Share

Bab 2 Bertemu Dewi Penolong

last update Last Updated: 2024-11-16 22:58:43

Xuanqing geram, dia menggenggam erat pedang ditangannya. Senjata sihir itu sudah siap untuk menebas apapun dihadapannya.

"Hari ini kita lihat siapa yang akan mati," desis Xuanqing dengan seringainya.

Setelah itu dia berlari untuk menyerang si siluman, gelang logam ditangannya dengan cepat terlepas dan salah satu senjata sihir lainnya muncul, yakni rantai besi yang diselimuti sengatan listrik. Xuanqing dengan cepat menebas udara kosong didepannya, menciptakan percikan api yang segera menghantam siluman itu.

Siluman teratai hitam itu mundur beberapa langkah, serangan tidak langsung itu sudah bisa membuatnya terluka. Disaat itulah Xuanqing mulai mengangkat pergelangan tangannya, memutar dan dengan kecepatan kilat mengayunkan rantai besi miliknya.

Rantai itu membidik targetnya dengan tepat. Pergelangan tangan si siluman teratai hitam langsung terjerat dalam rantai besi. Membuat pergerakan siluman itu terbatas sebab diikat oleh Xuanqing.

"Jika untuk menghabisi satu siluman tingkat empat seperti mu, aku tak perlu menggunakan banyak tenaga!" Xuanqing menyeringai melihat lawannya yang cukup gentar saat ini.

"Bedebah sombong, kita lihat saja nanti," balas Siluman teratai hitam itu.

Dengan langkah yang gesit dia melakukan serangan-serangan, aliran api berserta asap hitam menyelimuti sekeliling mereka. Dari telapak tangan kanan siluman teratai hitam muncul gumpalan api lalu perlahan berubah menjadi runcing.

Tangan siluman itu tak lagi menengadah seperti tadi, gumpalan api runcing juga tak menghadap ke arah langit melainkan dada kiri Xuanqing. Siluman tingkat empat itu kini mengincar jantung Xuanqing.

"Lihat saja, apa kau bisa lolos dari bidikan kristal api milik ku!"

Siluman teratai hitam itu menggerakkan tangannya, mendorong gumpalan api runcing agar melesat ke arah dada kiri Xuanqing.

Ketika ujung kristal api tersebut hendak mengenai tubuh Xuanqing, Adipati muda itu mundur satu langkah. Dia lalu menangkisnya dengan menggunakan pedang. Kristal api itu kemudian kembali ke arah si siluman.

Xuanqing berhasil membalikkan serangan dengan mudah, seperti memantulkan cahaya dengan cermin. Kristal api yang seharusnya menusuk jantung Xuanqing justru mengenai siluman teratai hitam itu.

"Akh!"

Siluman teratai hitam tersungkur, darah segar mulai keluar dari tubuhnya. Sebagian juga keluar dari mulutnya, dia muntah darah.

Melihat lawannya mulai lemah, Xuanqing memanfaatkan keadaan. Sang Adipati menyimpan pedangnya, tapi di detik berikutnya dia mengeluarkan 'Pagoda Penahan Sembilan Siluman' untuk mengurung siluman tersebut.

"Aku sedang berbaik hati hari ini, nyawamu ku bebaskan. Tapi membusuk lah dalam pagoda selamanya!"

Xuanqing melempar pagoda miliknya ke atas langit sambil membaca mantra.

Pagoda Penahan Sembilan Siluman itu langsung terbuka lebar diatas langit. Cahaya yang cukup silau dan panas itu memayungi siluman teratai hitam. Xuanqing memfokuskan pikirannya, sambil terus membaca mantra dia menggerakkan tangan untuk melempar siluman teratai hitam ke arah pagoda yang mulai terbuka.

Tanpa perlu waktu lama pagoda itu menyedot si siluman dengan cepat, sehingga Xuanqing berhasil mengalahkan siluman tingkat empat itu dalam waktu yang singkat.

Saat siluman tersebut berhasil dikurung, cahaya dari pagoda mulai redup. Perlahan pagoda mulai turun dan terjatuh tepat di telapak tangan Xuanqing.

