Hujan deras dan angin kencang terjadi selama semalam suntuk. Ye Xuanqing yang memang menunggu kedatangan mayat pun sudah memiliki firasat yang buruk. "Adipati, mayat tadi sudah dipindahkan ke ruang pemeriksaan. Beberapa koroner juga sudah siap membantu anda melakukan penyelidikan." Salah satu anggota Departemen Kehakiman setempat memberitahu Ye Xuanqing. Sang Adipati pun mengangguk tanda mengerti, dia menghela nafas panjang terlebih dahulu sebelum melanjutkan kegiatannya. "Kalau begitu, tolong tunjukkan jalannya." Ye Xuanqing bersiap berjalan. "Baik."Ye Xuanqing kemudian diarahkan ke ruang 'Yinwu Shi' yaitu ruangan yang digunakan khusus untuk menyelidiki kematian, melakukan otopsi dan pemeriksaan forensik. Disampingnya ada ruangan untuk menyimpan mayat yang sudah selesai diidentifikasi. "Silahkan, Adipati."Sang Adipati masuk, di sana rupanya sudah ada seorang koroner yang cukup akrab dengannya. Ye Xuanqing tersenyum menyapa pria tersebut. "Anda benar-benar langsung datang ma
Jung Jinsi pagi ini masih harus mendapatkan perawatan dari Tabib Hao. Perempuan dengan warna mata coklat terang itu tengah duduk menunggu Tuan Hao menyelesaikan pekerjaan untuk menumbuk beberapa obat. “Silahkan Nyonya Muda.”Tuan Hao memberikan obat herbal untuk Jung Jinsi minum. Lalu dia berdiri didekat perempuan itu. Sementara di sisi kanan ranjang, tempat Jinsi duduk masih ada Zenni yang setia menemaninya. “Terimakasih Tuan Hao,” jawab Jinsi sembari tersenyum ramah. “Nyonya Muda, saya mohon izin untuk memberi saran pada anda.” Tuan Hao tampak hati-hati dalam berbicara. Jung Jinsi sadar akan hal itu, dia menoleh pada Zenni. “Zenni, aku ingin bicara empat mata saja dengan Tuan Hao. Bisakah kau menunggu didepan pintu saja?”Zenni sempat bersitatap dengan Tuan Hao, dia menelisik sekilas. Lalu pandangannya segera beralih pada Jung Jinsi yang masih duduk diatas ranjang. “Baik Nyonya Muda, panggil saya jika anda memerlukan sesuatu.”“Tentu saja,” balas Jinsi. Setelah itu Ze
Jung Jinsi terkejut, ini adalah pertama kalinya dia mendengar soal Kui sejak pertama kali dia bisa mengingat semuanya. Perempuan itu hanya tahu kalau Kui merupakan sebuah ancaman jika melihat ekspresi dari penjaga kediaman. “Kui, makhluk apa itu?” tanya Jung Jinsi pada Zenni yang memang berdiri disampingnya. “Izin menjawab Nyonya Muda, menurut legenda Kui adalah adalah makhluk kuat sebagai simbol kekuatan dan kekuasaan. Saat Kui muncul memang ada tanda alam berupa angin kencang, serta hujan deras yang mengarah pada datangnya badai.” Zenni menjawab dengan hati-hati. “Maaf menyela Nyonya Muda, tapi biasanya Kui tidak muncul tanpa ada alasan. Kui datang karena beberapa alasan seperti sebagai sebuah pertanda, penghukuman langit, atau bahkan peringatan.” Penjaga tadi ikut memberikan informasi. “Kalau begitu kita harus mencari tahu alasannya, jangan sampai ada penduduk kota yang terluka atas kejadian ini,” ucap Jung Jinsi dengan tegas dan tenang. “Sebaiknya anda tidak melakukan ap
