Share

Kedatangan Indah

Author: YuRa
last update Last Updated: 2025-03-26 21:44:55

“Tumben kamu main kesini,” kata Dewi ketika melihat Indah berkunjung ke rumahnya.

“Iya, Mbak.” Indah menjawab dengan pelan.

“Sama siapa?”

“Sendirian.”

“Gimana kabar orang tuamu? Sehat?”

“Alhamdulillah, Mbak.”

“Anakmu, siapa namanya? Kelas berapa sekarang?”

“Andre, Mbak. Sudah jelas enam. Fania baru lima tahun.”

“Sebentar lagi mau SMP ya?”

“Iya, Mbak.”

“Kok diajak ngobrol terus, mau minum apa?” tanya Dewi.

“Air putih saja, Mbak.”

Dewi pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke dapur untuk mengambil air putih.

“Silahkan diminum, hanya air putih saja,” kata Dewi sambil menyodorkan gelas berisi air putih.

“Nggak apa-apa, Mbak. Terima kasih.” Indah mengambil gelas itu dan meminumnya. Ia tampak deg-degan karena mau mengabarkan sesuatu.

“Mbak, aku datang kesini ada tujuannya. Ada sesuatu yang mau aku sampaikan,” kata Indah membuka pembicaraan.

“Oh, apakah ada sesuatu yang serius?” tanya Dewi.

Indah mengangguk, kemudian matanya berkaca-kaca.

“Mbak, aku hamil.”

Dewi kaget mendengar u
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Nggak Ikhlas

    “Ibu?” Erlin tampak cemas dengan kondisi ibunya.“Minggir kamu!” bentak Erlin, karena Indah masih bersimpuh di kaki Siti. Dengan mengusap air mata, Indah pun menyingkir ke tempat lain.“Telepon dokter Fajar sekarang!” Perintah Dewi pada Erlin.Erlin segera mengambil ponselnya dan menelpon dokter Fajar. “Kebetulan dokter Fajar sedang di jalan, dan segera menuju ke sini,” kata Erlin setelah mengakhiri panggilan telepon.“Ibu, Ibu.” Erlin memanggil ibunya, sepertinya Siti pingsan.Indah masih termangu dengan kejadian ini, ia merasa bersalah. Tapi ia kesal dengan ucapan Siti tadi.“Kalau sampai terjadi apa-apa dengan ibunya Mas Haris, pasti mereka semua akan semakin membenciku. Apa yang harus aku lakukan?” kata Indah dalam hati.Tak berapa lama, dokter Fajar pun datang. Ia segera memeriksa Siti dengan teliti.“Di bawa ke rumah sakit saja, ya? Biar saya telpon ambulan,” kata dokter Fajar. Tanpa menunggu persetujuan dari keluarga, dokter Fajar langsung menelpon ambulan.Erlin tampak menang

    Last Updated : 2025-03-27
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Di Rumah Sakit

    “Pas senang-senang sama selingkuhan, giliran sakit balik ke aku lagi! Tadi malam menemui Indah kan? Merencanakan sesuatu untuk masa depan kalian ya? Kalian berdua sangat kejam, menusukku dari belakang. Kenapa nggak minta Indah yang menemanimu disini? Kalau aku nggak mikir bakti seorang istri, aku nggak bakal nungguin kamu disini.”Emosi Esti sudah memuncak, gara-gara Haris menuduhnya menyembunyikan ponsel. Haris hanya terdiam, sepertinya ia merasa bersalah karena sudah membuat Esti emosi. Nafas Esti masih naik turun karena emosi. Esti pun keluar dari kamar Haris, ia ingin mencari udara segar untuk menenangkan emosinya. Esti duduk di taman depan kamar Haris. Ia hanya diam memikirkan semuanya, tanpa disadari, air mata menetes di pipinya. Dengan segera ia menghapus air mata itu.Ia tidak menyangka kalau kehidupan rumah tangganya akan seperti ini. Biasanya ia hanya menonton drama kehidupan orang lain, sekarang dia sendiri pemeran utamanya.“Bu,” panggil seseorang. Esti kaget dan ia pun