"Adipati!"

Satu panggilan dari Fen Rou membuat Xuanqing menolehkan kepalanya. Dibelakangnya sudah ada para pemburu siluman lain yang berangkat bersamanya ke Gunung Jiaguan hari ini.

"Anda baik-baik saja? Kami mendengar suara pertempuran dari arah sini," ucap Fen Rou dengan nada yang khawatir.

Xuanqing mengangguk, dia lebih dulu menyimpan kembali rantai besi miliknya menjadi gelang logam.

"Iya, hanya siluman tingkat empat. Dan dia sudah masuk ke dalam sini," balas Xuanqing sembari menunjukkan Pagoda Penahan Sembilan Siluman.

"Syukurlah kalau begitu." Fen Rou bernafas lega, begitu juga dengan pemburu siluman yang lain.

"Kenapa kalian di sini, apa perintah dari ku sudah dilaksanakan?" Tanya Xuanqing setelah dia memasukkan kembali pagoda ke dalam hanfu hitam miliknya.

Fen Rou mengangguk mengiyakan,"Sudah Adipati! Kami berhasil menyegel tempat ini. Jadi para siluman tidak akan bisa keluar dari area Gunung Jiaguan."

"Bagus, lalu bagaimana dengan para siluman jahat? Apa hanya siluman tingkat empat tadi saja yang ada di sini?" Cecar Xuanqing.

"Tidak, ada setidaknya dua siluman tadi. Tapi semuanya sudah dikalahkan," jawab Fen Rou sedikit membanggakan diri.

"Hmm baiklah, kita turun gunung sekarang juga!" Perintah Xuanqing mutlak.

Hal itu diangguki oleh yang lain, mereka semua akhirnya turun gunung saat menjelang senja. Sinar jingga mulai tersebar di langit Kekaisaran Sheng. Rombongan para pemburu siluman itu mulai menyiapkan keberangkatan untuk kembali ke Ibu Kota.

"Adipati, ada apa?" Tanya Fen Rou ketika menyadari Xuanqing tidak berjalan disampingnya.

Sang Adipati memang sengaja memisahkan diri, dia berjalan cukup pelan dibandingkan para anggota rombongan yang lain.

"Ada yang harus aku periksa, kalian tunggu lah disini sebentar!" Xuanqing segera berbalik.

Fen Rou juga tak sempat menghentikannya, tapi di detik yang sama sebuah cahaya melesat didepannya. Itu adalah jimat pengirim surat, ada pesan dari Kekaisaran.

"Adipati tunggu! ada surat dari Kekaisaran," seru Fen Rou.

Xuanqing menghela nafas berat, dia dengan terpaksa berbalik badan. Menunggu dengan malas Fen Rou membacakan surat dari Kekaisaran itu.

"Setelah perburuan siluman selesai, Adipati Muda dan rombongan harap untuk segera kembali dan menghadap Ibu Suri." Fen Rou membacakan isi dari surat yang dikirim melalui jimat tersebut.

Setelah surat berhasil dibaca, maka surat itu habis terbakar dengan cepat. Xuanqing mendecik sebal, dia menyilangkan tangan didepan dada.

"Kita akan kembali, tapi tunggu sebentar."

"Saya akan ikut dengan anda Adipati," ucap Fen Rou dengan sungguh-sungguh. Dia memang bertugas untuk memastikan keselamatan sang Adipati Muda.

"Tidak perlu, kau dan yang lain tunggu lah disini. Aku segera kembali," balas Xuanqing dengan cepat.

Tanpa perlu waktu lama Xuanqing segera berbalik arah, dia kembali menyusuri jalan setapak yang sempat dia lewati bersama para rombongan ketika turun gunung.

"Seperti ada yang terlewat tadi, aku harus memastikannya. Lagi pula untuk apa aku buru-buru kembali ke Ibu Kota?"

Xuanqing berbicara dengan dirinya sendiri. Jujur saja dia benar-benar muak dengan perintah Ibu Suri kali ini.

