Share

Bab 3 Menjadikanya 'Istri'

last update Last Updated: 2024-11-17 00:21:28

Fen Rou mengerutkan keningnya tidak mengerti, baru saja dia hendak membuka mulut untuk bertanya. Xuanqing justru sudah menjauh dan masuk ke dalam kereta kuda.

Ye Xuanqing membawa si perempuan muda ke dalam kereta kuda. Dengan telaten dia mengobati luka-luka ditubuh perempuan itu. Hal pertama yang ada di kepala Xuanqing saat ini hanyalah menyelamatkan nyawa perempuan didepannya.

"Luka-luka separah ini, dia masih hidup saja sudah sangat beruntung." Xuanqing menatap miris ke arah perempuan yang sekujur tubuhnya penuh luka itu.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih dua jam lamanya, akhirnya Xuanqing berhasil menghentikan perdarahan pada luka-luka perempuan tadi. Dia juga memastikan kalau perempuan tadi masih bernafas dengan baik.

"Kita berangkat menuju Kota Shinjing sekarang!" seru Xuanqing begitu dia keluar dari kereta kuda.

"Kota Shinjing, tapi kenapa Adipati? Kita harus segera kembali ke Kota Fanlan bukan?" Tanya Fen Rou memastikan kembali perintah sang Adipati.

Ye Xuanqing menatap datar ke arah penasehatnya. "Fen Rou, jika aku mengatakan untuk kembali ke Kota Shinjing maka kita akan ke sana. Kenapa kau banyak sekali bicara?"

"Bu-bukan begitu Adipati, hanya saja seharusnya kita segera kembali ke Ibu Kota. Jika kita singgah di Kota Shinjing terlebih dahulu, takutnya akan menyita banyak waktu." Fen Rou berusaha menjelaskan situasi. Jujur penasehat itu takut Xuanqing akan melanggar perintah Ibu Suri untuk segera kembali ke Ibu Kota Kekaisaran, yakni Kota Fanlan.

"Lalu apa kau bisa menjamin keselamatan perempuan tadi jika kita memaksakan diri untuk segera sampai di Kota Fanlan? Perempuan itu terluka parah, dan Kota Shinjing adalah kota terdekat yang bisa kita singgahi."

Xuanqing memberikan penekanan pada kalimatnya. Dia juga memberi jeda terlebih dahulu sebelum melanjutkan ucapannya.

"Fen Rou, kau hubungi orang di Kota Shinjing. Beri mereka perintah untuk menyiapkan sebuah kediaman untuk ku," imbuhnya.

Ada banyak tanda tanya dikepala Fen Rou, tapi penasehat itu tak bisa berkata banyak. Dia hanya mengangguk, dan mulai menulis surat lalu mengirimkannya menggunakan jimat pengirim pesan.

Rombongan Ye Xuanqing pun akhirnya sampai di Kota Shinjing tiga jam setelahnya. Mereka semua beristirahat disebuah kediaman yang cukup besar dan nyaman.

"Adipati, ini adalah kediaman paling nyaman di Kota Shinjing. Harap anda menyukainya," ucap Fen Rou ketika mereka semua berhasil masuk.

Xuanqing mengangguk paham, kemudian dia melambaikan tangan pada beberapa pelayan wanita yang memang sudah ada dikediaman tersebut.

"Siapkanlah beberapa pakaian perempuan, pastikan terbuat dari bahan yang bagus dan bawa ke kamar utama!" Perintah Xuanqing tegas.

Para pelayan wanita itu mengangguk patuh, lalu undur diri guna menjalankan tugas. Xuanqing tidak segera masuk untuk masuk ke kamar utama kediaman dan beristirahat. Adipati muda itu lebih dulu membawa turun perempuan yang dia bawa dari Sungai Qilin.

Ye Xuanqing menggendong perempuan tersebut dengan gaya bridal, menggendongnya dengan kedua tangan didepan layaknya pengantin baru. Pria dengan hanfu hitam itu berjalan masuk ke kediaman dan membaringkan perempuan tadi di kamar utama.

Apa yang dilakukan Ye Xuanqing tentu membuat para anggota rombongan bertanya-tanya. Untuk apa semua ini?