    Last Updated : 2025-03-28
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Pelaku Pengkhianatan

    Keluar dari kamar perawatan ibunya, dari kejauhan Erlin melihat seseorang yang sangat ia kenal.“Ah mungkin hanya mirip saja. Lagipula ngapain Mei ada disini,” kata Erlin dalam hati. Ia pun melanjutkan langkahnya keluar dari rumah sakit.“Apakah aku mampir ke rumah Mas Haris ya, untuk memberitahu mereka,” kata Erlin dalam hati. Ia pun memutuskan untuk mampir ke rumah Haris, ingin memberitahu kalau sang Ibu dirawat dirumah sakit. Sampai di depan rumah Haris, rumah tampak sepi. Berkali-kali ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam, tapi tidak ada jawaban dari dalam rumah. ia pun sempat mengintip melalui jendela, tapi ternyata tertutup oleh hordeng.“Apakah mungkin mereka pergi ya? Lampu-lampu luar juga sudah dihidupkan, berarti mereka sedang keluar rumah,” kata Erlin dalam hati. “Tapi kenapa Mas Haris dan Mbak Esti susah dihubungi ya? Apakah mereka pergi ke daerah yang tidak ada sinyalnya?” Pikiran Erlin dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Dengan hasil nihil, ia pun meninggalkan rumah

    Last Updated : 2025-03-29
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Nekat

    Kemudian meluncurlah kata demi kata dari mulut Erlin, yang terangkai dalam sebuah cerita. Cerita tentang kejadian kemarin, secara detail Erlin menceritakannya. Deni dan Umi syok mendengar cerita Erlin.“Dari kemarin Mas Haris dihubungi nggak bisa, Mbak Esti juga. Kemarin sebelum pulang aku mampir ke rumahnya, tapi nggak ada orang, sepertinya mereka sedang pergi,” kata Erlin.“Kamu tahu Haris kemana?” tanya Deni.Erlin menggelengkan kepalanya.“Dia dirawat di kamar sebelah, tadi malam Esti dan anak-anak menginap di rumah sakit.”“Kok Mas Deni tahu?”“Tadi pas kesini, aku melihat Mei dan Ais. Aku tanya mereka, dan mereka menjelaskannya.”“Kasihan Mbak Esti ya? Pasti dia lelah jiwa raga karena ulah Mas Haris.”“Ehem!” Semua yang di kamar itu kaget mendengar orang berdehem.“Aku sudah mendengarkan semuanya,” kata Esti, kemudian berjalan masuk ke dalam. Dari tadi Esti memang berdiri di depan pintu, kebetulan pintu tidak tertutup rapat. Jadi pembicaraan orang di dalam kamar bisa terdengar d

    Last Updated : 2025-03-30
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Penyesalan Tak Berarti

    “Bisa nggak kalau nanya itu pakai nada yang sedikit lembut? Kok akhir-akhir ini Mas selalu berkata ketus padaku. Kalau kamu masih kayak gitu juga, aku tinggal! Biar kamu sendirian disini.” Esti langsung ngomel panjang lebar. “Maaf,” kata Haris dengan pelan.“Aku dari kamar sebelah. Ibu dirawat karena serangan jantung.”“Ibu? Ibuku?”“Iya, tadi Mas Deni dan Mbak Umi kesini, tapi Mas sedang tidur. Sekarang mereka ada di kamar sebelah.”“Kok bisa serangan jantung?”“Gara-gara Indah!” Esti berkata sambil menatap tajam ke arah Haris.“Kamu jangan mengada-ada.” Haris seperti tidak terima dengan tuduhan Esti.“Kamu nggak percaya kan betapa nekatnya Indah? Dia datang ke rumah Mbak Dewi, ternyata Ibu dan Erlin kesana. Nah kesempatan itu dimanfaatkan oleh Indah. Ia mengadu sama Ibu kalau ia hamil. Tentu saja Ibu syok, dan langsung pingsan.” Esti menjelaskan.Haris terdiam mendengar cerita Esti.Tiba-tiba pintu terbuka, ternyata Erlin yang masuk ke dalam kamar.“Bagaimana kondisi Ibu?” tanya Ha