Mata Xuanqing terbelalak ketika melihat seorang perempuan muda tergeletak tak berdaya di bebatuan tepian Sungai Qilin. Sungai itu sudah Xuanqing lewati tadi saat turun gunung, dia merasa tidak melihat adanya perempuan di sana. Hanya saja perasaannya tidak nyaman, akhirnya dia memutuskan untuk memeriksa ulang.

Dengan cepat Xuanqing berlari mendekati si perempuan. Tangannya dengan lembut menarik perempuan tersebut dan melihat wajahnya.

"Nona, Nona muda! Nona bangunlah!" Seru Xuanqing berusaha menyadarkan perempuan itu. Di sekujur tubuhnya penuh dengan luka, ada beberapa bagian tubuh yang koyak. Xuanqing yakin perempuan ini habis diserang hewan buas penghuni Gunung Jiaguan.

"Dia tidak sadarkan diri, jadi seharusnya tidak masalah jika aku membawanya pulang dan menyelamatkannya."

Xuanqing kemudian menggendong tubuh perempuan muda itu. Jubah yang dia kenakan juga lebih dulu dilepas untuk menutupi tubuh perempuan yang dia gendong. Sang Adipati berjalan kaki untuk menyusul rombongan yang sudah bersiap kembali ke Ibu Kota.

"Adipati!" Seru Fen Rou ketika Ye Xuanqing mulai terlihat.

"Kosongkan kereta kuda, dan siapkan obat-obatan. Aku harus menyelamatkan nyawa seseorang!" Xuanqing berteriak keras, dia mengabaikan panggilan dari Fen Rou.

Para pemburu siluman yang merupakan anak buah Xuanqing pun gelagapan. Tapi mereka tetap melakukan perintah Xuanqing. Satu kereta kuda yang mereka bawa langsung disiapkan berserta obat-obatan dan juga keperluan lainnya untuk mengobati luka-luka.

"Adipati, siapa yang anda bawa?" Tanya Fen Rou ketika melihat Xuanqing membawa perempuan tadi ke kereta kuda dengan hati-hati.

Xuanqing menoleh dan tersenyum tipis, "Dia Dewi Penolong ku!"

Related chapters

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 3 Menjadikanya 'Istri'

    Fen Rou mengerutkan keningnya tidak mengerti, baru saja dia hendak membuka mulut untuk bertanya. Xuanqing justru sudah menjauh dan masuk ke dalam kereta kuda. Ye Xuanqing membawa si perempuan muda ke dalam kereta kuda. Dengan telaten dia mengobati luka-luka ditubuh perempuan itu. Hal pertama yang ada di kepala Xuanqing saat ini hanyalah menyelamatkan nyawa perempuan didepannya. "Luka-luka separah ini, dia masih hidup saja sudah sangat beruntung." Xuanqing menatap miris ke arah perempuan yang sekujur tubuhnya penuh luka itu. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih dua jam lamanya, akhirnya Xuanqing berhasil menghentikan perdarahan pada luka-luka perempuan tadi. Dia juga memastikan kalau perempuan tadi masih bernafas dengan baik. "Kita berangkat menuju Kota Shinjing sekarang!" seru Xuanqing begitu dia keluar dari kereta kuda. "Kota Shinjing, tapi kenapa Adipati? Kita harus segera kembali ke Kota Fanlan bukan?" Tanya Fen Rou memastikan kembali perintah sang Adipati. Ye Xuanqing men

    Last Updated : 2024-11-17
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 4 Panggilan Ke Ibu Kota

    Tiga hari telah berlalu, Ye Xuanqing masih tetap berada di Kota Shinjing bersama dengan para rombongan pemburu siluman. Saat ini dia tengah duduk di halaman kediaman, Xuanqing tampak sangat santai dan nyaman berada di kota kecil tersebut. "Adipati!" Satu panggilan dari Fen Rou membuat Xuanqing menolehkan kepalanya. "Ada apa?" Tanyanya dengan nada yang datar. Fen Rou mendekat, dia memberi salam terlebih dahulu dengan menangkupkan kedua tangan lalu membungkukkan badannya. Itu sudah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun-temurun, lebih-lebih lagi Fen Rou adalah bawahan Keluarga Ye. "Saya sudah mendengar dari para pelayan di kediaman ini. Kabarnya anda memanggil perempuan itu dengan sebutan istri. Apa itu benar Adipati?" Tanya Fen Rou yang terkesan menyelidik. Xuanqing menatapnya datar, dia tidak merasa bersalah atas tindakannya. "Itu benar," jawabnya. "Tapi kenapa Adipati? Bukankah anda sudah melakukan kebohongan besar di sini. Bagaimana anda akan menjelaskan ini pada Tuan Bes