"Tuan Fen Rou, apa Adipati terkena sihir siluman? Mengapa tindakannya aneh begini?" Cecar salah satu anggota rombongan.

Fen Rou menoleh, dia memang masih berdiri tepat ditengah-tengah halaman kediaman. Dia benar-benar dilanda kebingungan.

"Ku rasa tidak! Selama ini tidak ada satupun ilusi dari siluman yang bisa mempengaruhi Adipati Muda," jawabnya.

"Lalu apa yang sebenarnya terjadi, mengapa sikap Adipati sangat aneh?" Tanya anggota itu lagi.

"Entahlah, kita hanya bisa melihat dan mengawasi perempuan yang dibawa Adipati. Pastikan dia bukan seseorang yang patut dijadikan musuh," ucap Fen Rou dengan tegas.

"Baik!"

Anggota tadi undur diri, begitu juga dengan yang lain. Mereka semua benar-benar singgah di Kota Shinjing alih-alih berangkat ke Ibu Kota dengan cepat.

Di pagi hari, Xuanqing masih terduduk di sudut ruangan kamar utama. Dia memang tidak tidur dengan pulas semalaman. Sang Adipati Muda itu memang menjaga perempuan yang dia bawa, sehingga terpaksa begadang.

Sementara itu perempuan yang terluka parah mulai menggerakkan tubuhnya. Matanya perlahan mengerjap, menyesuaikan cahaya yang menerobos ke pupil matanya.

"Akh!" Jerit perempuan itu tertahan, dia ceroboh. Baru saja dia hendak bangun dengan cepat sebab menyadari dirinya tengah berada di tempat yang asing.

Mendengar suara perempuan, Xuanqing segera tersadar. Dia duduk dengan tegap dengan pandangan yang menunjukkan keterkejutannya. Perempuan yang dia bawa kemarin sudah sadar, pengobatan yang dia dan tabib berikan telah membuahkan hasil.

"Nona, anda sudah bangun? Tolong jangan memaksakan diri untuk bangkit," ucap Xuanqing sembari berjalan mendekati perempuan itu.

Si perempuan memasang kewaspadaan, matanya bergerak-gerak gelisah ketika melihat Xuanqing mendekat.

"Si-siapa kau?" Tanyanya dengan nada gemetar.

Xuanqing justru tersenyum manis, dia tetap melanjutkan niatnya untuk duduk ditepi ranjang tempat perempuan tadi berada.

"Aku Ye Xuanqing, jangan takut."

Perempuan itu mengerjapkan matanya mencerna ucapan Xuanqing. Kepalanya terasa sangat kosong, dia tidak ingat apapun.

"Apa kau bisa menjawab ku, siapa namamu?" Tanya Xuanqing lagi, kali ini dia bertanya dengan penuh harap.

Perempuan tadi memandang ke arah Xuanqing dengan lebih tenang, tapi tetap waspada. "Aku, Jung Jinsi."

"Lalu kenapa kau bisa ada di Sungai Qilin kemarin?" Tanya Xuanqing lagi, kali ini ada maksud tersembunyi dalam pertanyaannya.

Perempuan bernama Jung Jinsi itu diam, dia tidak dapat mengingat apapun. Alasan mengapa dia ada di tempat yang Xuanqing sebutkan, bagaimana dia bisa terluka, bahkan asal-usulnya tidak bisa dia ingat.

Satu hal yang tidak perempuan itu lupakan adalah namanya sendiri, dia adalah Jung Jinsi. Hanya itu satu-satunya memori yang ada didalam kepalanya.

Melihat perempuan didepannya tidak bisa menjawab, diam-diam seringai kecil muncul di wajah Xuanqing. Dia lalu meraih tangan Jung Jinsi dengan lembut.

"Tidak usah dipaksa jika kau tak ingat. Aku yang bodoh karena bertanya banyak hal padamu," ucapnya.

Jinsi membenarkan ucapan Xuanqing dalam hati. Dia memang tak bisa menjawab pertanyaan Xuanqing, meski terdengar sederhana. Tapi Jinsi merasa tak nyaman, kenapa laki-laki ini tiba-tiba menggenggam tangannya?