    Last Updated : 2025-03-31
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Pakaian Biduan

    “Bu, lihatlah pakaian Tante Indah. Terlalu ketat, nggak punya malu ya?” kata Mei anak pertama Esti.Esti yang sedang asyik memainkan ponselnya langsung menoleh ke arah Mei. Ia tampak mengernyitkan dahi.“Ada apa, Mei?” tanya Esti, ia tidak begitu mendengar yang dibicarakan oleh Mei.“Itu lho Bu, Tante Indah pakai kaos ketat terus celana yang pendek sekali. Kayak orang mau senam aerobik di studio saja. Apa dia nggak risih ya?”“Masa sih?” “Benar, Bu. Padahal dulu Tante Indah nggak kayak gitu lho.”Esti penasaran dengan ucapan Mei, ia pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke ruang studio yang letaknya di sebelah rumahnya.Suasana studio tampak ramai, semua kru ada disini. Studio ini cukup luas, untuk latihan dan menyimpan peralatan musik, juga sound sistem sebuah orgen tunggal. Indah dan para kru sedang latihan bernyanyi. Besok mereka ada jadwal manggung di acara pernikahan. “Eh, Mbak Esti,” sapa Indah dengan suara serak-serak basah. Ia tersenyum dan mendekati Esti kemudian m

    Last Updated : 2025-02-28
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Menghina Orang Tua

    Drtt…drtt… Terdengar suara ponsel Haris berdering. Esti masih belum bisa tidur, ia diam pura-pura tidur, ingin tahu bagaimana reaksi Haris. Haris bangun dan meraih ponselnya, ia menatap ke arah Esti. Ia berpikiran kalau Esti sudah tidur.Sebuah pesan yang masuk ke ponsel Haris, dengan perlahan ia membuka pesan itu. Jantungnya berdetak dengan kencang membaca pesan itu. Kemudian ia merebahkan tubuhnya lagi di sebelah Esti. Ia tampak bimbang setelah membaca pesan itu. Esti tahu kalau Haris gelisah karena Haris tidak bisa diam tubuhnya. Beberapa kali Haris membalikkan badannya. “Apa yang kamu pikirkan Mas? Apakah ada sesuatu yang kamu sembunyikan?” kata Esti dalam hati. Ia masih mengamati apa yang akan dilakukan oleh Haris.Sementara itu, Haris sudah berniat untuk keluar rumah, menemui orang yang mengirim pesan padanya. Haris hendak bangun, tapi ia mengurungkan niatnya, karena Esti membalikkan badan dan memeluk Haris dari belakang.“Aduh kenapa Esti malah memelukku?” Haris menjadi kesal

    Last Updated : 2025-02-28
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Tentang Pakaian

    “Santi…” Winda tidak melanjutkan ucapannya.“Santi kenapa?” selidik Esti.“Santi kecentilan menggoda Rendi,” kata Winda dengan pelan.Esti tersenyum ke arah Irfan, rupanya Irfan juga tersenyum mendengar ucapan Winda.“Oalah, masalah laki-laki ya?” Irfan tertawa kecil, membuat Winda memerah pipinya karena malu.“Aku nggak menggoda Rendi, Rendi yang datang mendekati mejaku. Ia menanyakan tugas kelompok,” kilah Santi.“Winda, kalau kamu kesal masalah itu, jangan dikaitkan dengan orang tua Santi. Itu sangat menyakiti hati Santi. Kamu mau kalau orang tuamu dihina oleh orang lain?” Esti mulai berbicara dengan lembut.Winda menggelengkan kepalanya. Esti pun berbicara panjang lebar untuk mendamaikan Santi dan Winda. Bagaimanapun juga mereka berdua adalah remaja yang sedang puber dan mencari jati diri, jadi sedikit permasalahan saja akan membuat mereka ribut. Apalagi kalau masalah asmara.“Jangan diulangi lagi ya, Winda? Jangan menghina orang tua teman-temanmu.” Esti mengingatkan Winda,” dan