“Apa!”Semua orang terkejut bukan main saat mendengar penuturan anggota Departemen Kehakiman. Sebab mereka semua tahu kalau praktek sihir hitam atau ‘Heishi’ merupakan penggunaan sihir untuk membahayakan orang lain. Praktek ini juga dapat menimbulkan kesialan serta kerusakan keseimbangan alam.“Jadi putra Tuan Besar Qi juga termasuk dalam orang-orang yang melakukan praktek sihir hitam,” balas Ye Xuanqing.“Benar, Adipati! Setidaknya ada lima orang yang melakukan praktek ini. Tiga diantarnya sudah tewas termasuk putra Tuan Besar Qi, sisa dua orang lainnya.” Anggota departemen kehakiman itu menjelaskan apa yang dia tahu.“Dimana dua orang lain itu tinggal?” tannya Ye Xuanqing cemas.“Di pusat Kota Shinjing, dekat kediaman anda.”Seketika itu pula Ye Xuanqing menolehkan kepalanya pada Ming Tian dan segera memberi perintah. “Ming Tian, urus dan selesaikan penyelidikan di sini bersama yang lain. Kau bertanggungjawab atas peneyelidikan di sini, aku akan Kembali ke Kota Shinjing untuk menyele
Jung Jinsi memantapkan diri, dia mengangguk dengan cepat dan penuh keyakinan. “Tentu saja,” jawabnnya.Tentu jawaban yang seperti itu membuat Ye Xuanqing terkejut bukan main sekaligus cemas. Jawaban dari Jung Jinsi kali ini akan menentukan nasibnya kedepannya.“Jinsi, apa yang kau katakan? Cepat tarik kembali ucapanmu itu!” teriak Ye Xuanqing geram.“Nona Muda, kau yakin apa yang kau katakana barusan?” tanya Kui sedikit terkejut, tapi ekspresinya sangat tenang.Sementara sang pelaku praktek sihir hitam merasa sedikit lega sebab mendapatkan pembelaan, setidaknya ada satu orang yang berada dipihaknya. Dia menatap Jung Jinsi dengan nanar, matanya sudah berkaca-kaca.“Terima kasih Nona Muda,” lirihnya.“Tidak! Abaikan saja jawaban istri ku itu. Tuan Kui, ku mohon lepaskan istri ku dan hukum saja pria ini sesuai dengan aturan mu.” Ye Xuanqing menggelengkan kepalanya, dia juga mengigit bibir menahan amarah diakhir kalimatnya. Sang Adipati benar-benar tidak terima dengan perbuatan Jung Jinsi
Ye Xuanqing mengerjapkan matanya beberapa kali, dia lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Adipati Muda itu menghindari kontak mata dengan Jung Jinsi yang masih menumpukan dagu diatas lututnya."Suami ku?" Jung Jinsi berujar lembut, dia juga bersikap sangat manja saat ini. Tentu saja itu sukses membuat telinga Ye Xuanqing memerah, tanda dia sangat gugup."Kenapa kau malah menghindari ku, apa aku melakukan kesalahan lagi?" tanya perempuan muda itu sambil menggembungkan pipinya.Ye Xuanqing menelan ludahnya kasar, lalu beralih pada Jung Jinsi dan menatapnya dengan tatapan yang tenang. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya yang sudah sangat gusar saat ini."Istri ku, kau tahu kalau aku sedang marah bukan? Kenapa kau tidak merenungkan kesalahan mu dan malah menggoda ku begini?" Ye Xuanqing berujar tegas, dia berusaha keras menutupi rasa gugupnya."Menggoda, apanya yang menggoda suami ku? Aku hanya bersikap normal seperti biasanya." Jung Jinsi tidak mau kalah, dia justru menarik l
Ye Xuanqing menaiki kuda untuk pergi ke kediaman Tuan Mu Wangyan, begitu juga dengan Fen Rou dan Ming Tian yang mengikuti dibelakangnya. Rumah sang Ketua Departemen Kehakiman memang tidak terlalu jauh dari kediaman Adipati Muda di Kota Shinjing.Ketika tiba di kediaman Mu Wangyan, Ye Xuanqing bisa melihat kalau kediaman sang Ketua Departemen Kehakiman memang cukup ramai. Mereka bertiga lalu turun dari kuda masing-masing dan segera masuk ke kediaman. Sudah ada dua orang pelayan yang menyambut kedatangan mereka bertiga, ketiganya diarahkan untuk masuk ke ‘Tangwu’ atau ruang tamu.“Silahkan tuan-tuan, anda bertiga sudah ditunggu oleh Tuan Mu.” Pelayan tadi menunjuk ke dalam ruang tamu.Benar saja, ruang tamu itu sudah cukup ramai dengan beberapa orang undangan yang merupakan tim penyidik yang mengurus kasus kematian kemarin. Seorang pria berusia empat puluhan langsung melambaikan tangannya ketika melihat kedatangan Ye Xuanqing bersama dengan rekan dan penasehatnya.“Tuan Adipati! Silahka