'Apa aku punya hubungan dekat dengannya, kenapa dia terlihat mengenalku dengan baik?' Jung Jinsi membatin, matanya melihat tangan Xuanqing yang masih bertengger diatas punggung tangannya.

Xuanqing melihat arah pandang Jinsi, kemudian dia kembali tersenyum.

"Oh kau merasa tidak nyaman rupanya, maafkan aku yang tidak cermat. Seharusnya aku mengerti keadaan istriku dengan baik," ucap Xuanqing dengan nada yang tenang dan mulai menyingkirkan tangannya.

Mata Jung Jinsi terbelalak sempurna, kata apa tadi yang diucapkan Xuanqing?

"Istri, Siapa istri mu?" Tanya Jinsi dengan polos dan juga terkejut diwaktu bersamaan.

"Tentu saja kau, Jinsi apa kau benar-benar melupakan semua hal. Termasuk aku Ye Xuanqing, suami mu sendiri?" Tanya Xuanqing dengan nada yang cukup meyakinkan.

Jinsi mengatupkan bibirnya rapat-rapat, bagaimana bisa dia melupakan semua hal. "Kau suami ku, benarkah?" Tanyanya.

Xuanqing mengangguk dengan pasti, dia juga tersenyum manis dan menatap Jinsi dengan penuh kasih. Sungguh pandangan yang menyiratkan hubungan suami-istri yang mendalam. Benar-benar sesuatu yang meyakinkan Jung Jinsi saat ini.

"Tentu saja Jinsi, aku suami mu meski kau tak mengingatnya," jawab Xuanqing.

Jinsi tidak bisa berkata-kata, perlahan dia hanya berusaha bangun agar bisa duduk dengan benar. Xuanqing juga membantunya dengan hati-hati.

"Maafkan aku, tidak ada yang bisa aku ingat kecuali nama ku. Jadi ku mohon kau—"

Ucapan Jinsi terpotong, jari telunjuk Xuanqing tiba-tiba bertengger di bibirnya menyuruh Jinsi diam.

"Tidak masalah jika kau tidak ingat, tidak perlu meminta maaf." Xuanqing malah merengkuh tubuh Jinsi perlahan dan memeluknya layaknya seorang suami pada istrinya.

Xuanqing menumpukan dagunya di pundak Jinsi, dia memejamkan matanya dan mendadak gelisah.

"Aku yang seharusnya meminta maaf Nona. Ku harap kau tidak menyalahkan ku saat ingatanmu kembali nanti," batinnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 4 Panggilan Ke Ibu Kota

    Tiga hari telah berlalu, Ye Xuanqing masih tetap berada di Kota Shinjing bersama dengan para rombongan pemburu siluman. Saat ini dia tengah duduk di halaman kediaman, Xuanqing tampak sangat santai dan nyaman berada di kota kecil tersebut. "Adipati!" Satu panggilan dari Fen Rou membuat Xuanqing menolehkan kepalanya. "Ada apa?" Tanyanya dengan nada yang datar. Fen Rou mendekat, dia memberi salam terlebih dahulu dengan menangkupkan kedua tangan lalu membungkukkan badannya. Itu sudah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun-temurun, lebih-lebih lagi Fen Rou adalah bawahan Keluarga Ye. "Saya sudah mendengar dari para pelayan di kediaman ini. Kabarnya anda memanggil perempuan itu dengan sebutan istri. Apa itu benar Adipati?" Tanya Fen Rou yang terkesan menyelidik. Xuanqing menatapnya datar, dia tidak merasa bersalah atas tindakannya. "Itu benar," jawabnya. "Tapi kenapa Adipati? Bukankah anda sudah melakukan kebohongan besar di sini. Bagaimana anda akan menjelaskan ini pada Tuan Bes

    Last Updated : 2024-11-18
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 5 Mengelabuhi Ibu Suri