    Last Updated : 2025-02-28

Latest chapter

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Penyesalan Tak Berarti

    “Bisa nggak kalau nanya itu pakai nada yang sedikit lembut? Kok akhir-akhir ini Mas selalu berkata ketus padaku. Kalau kamu masih kayak gitu juga, aku tinggal! Biar kamu sendirian disini.” Esti langsung ngomel panjang lebar. “Maaf,” kata Haris dengan pelan.“Aku dari kamar sebelah. Ibu dirawat karena serangan jantung.”“Ibu? Ibuku?”“Iya, tadi Mas Deni dan Mbak Umi kesini, tapi Mas sedang tidur. Sekarang mereka ada di kamar sebelah.”“Kok bisa serangan jantung?”“Gara-gara Indah!” Esti berkata sambil menatap tajam ke arah Haris.“Kamu jangan mengada-ada.” Haris seperti tidak terima dengan tuduhan Esti.“Kamu nggak percaya kan betapa nekatnya Indah? Dia datang ke rumah Mbak Dewi, ternyata Ibu dan Erlin kesana. Nah kesempatan itu dimanfaatkan oleh Indah. Ia mengadu sama Ibu kalau ia hamil. Tentu saja Ibu syok, dan langsung pingsan.” Esti menjelaskan.Haris terdiam mendengar cerita Esti.Tiba-tiba pintu terbuka, ternyata Erlin yang masuk ke dalam kamar.“Bagaimana kondisi Ibu?” tanya Ha

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Nekat

    Kemudian meluncurlah kata demi kata dari mulut Erlin, yang terangkai dalam sebuah cerita. Cerita tentang kejadian kemarin, secara detail Erlin menceritakannya. Deni dan Umi syok mendengar cerita Erlin.“Dari kemarin Mas Haris dihubungi nggak bisa, Mbak Esti juga. Kemarin sebelum pulang aku mampir ke rumahnya, tapi nggak ada orang, sepertinya mereka sedang pergi,” kata Erlin.“Kamu tahu Haris kemana?” tanya Deni.Erlin menggelengkan kepalanya.“Dia dirawat di kamar sebelah, tadi malam Esti dan anak-anak menginap di rumah sakit.”“Kok Mas Deni tahu?”“Tadi pas kesini, aku melihat Mei dan Ais. Aku tanya mereka, dan mereka menjelaskannya.”“Kasihan Mbak Esti ya? Pasti dia lelah jiwa raga karena ulah Mas Haris.”“Ehem!” Semua yang di kamar itu kaget mendengar orang berdehem.“Aku sudah mendengarkan semuanya,” kata Esti, kemudian berjalan masuk ke dalam. Dari tadi Esti memang berdiri di depan pintu, kebetulan pintu tidak tertutup rapat. Jadi pembicaraan orang di dalam kamar bisa terdengar d

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Pelaku Pengkhianatan

    Keluar dari kamar perawatan ibunya, dari kejauhan Erlin melihat seseorang yang sangat ia kenal.“Ah mungkin hanya mirip saja. Lagipula ngapain Mei ada disini,” kata Erlin dalam hati. Ia pun melanjutkan langkahnya keluar dari rumah sakit.“Apakah aku mampir ke rumah Mas Haris ya, untuk memberitahu mereka,” kata Erlin dalam hati. Ia pun memutuskan untuk mampir ke rumah Haris, ingin memberitahu kalau sang Ibu dirawat dirumah sakit. Sampai di depan rumah Haris, rumah tampak sepi. Berkali-kali ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam, tapi tidak ada jawaban dari dalam rumah. ia pun sempat mengintip melalui jendela, tapi ternyata tertutup oleh hordeng.“Apakah mungkin mereka pergi ya? Lampu-lampu luar juga sudah dihidupkan, berarti mereka sedang keluar rumah,” kata Erlin dalam hati. “Tapi kenapa Mas Haris dan Mbak Esti susah dihubungi ya? Apakah mereka pergi ke daerah yang tidak ada sinyalnya?” Pikiran Erlin dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Dengan hasil nihil, ia pun meninggalkan rumah