    Last Updated : 2024-11-18
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 5 Mengelabuhi Ibu Suri

    "Xuanqing apa kau akan pergi cukup lama?" Tanya Jinsi yang ada dibelakang Xuanqing. Kini mereka berdua ada didalam kamar utama kediaman. Xuanqing tengah menulis surat dan juga mempersiapkan barang yang akan dia bawa ke Ibu Kota. Pemimpin Keluarga Ye itu tidak bisa terus menghindar dari perintah Ibu Suri, karena itu hari ini juga dia putuskan untuk kembali. "Tidak akan lama, ku harap Ibu Suri tidak banyak mencecar hasil pekerjaan ku." Xuanqing membalikkan badannya dan tersenyum ke arah Jinsi. Xuanqing menggandeng tangan Jinsi dan membawanya duduk. Kondisi perempuan itu masih belum stabil, jadi Xuanqing benar-benar memperlakukannya layaknya barang pecah belah. Dia begitu hati-hati terhadap perempuan yang dia bawa dari Sungai Qilin itu. "Jinsi, selama aku pergi kau tetaplah berada dikediaman. Dengarkan apa kata tabib, dan—"Ucapan Xuanqing langsung terpotong, hal itu terjadi karena Jinsi yang menaruh jari telunjuk dibibir Xuanqing. "Kau terlalu banyak bicara suami ku, tentu saja ak

    Last Updated : 2024-11-19
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 6 Ulah Kepala Keluarga Ye

    Mata Xuanqing mengedip sebentar, seiring dengan senyuman penuh arti yang muncul di wajahnya. "Kalau begitu tunjukkan, tapi jika kau gagal memenuhi apa yang aku inginkan. Kau harus tetap menikahi Tuan Putri Daiyan!" Ibu Suri Zhao Weini berkata tegas. Wanita dengan sanggul rambut yang tinggi berhiaskan berbagai perhiasan dan giok mahal itu menatap remeh ke arah sang Adipati Muda. Fen Rou dan Ming Tian sudah keringat dingin, mereka yang berdiri dibelakang Xuanqing pun saling tatap. Seolah-olah tengah berdiskusi tentang nasib Tuan mereka saat ini. Sebab keduanya tahu, apa yang diinginkan Ibu Suri Zhao Weini tidak dapat dipenuhi oleh Ye Xuanqing. "Baiklah, tapi jika aku bisa menunjukkan hasil pekerjaan ku. Kau harus membiarkan ku hidup tenang," balas Xuanqing penuh teka-teki. Ibu Suri Zhao Weini diam sebagai bentuk persetujuan. Kemudian Xuanqing mengeluarkan Pagoda Penahan Sembilan Siluman dari balik hanfu hitam yang kini tengah dia kenakan. Pria itu menunjukkan benda pusaka milik Kelu

    Last Updated : 2024-11-26
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 7 Perlu Alasan Untuk Kebohongan

    "Ada baiknya ayah tetap tenang sampai tujuan ku tercapai. Ini semua demi kepentingan ku dan juga rakyat Kekaisaran Sheng," ucap Ye Xuanqing dengan tenang. Saat ini sang Adipati Muda dan Tuan Besar Ye tengah berbincang di salah satu paviliun kediaman besar keluarga Ye. "Xuanqing, seharusnya kau ingat pesan mendiang ibu mu. Jangan pernah mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi." Ye Qingyu bicara dengan nada yang lebih tenang meski masih tetap saja tegas. Ye Xuanqing memalingkan wajahnya ke arah taman bunga, wajah mendiang ibunya kembali terlintas diingatan berkat ayahnya yang menyebut kembali perihal sang ibu. "Aku tidak pernah lupa nasihat Ibu, tapi untuk kali ini aku terpaksa melanggarnya.""Termasuk dengan mengorbankan hidup seseorang?" tanya Ye Qingyu dengan wajah yang serius. Hal itu tentu membuat Xuanqing terdiam, dia segera menyangkal hal tersebut. "Tentu saja tidak ayah!" Xuanqing dengan tegas mengelak. Ye Qingyu lalu tersenyum tipis, dia sempat minum teh yang ter