    "Xuanqing apa kau akan pergi cukup lama?" Tanya Jinsi yang ada dibelakang Xuanqing. Kini mereka berdua ada didalam kamar utama kediaman. Xuanqing tengah menulis surat dan juga mempersiapkan barang yang akan dia bawa ke Ibu Kota. Pemimpin Keluarga Ye itu tidak bisa terus menghindar dari perintah Ibu Suri, karena itu hari ini juga dia putuskan untuk kembali. "Tidak akan lama, ku harap Ibu Suri tidak banyak mencecar hasil pekerjaan ku." Xuanqing membalikkan badannya dan tersenyum ke arah Jinsi. Xuanqing menggandeng tangan Jinsi dan membawanya duduk. Kondisi perempuan itu masih belum stabil, jadi Xuanqing benar-benar memperlakukannya layaknya barang pecah belah. Dia begitu hati-hati terhadap perempuan yang dia bawa dari Sungai Qilin itu. "Jinsi, selama aku pergi kau tetaplah berada dikediaman. Dengarkan apa kata tabib, dan—"Ucapan Xuanqing langsung terpotong, hal itu terjadi karena Jinsi yang menaruh jari telunjuk dibibir Xuanqing. "Kau terlalu banyak bicara suami ku, tentu saja ak

    Last Updated : 2024-11-19
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 6 Ulah Kepala Keluarga Ye

    Mata Xuanqing mengedip sebentar, seiring dengan senyuman penuh arti yang muncul di wajahnya. "Kalau begitu tunjukkan, tapi jika kau gagal memenuhi apa yang aku inginkan. Kau harus tetap menikahi Tuan Putri Daiyan!" Ibu Suri Zhao Weini berkata tegas. Wanita dengan sanggul rambut yang tinggi berhiaskan berbagai perhiasan dan giok mahal itu menatap remeh ke arah sang Adipati Muda. Fen Rou dan Ming Tian sudah keringat dingin, mereka yang berdiri dibelakang Xuanqing pun saling tatap. Seolah-olah tengah berdiskusi tentang nasib Tuan mereka saat ini. Sebab keduanya tahu, apa yang diinginkan Ibu Suri Zhao Weini tidak dapat dipenuhi oleh Ye Xuanqing. "Baiklah, tapi jika aku bisa menunjukkan hasil pekerjaan ku. Kau harus membiarkan ku hidup tenang," balas Xuanqing penuh teka-teki. Ibu Suri Zhao Weini diam sebagai bentuk persetujuan. Kemudian Xuanqing mengeluarkan Pagoda Penahan Sembilan Siluman dari balik hanfu hitam yang kini tengah dia kenakan. Pria itu menunjukkan benda pusaka milik Kelu

    Last Updated : 2024-11-26
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 7 Perlu Alasan Untuk Kebohongan

    "Ada baiknya ayah tetap tenang sampai tujuan ku tercapai. Ini semua demi kepentingan ku dan juga rakyat Kekaisaran Sheng," ucap Ye Xuanqing dengan tenang. Saat ini sang Adipati Muda dan Tuan Besar Ye tengah berbincang di salah satu paviliun kediaman besar keluarga Ye. "Xuanqing, seharusnya kau ingat pesan mendiang ibu mu. Jangan pernah mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi." Ye Qingyu bicara dengan nada yang lebih tenang meski masih tetap saja tegas. Ye Xuanqing memalingkan wajahnya ke arah taman bunga, wajah mendiang ibunya kembali terlintas diingatan berkat ayahnya yang menyebut kembali perihal sang ibu. "Aku tidak pernah lupa nasihat Ibu, tapi untuk kali ini aku terpaksa melanggarnya.""Termasuk dengan mengorbankan hidup seseorang?" tanya Ye Qingyu dengan wajah yang serius. Hal itu tentu membuat Xuanqing terdiam, dia segera menyangkal hal tersebut. "Tentu saja tidak ayah!" Xuanqing dengan tegas mengelak. Ye Qingyu lalu tersenyum tipis, dia sempat minum teh yang ter

    Last Updated : 2025-01-03
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 8 Kecurigaan Ye Xuanqing