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Di Rumah Sakit

    “Pas senang-senang sama selingkuhan, giliran sakit balik ke aku lagi! Tadi malam menemui Indah kan? Merencanakan sesuatu untuk masa depan kalian ya? Kalian berdua sangat kejam, menusukku dari belakang. Kenapa nggak minta Indah yang menemanimu disini? Kalau aku nggak mikir bakti seorang istri, aku nggak bakal nungguin kamu disini.”Emosi Esti sudah memuncak, gara-gara Haris menuduhnya menyembunyikan ponsel. Haris hanya terdiam, sepertinya ia merasa bersalah karena sudah membuat Esti emosi. Nafas Esti masih naik turun karena emosi. Esti pun keluar dari kamar Haris, ia ingin mencari udara segar untuk menenangkan emosinya. Esti duduk di taman depan kamar Haris. Ia hanya diam memikirkan semuanya, tanpa disadari, air mata menetes di pipinya. Dengan segera ia menghapus air mata itu.Ia tidak menyangka kalau kehidupan rumah tangganya akan seperti ini. Biasanya ia hanya menonton drama kehidupan orang lain, sekarang dia sendiri pemeran utamanya.“Bu,” panggil seseorang. Esti kaget dan ia pun

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Nggak Ikhlas

    “Ibu?” Erlin tampak cemas dengan kondisi ibunya.“Minggir kamu!” bentak Erlin, karena Indah masih bersimpuh di kaki Siti. Dengan mengusap air mata, Indah pun menyingkir ke tempat lain.“Telepon dokter Fajar sekarang!” Perintah Dewi pada Erlin.Erlin segera mengambil ponselnya dan menelpon dokter Fajar. “Kebetulan dokter Fajar sedang di jalan, dan segera menuju ke sini,” kata Erlin setelah mengakhiri panggilan telepon.“Ibu, Ibu.” Erlin memanggil ibunya, sepertinya Siti pingsan.Indah masih termangu dengan kejadian ini, ia merasa bersalah. Tapi ia kesal dengan ucapan Siti tadi.“Kalau sampai terjadi apa-apa dengan ibunya Mas Haris, pasti mereka semua akan semakin membenciku. Apa yang harus aku lakukan?” kata Indah dalam hati.Tak berapa lama, dokter Fajar pun datang. Ia segera memeriksa Siti dengan teliti.“Di bawa ke rumah sakit saja, ya? Biar saya telpon ambulan,” kata dokter Fajar. Tanpa menunggu persetujuan dari keluarga, dokter Fajar langsung menelpon ambulan.Erlin tampak menang

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Kedatangan Indah

    “Tumben kamu main kesini,” kata Dewi ketika melihat Indah berkunjung ke rumahnya.“Iya, Mbak.” Indah menjawab dengan pelan.“Sama siapa?”“Sendirian.”“Gimana kabar orang tuamu? Sehat?”“Alhamdulillah, Mbak.”“Anakmu, siapa namanya? Kelas berapa sekarang?”“Andre, Mbak. Sudah jelas enam. Fania baru lima tahun.”“Sebentar lagi mau SMP ya?” “Iya, Mbak.”“Kok diajak ngobrol terus, mau minum apa?” tanya Dewi.“Air putih saja, Mbak.” Dewi pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke dapur untuk mengambil air putih. “Silahkan diminum, hanya air putih saja,” kata Dewi sambil menyodorkan gelas berisi air putih.“Nggak apa-apa, Mbak. Terima kasih.” Indah mengambil gelas itu dan meminumnya. Ia tampak deg-degan karena mau mengabarkan sesuatu.“Mbak, aku datang kesini ada tujuannya. Ada sesuatu yang mau aku sampaikan,” kata Indah membuka pembicaraan.“Oh, apakah ada sesuatu yang serius?” tanya Dewi.Indah mengangguk, kemudian matanya berkaca-kaca.“Mbak, aku hamil.”Dewi kaget mendengar u