Jung Jinsi terkejut ketika melihat beberapa orang datang ke kediaman, perempuan muda itu masih menunggu Tuan Hao untuk pemeriksaan rutin pagi ini. Perempuan dengan hanfu merah dan hiasan giok hitam di kepala itu berjalan tergesa-gesa, saat melihat orang-orang datang. "Siapa kalian?" tanya Jung Jinsi ketika berhadapan dengan orang-orang yang datang dengan membawa beberapa kotak kayu berukuran besar. Salah seorang dari mereka berdiri tegap dan memberi hormat lebih dulu sebelum menjawab. Jung Jinsi pun hanya mengangguk samar menerimanya. "Maaf Nyonya Muda, ini adalah hadiah yang dikirimkan oleh Komisaris Perfektur. Kami diminta mengirimkan beberapa tahil emas dan perak untuk Tuan Adipati," jawabnya. Jung Jinsi melirik kotak-kotak kayu itu, setidaknya ada empat kotak kayu besar yang datang pagi ini. "Apa ini tidak berlebihan? Suami ku hanya melakukan tugasnya sebagai seorang Adipati, Komisaris Perfektur tidak perlu melakukan semua ini.""Kami tidak berhak membantah perintah Komisaris
"Tunggu! kau pikir aku mau menggandeng tangan Ming Tian hanya untuk berpindah tempat? itu tidak mungkin," ketus Jing Qian. Namun Jung Jinsi tidak menyerah, dia tetap membujuk sang kakak. Sebab hanya dengan cara ini saja mereka berempat bisa tiba di Kota Fanlan dengan cepat. "Ayo lah, kau hanya perlu memegang tangannya dan semua akan selesai." Jing Qian hendak menolak, tapi Ming Tian sudah mengambil alih percakapan lebih dulu. "Nyonya Muda, biar saya kembali ke Ibu Kota dengan berkuda. meski terlambat, tapi itu lebih baik." Jung Jinsi melongo mendengarnya, dia kemudian mendecik pelan. "Ya kau bisa berkuda ke Fanlan, tapi saat kau kembali kekaisaran sudah sangat kacau!" Ming Tian dan Jing Qian langsung diam, kata-kata Jung Jinsi memang benar. Ye Xuanqing yang melihat perdebatan itu pun tersenyum samar sebelum menengahi. "Kita gunakan cara lain saja, mungkin aku dan Ming Tian akan berkuda. kalian berdua bisa—" Sebelum ucapan Ye Xuanqing selesai, Jing Qian sudah lebih dul
Perjalanan menuju Kota Fanlan sedikit lebih lambat dari yang Ye Xuanqing duga. Tepat di hulu Sungai Qilin, beberapa siluman mulai berjalan dengan langkah cepat untuk naik ke Gunung Jiaguan. “Ada apa ini?” tanya Jung Jinsi yang melihat dari kejauhan. Jing Qian yang ada dibelakang Jung Jinsi dan Ye Xuanqing langsung maju ke depan. Perempuan siluman itu menghadang para siluman yang hendak naik gunung. “Apa yang terjadi, kenapa kalian buru-buru untuk naik?” tanya Jing Qian begitu dia berhadapan dengan rombongan siluman lain. Salah satu siluman dengan telinga kelinci maju untuk menjawab. “Nona Jing! Ada segel aneh di hilir Sungai Qilin. Kami awalnya hendak ke Kota Shinjing namun ketika melewati hilir Sungai aura siluman dan wujud siluman kami langsung muncul.” Kening Jing Qian berkerut sebentar, kemudian menoleh ke arah Jung Jinsi untuk memberikan jawaban. “Bukankah ayah sudah memberikan mantra pemurnian bagi para siluman yang hendak turun gunung. Bukan begitu Jinsi?” “Benar kak, ayah