    "Fen Rou, siapkan kereta kuda. Kita akan kembali ke Kota Shinjing besok pagi!" Perintah Ye Xuanqing ketika hampir tengah malam. Fen Rou mengerjapkan matanya, berusaha tetap tenang meski terkejut dengan perintah Ye Xuanqing yang terkesan terburu-buru. "Besok pagi? Bukankah kita baru saja tiba di Kota Fanlan hari ini Adipati. Apa tidak terburu-buru?" Ye Xuanqing yang tengah berjalan langsung berhenti, dia menoleh ke arah Fen Rou yang berdiri dibelakangnya. "Oh rupanya kau masih ingin berada di Ibu Kota rupanya. Tidak masalah, aku akan pergi sendiri.""Bu-bukan begitu Adipati! Saya hanya merasa anda terlalu memaksakan diri, anda baru saja melakukan perburuan siluman besar-besaran. Jadi saya pikir anda perlu beristirahat lebih dulu di sini," jelas Fen Rou yang tidak mau Xuanqing salah paham. "Aku tidak perlu berlama-lama berada di Kota Fanlan. Lagi pula, di sini masih ada ayahku yang bisa mengurus tugas seorang Adipati. Aku akan pergi ke Kota Shinjing untuk melakukan penyelidikan," u

    Last Updated : 2025-01-03
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 9 Identitas Jung Jinsi

    "Tapi Tuan Adipati, semua ini tidak penting. Kita hanya perlu membuat Nyonya Muda sadar terlebih dahulu. Baru setelah itu anda bisa menghukum saya atas kelalaian ini." Tuan Hao memohon. Ye Xuanqing hanya bisa mengangguk, dia kemudian memberi waktu pada Tuan Hao untuk memberikan pengobatan. Adipati Muda itu juga secara khusus meminta para anak buahnya membantu Tuan Hao mencari penawar untuk obat tersebut. "Jadi Nona Jinsi mengalami efek samping dari Mochus?" Fen Rou yang memang tengah menemani Ye Xuanqing pun terheran-heran. Saat ini keduanya memang tengah menunggu kabar keselamatan Jung Jinsi. Mereka berdua ada di depan kamar utama kediaman. Ye Xuanqing mengangguk singkat, sebab memang begitulah adanya. Beberapa pemeriksaan sudah dilakukan, dan hasilnya tetap sama. Jung Jinsi tidak sadarkan diri karena penggunaan kantung sekresi kijang atau mochus. "Ya, aku juga heran kenapa ada manusia yang bisa mengalami efek samping dari mochus." "Biasanya mochus digunakan untuk bahan baku pe

    Last Updated : 2025-01-04
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 10 Siapa Jung Jinsi

    "Adipati!" Satu panggilan membuat Ye Xuanqing yang baru saja keluar dari kamar utama kediaman menoleh ke sumber suara. Rupanya Ming Tian lah yang datang padanya malam ini. "Ada apa Ming Tian?" tanya Ye Xuanqing dengan nada yang tenang. "Maaf Adipati, tapi saya hendak menemui Fen Rou. Hanya saja sejak tadi saya tidak menemukannya di mana pun," jelas Ming Tian dengan sopan. "Coba kau cari dia di kamarnya, jika tidak ada tandanya kau harus pergi ke rumah Tuan Hao. Ku rasa Fen Rou ada di sana malam ini," jelas Ye Xuanqing. "Baik Adipati, kalau begitu saya pamit." Setelah mengatakan itu Ming Tian undur diri dan benar-benar pergi menuju rumah Tuan Hao. Perlu berjalan kaki cukup jauh dari kediaman Ye Xuanqing ke rumah Tuan Hao, karena itu Mung Tian berjalan dengan langkah yang lebar-lebar. Disepanjang jalan, Ming Tian menyadari ada kejanggalan di Kota Shinjing. Pria itu berjalan kaki belum pada jam malam, tetapi suasana kota sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa penduduk yang masih te

    Last Updated : 2025-01-04
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 11 Kasus Pembunuhan Kota Shinjing