    Last Updated : 2025-01-03
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 8 Kecurigaan Ye Xuanqing

    "Fen Rou, siapkan kereta kuda. Kita akan kembali ke Kota Shinjing besok pagi!" Perintah Ye Xuanqing ketika hampir tengah malam. Fen Rou mengerjapkan matanya, berusaha tetap tenang meski terkejut dengan perintah Ye Xuanqing yang terkesan terburu-buru. "Besok pagi? Bukankah kita baru saja tiba di Kota Fanlan hari ini Adipati. Apa tidak terburu-buru?" Ye Xuanqing yang tengah berjalan langsung berhenti, dia menoleh ke arah Fen Rou yang berdiri dibelakangnya. "Oh rupanya kau masih ingin berada di Ibu Kota rupanya. Tidak masalah, aku akan pergi sendiri.""Bu-bukan begitu Adipati! Saya hanya merasa anda terlalu memaksakan diri, anda baru saja melakukan perburuan siluman besar-besaran. Jadi saya pikir anda perlu beristirahat lebih dulu di sini," jelas Fen Rou yang tidak mau Xuanqing salah paham. "Aku tidak perlu berlama-lama berada di Kota Fanlan. Lagi pula, di sini masih ada ayahku yang bisa mengurus tugas seorang Adipati. Aku akan pergi ke Kota Shinjing untuk melakukan penyelidikan," u

    Last Updated : 2025-01-03
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 9 Identitas Jung Jinsi

    "Tapi Tuan Adipati, semua ini tidak penting. Kita hanya perlu membuat Nyonya Muda sadar terlebih dahulu. Baru setelah itu anda bisa menghukum saya atas kelalaian ini." Tuan Hao memohon. Ye Xuanqing hanya bisa mengangguk, dia kemudian memberi waktu pada Tuan Hao untuk memberikan pengobatan. Adipati Muda itu juga secara khusus meminta para anak buahnya membantu Tuan Hao mencari penawar untuk obat tersebut. "Jadi Nona Jinsi mengalami efek samping dari Mochus?" Fen Rou yang memang tengah menemani Ye Xuanqing pun terheran-heran. Saat ini keduanya memang tengah menunggu kabar keselamatan Jung Jinsi. Mereka berdua ada di depan kamar utama kediaman. Ye Xuanqing mengangguk singkat, sebab memang begitulah adanya. Beberapa pemeriksaan sudah dilakukan, dan hasilnya tetap sama. Jung Jinsi tidak sadarkan diri karena penggunaan kantung sekresi kijang atau mochus. "Ya, aku juga heran kenapa ada manusia yang bisa mengalami efek samping dari mochus." "Biasanya mochus digunakan untuk bahan baku pe

    Last Updated : 2025-01-04
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 10 Siapa Jung Jinsi

    "Adipati!" Satu panggilan membuat Ye Xuanqing yang baru saja keluar dari kamar utama kediaman menoleh ke sumber suara. Rupanya Ming Tian lah yang datang padanya malam ini. "Ada apa Ming Tian?" tanya Ye Xuanqing dengan nada yang tenang. "Maaf Adipati, tapi saya hendak menemui Fen Rou. Hanya saja sejak tadi saya tidak menemukannya di mana pun," jelas Ming Tian dengan sopan. "Coba kau cari dia di kamarnya, jika tidak ada tandanya kau harus pergi ke rumah Tuan Hao. Ku rasa Fen Rou ada di sana malam ini," jelas Ye Xuanqing. "Baik Adipati, kalau begitu saya pamit." Setelah mengatakan itu Ming Tian undur diri dan benar-benar pergi menuju rumah Tuan Hao. Perlu berjalan kaki cukup jauh dari kediaman Ye Xuanqing ke rumah Tuan Hao, karena itu Mung Tian berjalan dengan langkah yang lebar-lebar. Disepanjang jalan, Ming Tian menyadari ada kejanggalan di Kota Shinjing. Pria itu berjalan kaki belum pada jam malam, tetapi suasana kota sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa penduduk yang masih te