Matahari pagi mulai merangkak naik, sinarnya menyinari kediaman Keluarga Jing dengan kehangatan lembut. Di halaman utama, Ye Xuanqing dan Ming Tian sudah berdiri tegap di hadapan Jing Fan, bersiap untuk berpamitan. Di sisi mereka, Jung Jinsi danJing Qian juga bersiap untuk berangkat. Jing Fan menatap mereka dengan ekspresi tenang, meskipun sorot matanya menyimpan banyak pemikiran. Sejak semalam, ia sudah tahu bahwa saat ini akan tiba—saat di mana putri-putrinya harus kembali melanjutkan perjalanan mereka. Ye Xuanqing melangkah maju, membungkuk hormat. “Tuan Jing Fan, kami berterima kasih atas keramahan dan kebaikan Anda selama kami di sini. Tapi hari ini kami harus segera kembali Kota Fanlan,” ucapnya. Ming Tian, yang berdiri di sampingnya, juga ikut memberi hormat. “Kami mohon izin untuk kembali ke Kota Fanlan. Kami akan memastikan keselamatan Nona Jung Jinsi dan Jing Qian selama perjalanan.” Jing Fan mengangguk pelan, menatap keempat orang di hadapannya dengan penuh per
Fajar baru saja menyingsing, mengusir sisa kegelapan yang masih menggantung di langit. Cahaya keemasan mulai merayap di cakrawala, perlahan membasuh embun yang menempel di dedaunan. Kediaman Keluarga Jing masih terlelap dalam keheningan.Namun Jung Jinsi berdiri dengan kepala sedikit menengadah, matanya menatap langit yang berangsur berubah warna. Angin pagi yang sejuk membelai rambutnya yang tergerai, membuat helaian peraknya berkilauan dalam cahaya samar.Ia seharusnya masih beristirahat, tapi pikirannya terlalu gelisah. Ibu Suri, ayahnya, rencana yang sudah ia buat—semuanya berputar di dalam kepalanya tanpa henti.Namun, kehadiran seseorang membuatnya tersadar dari lamunannya.Langkah-langkah ringan terdengar di belakangnya, lalu suara yang begitu familiar menghangatkan udara dingin pagi itu.“Kau tidak bisa tidur?”Jung Jinsi tidak menoleh. Ia tersenyum kecil. “Sepertinya kau juga tidak.”Ye Xuanqing melangkah mendekat, lalu berdiri di sampingnya, hanya beberapa jengkal saja memis
Ming Tian tergagap mendengar pertanyaan dari Ye Xuanqing. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak hatal, menutupi bahwa dia tengah gugup. “A-apa maksud anda, Adipati.” Ye Xuanqing terkekeh geli, lalu menepuk pundak Ming Tian perlahan. “Aku tahu kau tertarik pada Jing Qian, ketertarikan seorang pria dengan wanita. Benar kan?”Ming Tian tidak segar menjawab, dia malah tersenyum getir. “Menurut anda, apa gunanya ketertarikan ku pada Jing Qian? Perempuan siluman itu tidak akan pernah memandang ku sebagai pria. Jing Qian akan melihat ku sebagai manusia lemah yang menyedihkan,” ungkapnya.“Mendengar jawaban mu ini, aku sudah bisa mendapatkan kesimpulannya. Ming Tian, jika kau memang tertarik padanya kenapa tidak kau coba dekati Jing Qian perlahan. Kau tidak akan tahu bagaimana tanggapan perempuan itu sebenarnya jika kau tidak mencobanya langsung!” Ye Xuanqing berujar tenang.Meski dia tahu kalau saja Ming Tian dan Jing Qian benar-benar bisa bersatu akan ada hati yang terluka—Zhao Yun Mei
Jung Fan tersenyum samar, meski begitu dia tidak menyepelekan perkataan Jung Jinsi mengenai perasaannya pada Ye Xuanqing. "Kau tahu Jinsi, kadang kita perlu berhati-hati dalam memberikan kepercayaan.""Aku tahu itu ayah, Xuanqing sudah menunjukkan ketulusannya pada ku. Jadi menurut ku sangat pantas jika memberinya kepercayaan." Jung Jinsi menjawab dengan tenang. Meski tidak menoleh ke arah Ye Xuanqing, tapi pria itu bisa merasakan ketulusan yang mendalam dari jawaban Jung Jinsi. Diam-diam dia mengucap syukur. "Kalau begitu, apa kau siap jika nanti akan terluka?" tanya Jing Fan. Itu membuat Jung Jinsi mengerutkan keningnya cukup dalam. "Apa maksud ayah?" Dia justru balik bertanya. Jing Fan menghela nafas panjang, kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya dan menatap Jung Jinsi serta Ye Xuanqing secara bergantian. "Dalam cinta, kepercayaan memang hal yang utama. Tapi cinta juga menuntut pengorbanan, tak jarang cinta akan memberi kalian luka. Jadi, ku tanya pada kalian apa sudah siap