    "Lancang sekali bicara mu Fen Rou!" tegas Ming Tian yang sudah benar-benar tidak tahan. Dia juga sudah menarik pedang dari sarungnya, bersiap untuk menyerang rekannya sendiri malam ini. Fen Rou yang melihat itu pun tersentak, sejak dulu Ming Tian tidak pernah mengarahkan pedang ke arahnya. "Ming Tian apa kau akan menyerang ku karena masalah ini?" tanya Fen Rou hati-hati. "Jika kau membuat masalah untuk Adipati, tentu aku akan menyerang mu tanpa ragu!" Ming Tian bertekad, dia sudah mengeluarkan pedangnya dan melakukan kuda-kuda. Dia sudah siap menyerang Fen Rou yang ada dihadapannya. "Ming Tian, kita sama-sama memiliki kesetiaan kepada Adipati Muda. Apa yang aku lakukan juga bagian dari kesetiaan ku," ucap Fen Rou dengan tenang. Pria dengan janggut tipis itu tetap tenang dan tidak terprovokasi meski Ming Tian sudah mengeluarkan pedang dari tempatnya. "Kesetiaan apa yang kau bicarakan Fen Rou? Perbuatan mu tadi bisa saja membawa masalah bagi Adipati Muda. Jika terjadi hal buruk pa

    Last Updated : 2025-01-05

Latest chapter

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Kembali Ke Ibu Kota

    "Tunggu! kau pikir aku mau menggandeng tangan Ming Tian hanya untuk berpindah tempat? itu tidak mungkin," ketus Jing Qian. Namun Jung Jinsi tidak menyerah, dia tetap membujuk sang kakak. Sebab hanya dengan cara ini saja mereka berempat bisa tiba di Kota Fanlan dengan cepat. "Ayo lah, kau hanya perlu memegang tangannya dan semua akan selesai." Jing Qian hendak menolak, tapi Ming Tian sudah mengambil alih percakapan lebih dulu. "Nyonya Muda, biar saya kembali ke Ibu Kota dengan berkuda. meski terlambat, tapi itu lebih baik." Jung Jinsi melongo mendengarnya, dia kemudian mendecik pelan. "Ya kau bisa berkuda ke Fanlan, tapi saat kau kembali kekaisaran sudah sangat kacau!" Ming Tian dan Jing Qian langsung diam, kata-kata Jung Jinsi memang benar. Ye Xuanqing yang melihat perdebatan itu pun tersenyum samar sebelum menengahi. "Kita gunakan cara lain saja, mungkin aku dan Ming Tian akan berkuda. kalian berdua bisa—" Sebelum ucapan Ye Xuanqing selesai, Jing Qian sudah lebih dul

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 88 Segel dan Mantra Ditengah Perjalanan

    Perjalanan menuju Kota Fanlan sedikit lebih lambat dari yang Ye Xuanqing duga. Tepat di hulu Sungai Qilin, beberapa siluman mulai berjalan dengan langkah cepat untuk naik ke Gunung Jiaguan. “Ada apa ini?” tanya Jung Jinsi yang melihat dari kejauhan. Jing Qian yang ada dibelakang Jung Jinsi dan Ye Xuanqing langsung maju ke depan. Perempuan siluman itu menghadang para siluman yang hendak naik gunung. “Apa yang terjadi, kenapa kalian buru-buru untuk naik?” tanya Jing Qian begitu dia berhadapan dengan rombongan siluman lain. Salah satu siluman dengan telinga kelinci maju untuk menjawab. “Nona Jing! Ada segel aneh di hilir Sungai Qilin. Kami awalnya hendak ke Kota Shinjing namun ketika melewati hilir Sungai aura siluman dan wujud siluman kami langsung muncul.” Kening Jing Qian berkerut sebentar, kemudian menoleh ke arah Jung Jinsi untuk memberikan jawaban. “Bukankah ayah sudah memberikan mantra pemurnian bagi para siluman yang hendak turun gunung. Bukan begitu Jinsi?” “Benar kak, ayah

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 87 Perjalanan Menuju Fanlan

    Matahari pagi mulai merangkak naik, sinarnya menyinari kediaman Keluarga Jing dengan kehangatan lembut. Di halaman utama, Ye Xuanqing dan Ming Tian sudah berdiri tegap di hadapan Jing Fan, bersiap untuk berpamitan. Di sisi mereka, Jung Jinsi danJing Qian juga bersiap untuk berangkat. Jing Fan menatap mereka dengan ekspresi tenang, meskipun sorot matanya menyimpan banyak pemikiran. Sejak semalam, ia sudah tahu bahwa saat ini akan tiba—saat di mana putri-putrinya harus kembali melanjutkan perjalanan mereka. Ye Xuanqing melangkah maju, membungkuk hormat. “Tuan Jing Fan, kami berterima kasih atas keramahan dan kebaikan Anda selama kami di sini. Tapi hari ini kami harus segera kembali Kota Fanlan,” ucapnya. Ming Tian, yang berdiri di sampingnya, juga ikut memberi hormat. “Kami mohon izin untuk kembali ke Kota Fanlan. Kami akan memastikan keselamatan Nona Jung Jinsi dan Jing Qian selama perjalanan.” Jing Fan mengangguk pelan, menatap keempat orang di hadapannya dengan penuh per