    Last Updated : 2025-01-04

Latest chapter

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 14 Amukan Kui

    Jung Jinsi terkejut, ini adalah pertama kalinya dia mendengar soal Kui sejak pertama kali dia bisa mengingat semuanya. Perempuan itu hanya tahu kalau Kui merupakan sebuah ancaman jika melihat ekspresi dari penjaga kediaman. “Kui, makhluk apa itu?” tanya Jung Jinsi pada Zenni yang memang berdiri disampingnya. “Izin menjawab Nyonya Muda, menurut legenda Kui adalah adalah makhluk kuat sebagai simbol kekuatan dan kekuasaan. Saat Kui muncul memang ada tanda alam berupa angin kencang, serta hujan deras yang mengarah pada datangnya badai.” Zenni menjawab dengan hati-hati. “Maaf menyela Nyonya Muda, tapi biasanya Kui tidak muncul tanpa ada alasan. Kui datang karena beberapa alasan seperti sebagai sebuah pertanda, penghukuman langit, atau bahkan peringatan.” Penjaga tadi ikut memberikan informasi. “Kalau begitu kita harus mencari tahu alasannya, jangan sampai ada penduduk kota yang terluka atas kejadian ini,” ucap Jung Jinsi dengan tegas dan tenang. “Sebaiknya anda tidak melakukan ap

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 13 Malapetaka Kedatangan Kui

    Jung Jinsi pagi ini masih harus mendapatkan perawatan dari Tabib Hao. Perempuan dengan warna mata coklat terang itu tengah duduk menunggu Tuan Hao menyelesaikan pekerjaan untuk menumbuk beberapa obat. “Silahkan Nyonya Muda.”Tuan Hao memberikan obat herbal untuk Jung Jinsi minum. Lalu dia berdiri didekat perempuan itu. Sementara di sisi kanan ranjang, tempat Jinsi duduk masih ada Zenni yang setia menemaninya. “Terimakasih Tuan Hao,” jawab Jinsi sembari tersenyum ramah. “Nyonya Muda, saya mohon izin untuk memberi saran pada anda.” Tuan Hao tampak hati-hati dalam berbicara. Jung Jinsi sadar akan hal itu, dia menoleh pada Zenni. “Zenni, aku ingin bicara empat mata saja dengan Tuan Hao. Bisakah kau menunggu didepan pintu saja?”Zenni sempat bersitatap dengan Tuan Hao, dia menelisik sekilas. Lalu pandangannya segera beralih pada Jung Jinsi yang masih duduk diatas ranjang. “Baik Nyonya Muda, panggil saya jika anda memerlukan sesuatu.”“Tentu saja,” balas Jinsi. Setelah itu Ze

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 12 Dendam Hewan Dewa Legendaris

    Hujan deras dan angin kencang terjadi selama semalam suntuk. Ye Xuanqing yang memang menunggu kedatangan mayat pun sudah memiliki firasat yang buruk. "Adipati, mayat tadi sudah dipindahkan ke ruang pemeriksaan. Beberapa koroner juga sudah siap membantu anda melakukan penyelidikan." Salah satu anggota Departemen Kehakiman setempat memberitahu Ye Xuanqing. Sang Adipati pun mengangguk tanda mengerti, dia menghela nafas panjang terlebih dahulu sebelum melanjutkan kegiatannya. "Kalau begitu, tolong tunjukkan jalannya." Ye Xuanqing bersiap berjalan. "Baik."Ye Xuanqing kemudian diarahkan ke ruang 'Yinwu Shi' yaitu ruangan yang digunakan khusus untuk menyelidiki kematian, melakukan otopsi dan pemeriksaan forensik. Disampingnya ada ruangan untuk menyimpan mayat yang sudah selesai diidentifikasi. "Silahkan, Adipati."Sang Adipati masuk, di sana rupanya sudah ada seorang koroner yang cukup akrab dengannya. Ye Xuanqing tersenyum menyapa pria tersebut. "Anda benar-benar langsung datang ma