Jung Jinsi menundukkan kepalanya, bahunya mulai bergetar sebab tangis yang pecah. “Ayah,” lirihnya lagi.Jung Jinsi mengangguk, matanya basah. “Aku kembali,” ucapnya dengan suara yang bergetar.Seketika, Jing Fan menariknya ke dalam pelukan. Pelukan yang hangat, penuh emosi yang tertahan.Jung Jinsi tak lagi bisa menahan air matanya. Ia membenamkan wajahnya di dada pria yang dulu selalu melindunginya, merasakan detak jantung yang dulu ia pikir tak akan pernah bisa ia dengar lagi.Jing Fan mengusap punggungnya, suaranya bergetar saat berkata, “Maaf… maafkan aku nak. Aku benar-benar melupakanmu.”Jung Jinsi menggeleng di dalam pelukannya. “Tidak apa-apa ayah… aku di sini sekarang, bersama ayah lagi.”Di samping mereka, Jing Qian menyaksikan pemandangan itu dalam diam. Ekspresinya sulit ditebak, tetapi matanya sedikit melembut.Ming Tian meliriknya sekilas, memperhatikan ekspresi Jing Qian yang tak banyak diketahui orang. Dalam hati, ia berpikir bahwa gadis ini jauh lebih kompleks dari y
Angin malam bertiup lembut, membawa aroma embun dan dedaunan basah saat Jung Jinsi melangkah di samping Ye Xuanqing, mengikuti jalan setapak berbatu yang samar diterangi cahaya bulan. Di belakang mereka, Ming Tian berjalan dalam diam, sesekali menatap sekeliling dengan kewaspadaan alaminya.Mereka telah menempuh perjalanan cukup jauh setelah berhasil selamat dari jebakan mematikan. Awalnya, Ye Xuanqing hanya berniat mengantarkan Jung Jinsi ke tempat aman untuk bermalam. Namun, ada satu hal yang masih mengganjal di benak Jung Jinsi—ke mana mereka sebenarnya akan pergi?Sejak perjalanan dimulai, Jing Qian memimpin langkah mereka tanpa memberi penjelasan. Sosoknya yang dingin dan tenang tidak banyak bicara, tetapi caranya berjalan begitu mantap, seolah sudah memikirkan keputusan besar.Jung Jinsi melirik Ye Xuanqing, lalu berbisik pelan, “Xuanqing, kau tahu kita sedang menuju ke mana?”Ye Xuanqing menggeleng kecil, matanya tetap waspada. “Aku hanya mengikuti langkahnya. Tapi aku percaya,
Udara terasa lebih berat, dipenuhi aura sihir yang mencekik. Lingkaran cahaya merah menyala di tanah, menciptakan formasi perangkap yang menjebak Jung Jinsi, Jing Qian, dan para siluman lainnya. Energi mereka terserap perlahan, membuat tubuh mereka melemah seiring waktu.Jung Jinsi berlutut, tubuhnya gemetar ketika kekuatan silumannya terus mengalir keluar. Napasnya memburu, tangannya mencengkeram tanah basah untuk tetap sadar. Di sampingnya, Jing Qian bersandar pada pedangnya, wajahnya pucat tetapi tetap dengan ekspresi yang datar, berusaha tetap kuat.Di sisi lain, Ye Xuanqing dan Ming Tian berdiri tegap, tidak terpengaruh oleh formasi itu. Sebagai manusia, energi mereka tidak bisa diserap, tetapi mereka juga tidak bisa sekadar menghancurkan formasi ini tanpa cara yang tepat.Ye Xuanqing menghunus pedangnya, mengamati simbol-simbol kuno yang bersinar di bawah kakinya. "Formasi ini dirancang untuk menguras energi siluman sampai mereka tidak berdaya," gumamnya. "Jika kita tidak segera