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 86 Dibawah Sinar Fajar

    Fajar baru saja menyingsing, mengusir sisa kegelapan yang masih menggantung di langit. Cahaya keemasan mulai merayap di cakrawala, perlahan membasuh embun yang menempel di dedaunan. Kediaman Keluarga Jing masih terlelap dalam keheningan.Namun Jung Jinsi berdiri dengan kepala sedikit menengadah, matanya menatap langit yang berangsur berubah warna. Angin pagi yang sejuk membelai rambutnya yang tergerai, membuat helaian peraknya berkilauan dalam cahaya samar.Ia seharusnya masih beristirahat, tapi pikirannya terlalu gelisah. Ibu Suri, ayahnya, rencana yang sudah ia buat—semuanya berputar di dalam kepalanya tanpa henti.Namun, kehadiran seseorang membuatnya tersadar dari lamunannya.Langkah-langkah ringan terdengar di belakangnya, lalu suara yang begitu familiar menghangatkan udara dingin pagi itu.“Kau tidak bisa tidur?”Jung Jinsi tidak menoleh. Ia tersenyum kecil. “Sepertinya kau juga tidak.”Ye Xuanqing melangkah mendekat, lalu berdiri di sampingnya, hanya beberapa jengkal saja memis

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 86 Restu dari Ayah

    Ming Tian tergagap mendengar pertanyaan dari Ye Xuanqing. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak hatal, menutupi bahwa dia tengah gugup. “A-apa maksud anda, Adipati.” Ye Xuanqing terkekeh geli, lalu menepuk pundak Ming Tian perlahan. “Aku tahu kau tertarik pada Jing Qian, ketertarikan seorang pria dengan wanita. Benar kan?”Ming Tian tidak segar menjawab, dia malah tersenyum getir. “Menurut anda, apa gunanya ketertarikan ku pada Jing Qian? Perempuan siluman itu tidak akan pernah memandang ku sebagai pria. Jing Qian akan melihat ku sebagai manusia lemah yang menyedihkan,” ungkapnya.“Mendengar jawaban mu ini, aku sudah bisa mendapatkan kesimpulannya. Ming Tian, jika kau memang tertarik padanya kenapa tidak kau coba dekati Jing Qian perlahan. Kau tidak akan tahu bagaimana tanggapan perempuan itu sebenarnya jika kau tidak mencobanya langsung!” Ye Xuanqing berujar tenang.Meski dia tahu kalau saja Ming Tian dan Jing Qian benar-benar bisa bersatu akan ada hati yang terluka—Zhao Yun Mei

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 85 Memberi Kepercayaan

    Jung Fan tersenyum samar, meski begitu dia tidak menyepelekan perkataan Jung Jinsi mengenai perasaannya pada Ye Xuanqing. "Kau tahu Jinsi, kadang kita perlu berhati-hati dalam memberikan kepercayaan.""Aku tahu itu ayah, Xuanqing sudah menunjukkan ketulusannya pada ku. Jadi menurut ku sangat pantas jika memberinya kepercayaan." Jung Jinsi menjawab dengan tenang. Meski tidak menoleh ke arah Ye Xuanqing, tapi pria itu bisa merasakan ketulusan yang mendalam dari jawaban Jung Jinsi. Diam-diam dia mengucap syukur. "Kalau begitu, apa kau siap jika nanti akan terluka?" tanya Jing Fan. Itu membuat Jung Jinsi mengerutkan keningnya cukup dalam. "Apa maksud ayah?" Dia justru balik bertanya. Jing Fan menghela nafas panjang, kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya dan menatap Jung Jinsi serta Ye Xuanqing secara bergantian. "Dalam cinta, kepercayaan memang hal yang utama. Tapi cinta juga menuntut pengorbanan, tak jarang cinta akan memberi kalian luka. Jadi, ku tanya pada kalian apa sudah siap