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 11 Kasus Pembunuhan Kota Shinjing

    "Lancang sekali bicara mu Fen Rou!" tegas Ming Tian yang sudah benar-benar tidak tahan. Dia juga sudah menarik pedang dari sarungnya, bersiap untuk menyerang rekannya sendiri malam ini. Fen Rou yang melihat itu pun tersentak, sejak dulu Ming Tian tidak pernah mengarahkan pedang ke arahnya. "Ming Tian apa kau akan menyerang ku karena masalah ini?" tanya Fen Rou hati-hati. "Jika kau membuat masalah untuk Adipati, tentu aku akan menyerang mu tanpa ragu!" Ming Tian bertekad, dia sudah mengeluarkan pedangnya dan melakukan kuda-kuda. Dia sudah siap menyerang Fen Rou yang ada dihadapannya. "Ming Tian, kita sama-sama memiliki kesetiaan kepada Adipati Muda. Apa yang aku lakukan juga bagian dari kesetiaan ku," ucap Fen Rou dengan tenang. Pria dengan janggut tipis itu tetap tenang dan tidak terprovokasi meski Ming Tian sudah mengeluarkan pedang dari tempatnya. "Kesetiaan apa yang kau bicarakan Fen Rou? Perbuatan mu tadi bisa saja membawa masalah bagi Adipati Muda. Jika terjadi hal buruk pa

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 10 Siapa Jung Jinsi

    "Adipati!" Satu panggilan membuat Ye Xuanqing yang baru saja keluar dari kamar utama kediaman menoleh ke sumber suara. Rupanya Ming Tian lah yang datang padanya malam ini. "Ada apa Ming Tian?" tanya Ye Xuanqing dengan nada yang tenang. "Maaf Adipati, tapi saya hendak menemui Fen Rou. Hanya saja sejak tadi saya tidak menemukannya di mana pun," jelas Ming Tian dengan sopan. "Coba kau cari dia di kamarnya, jika tidak ada tandanya kau harus pergi ke rumah Tuan Hao. Ku rasa Fen Rou ada di sana malam ini," jelas Ye Xuanqing. "Baik Adipati, kalau begitu saya pamit." Setelah mengatakan itu Ming Tian undur diri dan benar-benar pergi menuju rumah Tuan Hao. Perlu berjalan kaki cukup jauh dari kediaman Ye Xuanqing ke rumah Tuan Hao, karena itu Mung Tian berjalan dengan langkah yang lebar-lebar. Disepanjang jalan, Ming Tian menyadari ada kejanggalan di Kota Shinjing. Pria itu berjalan kaki belum pada jam malam, tetapi suasana kota sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa penduduk yang masih te

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 9 Identitas Jung Jinsi

    "Tapi Tuan Adipati, semua ini tidak penting. Kita hanya perlu membuat Nyonya Muda sadar terlebih dahulu. Baru setelah itu anda bisa menghukum saya atas kelalaian ini." Tuan Hao memohon. Ye Xuanqing hanya bisa mengangguk, dia kemudian memberi waktu pada Tuan Hao untuk memberikan pengobatan. Adipati Muda itu juga secara khusus meminta para anak buahnya membantu Tuan Hao mencari penawar untuk obat tersebut. "Jadi Nona Jinsi mengalami efek samping dari Mochus?" Fen Rou yang memang tengah menemani Ye Xuanqing pun terheran-heran. Saat ini keduanya memang tengah menunggu kabar keselamatan Jung Jinsi. Mereka berdua ada di depan kamar utama kediaman. Ye Xuanqing mengangguk singkat, sebab memang begitulah adanya. Beberapa pemeriksaan sudah dilakukan, dan hasilnya tetap sama. Jung Jinsi tidak sadarkan diri karena penggunaan kantung sekresi kijang atau mochus. "Ya, aku juga heran kenapa ada manusia yang bisa mengalami efek samping dari mochus." "Biasanya mochus digunakan untuk bahan baku pe