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Sakit

    “Hamil?” tanya Haris, ia syok mendengar kata-kata Indah.“Iya, Mas. Aku hamil, sudah tujuh Minggu.”“Kenapa kamu sampai hamil? Seharusnya kamu itu pakai KB, aku kan sudah mengingatkanmu.” Haris marah pada Indah. Ia sangat gusar, bingung mau melakukan apa setelah tahu Indah hamil.Indah hanya diam saja, ia kesal karena dimarahi oleh Haris.“Jangan-jangan kamu sengaja, supaya punya anak dariku,” sindir Haris.“Aku pikir Mas mau menikahiku, ternyata selama ini hanya memanfaatkanku saja. Hanya mencari kepuasan denganku.” Indah berkata dengan mata berkaca-kaca.“Aku tidak pernah menjanjikan pernikahan denganmu. Aku pernah bilang sama kamu, kalau aku akan mencukupi semua kebutuhanmu, tapi tidak bisa menikahimu. PNS tidak boleh memiliki dua istri!”“Ceraikan saja Mbak Esti!” Indah berkata dengan tegas.“Tidak semudah itu menceraikannya.”“Tadi Mbak Esti mempersilahkan Mas menikah denganku.” Indah berkata sambil tersenyum.“Kamu pikir semudah itu Esti mengizinkan? Kamu tahu apa yang terjadi k

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Ocehan Ais

    Pulang dari kantor, Haris tampak biasa saja. Ia masih menyapa Mei dan Ais, tapi Mei tampak enggan bermanis-manis muka di depan ayahnya. Ais langsung memeluk ayahnya. Haris tampak heran dengan Mei yang seperti mengabaikannya. Biasanya Mei yang selalu menyambut kepulangan ayahnya dari kantor. Tapi suasana hari ini tampak berbeda.“Mei kenapa? Kamu sakit?’ tanya Haris.Mei hanya menggelengkan kepala. “Kamu mau minta apa? I phone terbaru?’Lagi-lagi Mei menggelengkan kepala. Haris hanya menghela nafas panjang, bingung mau bertanya apa lagi. “Ayah, tadi Bunda Indah eh Tante Indah kesini.” Ucapan Ais membuat Haris tampak kaget, wajahnya menjadi pucat. Perubahan ekspresi wajah Haris tak luput dari pandangan Mei. Mei menatap sinis ke arah Haris, Haris yang kebetulan menatap Mei, langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.“O ya, sama siapa kesininya? Sama om-om kru ya?” sahut Haris dengan wajah yang dibuat tersenyum sambil menatap Ais. Walaupun dalam hatinya ketar-ketir.“Sendirian, ngobr

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Hamil

    “Aku pikir Mas sudah berubah semenjak kasus dulu. Ternyata benar kata orang, sekali selingkuh, pasti akan melakukan selingkuh lagi. Bodohnya aku, kenapa aku dulu memaafkanmu.” Haris masih terdiam, semua yang dikatakan Esti benar. Kalau ia menyangkalnya, pasti Esti akan semakin emosi.“Kalau aku melakukan kesalahan, seharusnya Mas bilang padaku. Aku akan berusaha untuk memperbaikinya. Bukannya malah mencari kepuasan diluar.” Esti berhenti sejenak, menghela nafas dan melanjutkan berbicara.“Seperti kejadian menyebut nama Indah, aku sudah mau melayani semua keinginanmu. Kapanpun Mas mau aku selalu mengiyakan. Apa aku kurang memuaskan? Kenapa Mas tega melakukan semua ini? Mas nggak berkaca pada kejadian yang menimpa keluargamu. Mbak Dewi dan Erlin keluarganya berantakan karena pihak ketiga. Dulu Mas ngomongin Mas Usman nggak punya hati, karena menyakiti Mbak Dewi. Ternyata malah kamu juga yang nggak punya hati.” Esti berkata dengan air mata yang tidak bisa dibendung lagi.“Aku akan menca

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status