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 84 Mengurai Kebohongan

    Jung Jinsi menundukkan kepalanya, bahunya mulai bergetar sebab tangis yang pecah. “Ayah,” lirihnya lagi.Jung Jinsi mengangguk, matanya basah. “Aku kembali,” ucapnya dengan suara yang bergetar.Seketika, Jing Fan menariknya ke dalam pelukan. Pelukan yang hangat, penuh emosi yang tertahan.Jung Jinsi tak lagi bisa menahan air matanya. Ia membenamkan wajahnya di dada pria yang dulu selalu melindunginya, merasakan detak jantung yang dulu ia pikir tak akan pernah bisa ia dengar lagi.Jing Fan mengusap punggungnya, suaranya bergetar saat berkata, “Maaf… maafkan aku nak. Aku benar-benar melupakanmu.”Jung Jinsi menggeleng di dalam pelukannya. “Tidak apa-apa ayah… aku di sini sekarang, bersama ayah lagi.”Di samping mereka, Jing Qian menyaksikan pemandangan itu dalam diam. Ekspresinya sulit ditebak, tetapi matanya sedikit melembut.Ming Tian meliriknya sekilas, memperhatikan ekspresi Jing Qian yang tak banyak diketahui orang. Dalam hati, ia berpikir bahwa gadis ini jauh lebih kompleks dari y

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 83 Rumah Keluarga Jing

    Angin malam bertiup lembut, membawa aroma embun dan dedaunan basah saat Jung Jinsi melangkah di samping Ye Xuanqing, mengikuti jalan setapak berbatu yang samar diterangi cahaya bulan. Di belakang mereka, Ming Tian berjalan dalam diam, sesekali menatap sekeliling dengan kewaspadaan alaminya.Mereka telah menempuh perjalanan cukup jauh setelah berhasil selamat dari jebakan mematikan. Awalnya, Ye Xuanqing hanya berniat mengantarkan Jung Jinsi ke tempat aman untuk bermalam. Namun, ada satu hal yang masih mengganjal di benak Jung Jinsi—ke mana mereka sebenarnya akan pergi?Sejak perjalanan dimulai, Jing Qian memimpin langkah mereka tanpa memberi penjelasan. Sosoknya yang dingin dan tenang tidak banyak bicara, tetapi caranya berjalan begitu mantap, seolah sudah memikirkan keputusan besar.Jung Jinsi melirik Ye Xuanqing, lalu berbisik pelan, “Xuanqing, kau tahu kita sedang menuju ke mana?”Ye Xuanqing menggeleng kecil, matanya tetap waspada. “Aku hanya mengikuti langkahnya. Tapi aku percaya,

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 82 Tekad yang Baru

    Udara terasa lebih berat, dipenuhi aura sihir yang mencekik. Lingkaran cahaya merah menyala di tanah, menciptakan formasi perangkap yang menjebak Jung Jinsi, Jing Qian, dan para siluman lainnya. Energi mereka terserap perlahan, membuat tubuh mereka melemah seiring waktu.Jung Jinsi berlutut, tubuhnya gemetar ketika kekuatan silumannya terus mengalir keluar. Napasnya memburu, tangannya mencengkeram tanah basah untuk tetap sadar. Di sampingnya, Jing Qian bersandar pada pedangnya, wajahnya pucat tetapi tetap dengan ekspresi yang datar, berusaha tetap kuat.Di sisi lain, Ye Xuanqing dan Ming Tian berdiri tegap, tidak terpengaruh oleh formasi itu. Sebagai manusia, energi mereka tidak bisa diserap, tetapi mereka juga tidak bisa sekadar menghancurkan formasi ini tanpa cara yang tepat.Ye Xuanqing menghunus pedangnya, mengamati simbol-simbol kuno yang bersinar di bawah kakinya. "Formasi ini dirancang untuk menguras energi siluman sampai mereka tidak berdaya," gumamnya. "Jika kita tidak segera

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status