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 8 Kecurigaan Ye Xuanqing

    "Fen Rou, siapkan kereta kuda. Kita akan kembali ke Kota Shinjing besok pagi!" Perintah Ye Xuanqing ketika hampir tengah malam. Fen Rou mengerjapkan matanya, berusaha tetap tenang meski terkejut dengan perintah Ye Xuanqing yang terkesan terburu-buru. "Besok pagi? Bukankah kita baru saja tiba di Kota Fanlan hari ini Adipati. Apa tidak terburu-buru?" Ye Xuanqing yang tengah berjalan langsung berhenti, dia menoleh ke arah Fen Rou yang berdiri dibelakangnya. "Oh rupanya kau masih ingin berada di Ibu Kota rupanya. Tidak masalah, aku akan pergi sendiri.""Bu-bukan begitu Adipati! Saya hanya merasa anda terlalu memaksakan diri, anda baru saja melakukan perburuan siluman besar-besaran. Jadi saya pikir anda perlu beristirahat lebih dulu di sini," jelas Fen Rou yang tidak mau Xuanqing salah paham. "Aku tidak perlu berlama-lama berada di Kota Fanlan. Lagi pula, di sini masih ada ayahku yang bisa mengurus tugas seorang Adipati. Aku akan pergi ke Kota Shinjing untuk melakukan penyelidikan," u

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 7 Perlu Alasan Untuk Kebohongan

    "Ada baiknya ayah tetap tenang sampai tujuan ku tercapai. Ini semua demi kepentingan ku dan juga rakyat Kekaisaran Sheng," ucap Ye Xuanqing dengan tenang. Saat ini sang Adipati Muda dan Tuan Besar Ye tengah berbincang di salah satu paviliun kediaman besar keluarga Ye. "Xuanqing, seharusnya kau ingat pesan mendiang ibu mu. Jangan pernah mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi." Ye Qingyu bicara dengan nada yang lebih tenang meski masih tetap saja tegas. Ye Xuanqing memalingkan wajahnya ke arah taman bunga, wajah mendiang ibunya kembali terlintas diingatan berkat ayahnya yang menyebut kembali perihal sang ibu. "Aku tidak pernah lupa nasihat Ibu, tapi untuk kali ini aku terpaksa melanggarnya.""Termasuk dengan mengorbankan hidup seseorang?" tanya Ye Qingyu dengan wajah yang serius. Hal itu tentu membuat Xuanqing terdiam, dia segera menyangkal hal tersebut. "Tentu saja tidak ayah!" Xuanqing dengan tegas mengelak. Ye Qingyu lalu tersenyum tipis, dia sempat minum teh yang ter

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 6 Ulah Kepala Keluarga Ye

    Mata Xuanqing mengedip sebentar, seiring dengan senyuman penuh arti yang muncul di wajahnya. "Kalau begitu tunjukkan, tapi jika kau gagal memenuhi apa yang aku inginkan. Kau harus tetap menikahi Tuan Putri Daiyan!" Ibu Suri Zhao Weini berkata tegas. Wanita dengan sanggul rambut yang tinggi berhiaskan berbagai perhiasan dan giok mahal itu menatap remeh ke arah sang Adipati Muda. Fen Rou dan Ming Tian sudah keringat dingin, mereka yang berdiri dibelakang Xuanqing pun saling tatap. Seolah-olah tengah berdiskusi tentang nasib Tuan mereka saat ini. Sebab keduanya tahu, apa yang diinginkan Ibu Suri Zhao Weini tidak dapat dipenuhi oleh Ye Xuanqing. "Baiklah, tapi jika aku bisa menunjukkan hasil pekerjaan ku. Kau harus membiarkan ku hidup tenang," balas Xuanqing penuh teka-teki. Ibu Suri Zhao Weini diam sebagai bentuk persetujuan. Kemudian Xuanqing mengeluarkan Pagoda Penahan Sembilan Siluman dari balik hanfu hitam yang kini tengah dia kenakan. Pria itu menunjukkan benda pusaka milik Kelu

DMCA.com Protection Status