih menyapa Mei dan Ais, tapi Mei tampak enggan bermanis-manis muka di depan ayahnya. Ais langsung memeluk ayahnya. Haris tampak heran dengan Mei yang seperti mengabaikannya. Biasanya Mei yang selalu menyambut kepulangan ayahnya dari kantor. Tapi suasana hari ini tampak berbeda.“Mei kenapa? Kamu sakit?’ tanya Haris.Mei hanya menggelengkan kepala. “Kamu mau minta apa? I phone terbaru?’Lagi-lagi Mei menggelengkan kepala. Haris hanya menghela nafas panjang, bingung mau bertanya apa lagi. “Ayah, tadi Bunda Indah eh Tante Indah kesini.” Ucapan Ais membuat Haris tampak kaget, wajahnya menjadi pucat. Perubahan ekspresi wajah Haris tak luput dari pandangan Mei. Mei menatap sinis ke arah Haris, Haris yang kebetulan menatap Mei, langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.“O ya, sama siapa kesininya? Sama om-om kru ya?” sahut Haris dengan wajah yang dibuat tersenyum sambil menatap Ais. Walaupun dalam hatinya ketar-ketir.“Sendirian, ngobr

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Hamil

    “Aku pikir Mas sudah berubah semenjak kasus dulu. Ternyata benar kata orang, sekali selingkuh, pasti akan melakukan selingkuh lagi. Bodohnya aku, kenapa aku dulu memaafkanmu.” Haris masih terdiam, semua yang dikatakan Esti benar. Kalau ia menyangkalnya, pasti Esti akan semakin emosi.“Kalau aku melakukan kesalahan, seharusnya Mas bilang padaku. Aku akan berusaha untuk memperbaikinya. Bukannya malah mencari kepuasan diluar.” Esti berhenti sejenak, menghela nafas dan melanjutkan berbicara.“Seperti kejadian menyebut nama Indah, aku sudah mau melayani semua keinginanmu. Kapanpun Mas mau aku selalu mengiyakan. Apa aku kurang memuaskan? Kenapa Mas tega melakukan semua ini? Mas nggak berkaca pada kejadian yang menimpa keluargamu. Mbak Dewi dan Erlin keluarganya berantakan karena pihak ketiga. Dulu Mas ngomongin Mas Usman nggak punya hati, karena menyakiti Mbak Dewi. Ternyata malah kamu juga yang nggak punya hati.” Esti berkata dengan air mata yang tidak bisa dibendung lagi.“Aku akan menca

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Jangan Panggil Bunda

    “Ya sudah, aku pulang saja, daripada kalian nggak jadi makan.” Esti beranjak dari duduknya, kemudian memotret mereka berdua. Haris dan Indah sangat kaget, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya Esti keluar dari rumah makan itu, tak lupa ia mengambil pesanannya.“Masukkan ke tagihan meja no 5 ya?” kata Esti sambil menunjuk ke arah Haris dan Indah.“Baik, Bu.” Sang kasir menjawab sambil tersenyum.Esti melangkah dengan gontai, tak bisa dibayangkan bagaimana perasaan Esti sekarang. Semua menjadi satu. Apa yang ia takutkan selama ini benar-benar terjadi. Tapi ia tidak mau terpuruk, ada Mei dan Ais anak mereka yang perlu diperhatikan.Diperjalanan, Esti sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia pun menangis sesenggukan. Lebih baik ia menangis di mobil daripada menangis di rumah. Jangan sampai anak-anaknya tahu kalau ia menangis.Sampai di rumah, Esti langsung masuk ke kamar. Ia membuka lemari tempat dokumen dan surat-surat berharga. Ia menyimpan semua surat-surat berharga itu ke su

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Boleh Bergabung?

    “Nggak usah pakai tapi-tapian. Sekarang kamu harus lebih membuka pikiranmu. Jangan hanya cemburu tidak jelas seperti itu.”“Tidak jelas bagaimana, Mbak? Bahkan saat Mas Haris bercinta denganku, ia menyebut nama Indah.”Dewi tampak kaget dengan ucapan Esti.“Nggak usah mengada-ada kamu. Kenapa kamu ngotot sekali menuduh Haris selingkuh? Nggak usah aneh-aneh, pikirkan anak-anakmu.” Dewi berkata dengan tegas.Akhirnya Esti berpamitan pulang, ia sangat kecewa dengan tanggapan Dewi. Selama ini hubungan Dewi dan Esti memang dekat dan baik, karena itu mereka saling bertukar pikiran. Apalagi mereka sama-sama guru. Dewi sendiri seorang janda, dengan dua anak perempuan. Usman, mantan suami Dewi berselingkuh dengan kekasih yang dulu tidak direstui oleh orang tua Usman.Esti sengaja bercerita pada Dewi, dengan harapan Dewi bisa menasehati Haris. Bukannya malah menjatuhkan mental Esti dengan mengatakan Esti terlalu cemburu.Ketika mobil Esti keluar dari halaman rumah Dewi, tampak Erlin, adik bungs

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Terlalu Cemburu

    Sudah satu bulan sejak Haris salah sebut nama, sejak itu pula Esti selalu beralasan ketika Haris mengajak berhubungan. “Kenapa sih kamu selalu menghindar? Selalu saja ada alasan, sekarang alasanmu apa lagi?” tanya Haris dengan kesal.Esti hanya terdiam. Ia tahu kalau ia salah karena sudah menolak ajakan suaminya. Tapi hatinya sangat sakit ketika mengingat kejadian waktu itu.“Kamu itu istri durhaka dan Allah akan marah karena menolak ajakan suami. Apa yang akan kamu lakukan tidak berkah karena suami tidak ridho. Kalau seperti ini terus, bisa-bisa aku cari lagi.” Haris mendengus kesal. Nafsu sudah di ubun-ubun tapi Esti malah menghindar.“Silahkan kalau mau cari lagi,” sahut Esti dengan tenang.“Kamu menantangku? Masih banyak perempuan yang mau denganku. Aku masih gagah. Apa kamu pikir aku tidak mampu mencari perempuan lain?” ejek Haris sambil menatap sinis ke arah Esti.“Termasuk Indah? Apakah Indah yang akan kamu cari untuk melampiaskan nafsumu?” “Mengapa selalu kamu kait-kaitkan d

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status